Mohon tunggu...
Nisa "cece"
Nisa "cece" Mohon Tunggu... -

Dilahirkan di suatu kota yang tidak asing dalam catatan sejarah. TK-SD-SMP-SMA di Kota Pahlawan !! IPPNU Rungkut Alumni Aktifitas Kerohanian Siswa Islam (AKSIS 14) PMII Rayon Ushuluddin Sunan Ampel Surabaya PMII Rayon Ushuluddin Sunan Ampel SURABAYA

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gesekan Politik, Pragmatis Secara Terbina

14 Maret 2014   09:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:57 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mendengar istilah "gesekan" sudah tidak asing lagi dalam kencah politik, dan sudah barang tentu menjadi interpretasi yang saling bertolakan. Sedangkan istilah politik sendiri adalah suatu ungkapan yang memiliki stigma kurang baik (menurut banyak kalangan). Kedua kata tersebut menjadi satu rangkaian kalimat yang merupakan pisau bagi para organisatoris. Benturan antara dua hal yang berlainan dalam suatu organisasi merupakan ancaman nyata yang menimbulkan sebuah perlawanan. Celah sedikitpun merupakan peluang besar dalam menyikapi perlawanan tersebut. Lebih ngeri lagi jika kita kaitkan politik dalam pembahasan kali ini. Gesekan yang menjadi ancaman bagi 2 kutub  yang berlainan sehingga memunculkan adanya konflik dari pihak-pihak oposisi. Politik sendiri merupakan elemen kepentingan bagi keduanya. Sedangkan politik menurut salah satu tokoh ahli ilmu politik "Miriam Budiharjo" : Politik adalah berbagai macam kegiatan/aktivitas dalam satu sistem untuk melaksanakan tujuan-tujuan tersebut. Jika politik dimaknai sebagai bentuk pencapaian tujuan, maka dengan adanya gesekan  dari kubu yang berlainan merupakan cambuk yang harus dilawan dan diperjuangkan.

Tak heran jika kita amati adanya berbagai macam design politik atau yang biasa diistilahkan strategi politik dalam momentum menjelang PILEG kali ini smakin mewarnai masyarakat bahkan mediapun juga ikut mempertaruhkan. Masyarakat juga sudah mulai cerdas dengan para calon anggota mana yang paling banyak memberikan keuntungan maka itu yang akan menjadi arahan (konstruk pragmatis). Sebab masyarakat sudah mulai resah dengan para aktor politik yang anggapannya sudah tidak ada lagi sosok figur yang tepat. Artinya, ketika menjelang pemilihan janji dan idealismenya memikat banyak khalayak, masyarakat didekati namun ktika sudah terpilih fakta yang ada justru berbanding terbalik seakan menjadi korban amnesia, yang ada hanyalah kesibukan dengan memeluk anggaran hingga melampaui budget semestinya alias korupsi besar-besaran. Tidak disadari bahwa perbuatan inilah yang memicu masyarakat menjadi pragmatis. Secara tak disadari masyarakat juga sudah terkonstruk menjadi masyarakat pragmatis, namun hanya subyek, stategi dan permainannya yang berbeda.

Salam Fajar di Hari Jum'at :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun