Memasak tentunya sudah menjadi darah daging dalam balutan jiwaku, dimana semenjak kecil ketika aku menduduki kelas empat Sekolah Dasar (SD), aku sudah bisa atau terbiasa dengan memasak nasi, tumisan dan sambel, maklum dibesarkan di lingkungan yang penuh dengan aroma berbagai masakan. Iyah...pada waktu itu aku sudah terjun ke dalam dunia masak-memasak, padahal diusia yang masih dini ditambah bahwasannya aku ini adalah seorang anak laki-laki, dimana sangatlah jarang bagi seorang anak laki-laki banyak bergelut di dapur ditemani berbagai aneka rempah-rempah. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, dan aku tidak pernah menyesal dengan aktivitas keseharianku, dimana sebelum pergi ke sekolah aku harus pergi ke pasar, sedangkan disiang harinya setelah aku pulang sekolah aku harus menjaga warung nasi ibu angkatku, aktivitasku ini makin lama semakin meningkat, bukan hanya membantu ibu angkatku memasak di dapur, tetapi sebagai siswa aku pun harus berjuang untuk mempertahankan setiap mata pelajaranku di sekolah.
Aku selalu menjalaninya dengan ikhlas dan ceria, karna aku yakin suatu hari nanti aku akan menjadi seseorang yang bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Hidup adalah anugerah yang penuh dengan limpahan rezeqi, baik itu kesehatan atau pun berupa kasih sayang dan juga materi. Setiap insan di bumi ini pastinya mempunyai perjuangan yang berbeda-beda dan juga nilai tinggi, sehingga dengan mempunyai pandangan tersebut aku masih bisa bertahan, walaupun aku kadang harus kehilangan masa-masa bermainku bersama teman-teman, tetapi yang aku banggakan dan ku syukuri aku mempunyai teman-teman yang selalu mendukung dan berbagi bersama, Aku pun tumbuh mendekati masa remaja, dimana aku sekarang akan memasuki bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), namun kebiasaanku tidak ada yang berubah sedikit pun, memasak dan memasak di dapur menjadi rutinitasku, apalagi dihari libur hampir semua aku lakukan.
Kadang aku merasa lelah dengan aktivitasku tersebut, apalagi di bulan Ramadhan biasanya aku memasak bukan hanya untuk keluarga ibu angkatku,melinkan aku pun ikut terjun ke dalam pembuatan kue-kue lebaran, dimana ini adalah situasi yang melelahkan sebenarnya, sehabis shubuh aku langsung membantu ibu angkatku membuat kue-kue lebaran yang beraneka ragam, biasanya aku bertugas menjadi seorang pemanggang kue, karna ibu angkatku bilang, aku cukup tekun dalam mengerjakan sesuatu, katanya. Hampir setiap tahun aktivitasku adalah membuat kue-kue lebaran, dimulai dari shubuh sampai menjelang berbuka, biasanya ini aku lakukan seharian jika memang sekolah sedang libur, namun jika aku masih masuk sekolah, aku tentunya membagi-bagi waktuklu antara untuk belajar dan memasak dan membuat kue di rumah.
Di hari-hari biasa aku rasakan aktivitas memasak itu sudah menajdi kewajiban dan rutinitasku,namun disetiap bulan Ramadhan memasak tentunya menjadi sebuah tantangan dimana semua dilakukan dengan perkiraan saja, tanpa dicoba terlebih dahulu, namun yang selalu membuat hatiku senang adalah ketika waktu berbuka tiba, semua masakanku dapat dinikmati sekeluarga, dan hasilnya sangat membanggakan, kata ibu angkatku, ternyata masakanku enak, dan pujian yang terlontar itulah yang membuat aku bertahan, tanpa aku mengingat aktivitas yang melelahkan tersebut. Dari sinilah aku mendapatkan kepuasan batin, bahwasannya apa yang aku kerjakan selama ini membawakan aku semakin maju, dari hari kehari rasa masakanku semakin diminati, sampai akhirnya aku mendapatkan sebuah kepercayaan dari ibu angkatku, yaitu yang bertugas untuk memasak di rumahnya adalah aku seorang siswa SMP kelas satu.
Aku merasa terharu dengan kepercayaan yang diberikan, apalagi di bulan Ramadhan tentunya segala kebaikan akan dibalas dengan berlipat-lipat kebaikan, hingga akhirnya aku merasa bahwasannya memasak adalah bagian dari jiwaku, diamana semakin hari, semakin aku menyenangi aktivitas tersebut, tanpa disadari, di sekolah pun aku dikenal seorang siswa yang pandai memasak, kata teman-teman dan guruku. Mereka tahu karna teman-temanku tahu benar bagaiman kehidupan sehari-hariku di rumah. Apa lagi kado terindah adalah ketika bulan Ramadhan tiba, aku tentunya masih menjalankan tugasku sebagai tukang masak, aku sangatlah senag sekali dengan pujian-pujian yang datang dari lingkunagan keluarganya ibu angkatku, bahwasannya aku dikenal sebagai anak laki-laki yang pandai memasak, ini merupakan sebuah prestasi bagiku untuk terus digeluti, karna aku sealin menyenangi aktivitas memasak tersebut, aku pun mempunyai mimpi seabagai pemilik restoran yang dapat memanjakan lidah-lindah konsumennya dengan berbagai aneka masakan yang aku buat.
Ini adalah salah satu motivasi untuk aku terus belajar, belajar dan belajar lebih tinggi lagi, selain itu juga aku terus menimba pengalaman dari ibu angkatku yang terus memberikan ilmu memasaknya dan mengajarkannya kepadaku, sehingga semakin hari aku semakin mendapatkan kepercayaan darinya dan dari keluarganya. Menerutku kebahagiaan terbesar yang tak ternilai di bulan Ramadhan adalah, dimana kita dapat membahagiakan orang-orang sekitar, tidak selalu dengan uang melainkan dengan berbagai keikhlasan, seperti memberikan atau memanjakan lidah-lidahnya dengan masakan-masakn yang pas di lidah, sehingga mereka merasa ketagihan untuk dimasakan kembali.
Kata orang tua jaman dulu,ilmu memang tidak berat untuk dibawa, dimana pun kita berada kalau memang kita mempunyai keterampilan yang bermanfaat bagi orang lain, tentunya itu akan menjadi prestasi yang mendatangakan rezeki dan kepuasan batin tersendiri yang tidak ternilai harganya. Sampai saat ini aku sudah menjadi mahasiswa, tetapi aktivitas memasakku masih berjalan seperti biasa, dan di bulan Ramadhan malahan memasak adalah keharusan bagiku, walaupuntidak setiap hari, tapi ini adalah aktivitas yang membahagiakan, dengan berada di lingkungan satu rumah bersama teman-temanku se-Indonesia, tentunya aku banyak mengenal dan belajar dari setiap karakter mereka, dan yang paling aku senangi adalah memasak untuk teman-temanku itu, karena dengan melihat mereka tersenyum lebar aku merasa ada sesuatu yang aku senangi dan aku harus selalu syukuri, yaitu berada di lingkungan yang menyenagkan dan berbagi bersama, apalagi disetiap bulan Ramadhan aku selalu diberikan kepercayaan oleh mereka untuk memasak masakan untuk sahur, atau kadang untuk berbuka juga.
Ini merupakan kesenanganku yang merupakan bagian dari hobiku yang bisa direalisasikan mulai darian keluarga lingkungan keluarga sampai pada lingkungan bersama-sama teman seperjuanganku. Rasa lelah bukan lagi menjadi halangan, namun kegemaranku ini telah mengalahkan rasa lelahku, tak peduli aku harus tidur malam atau bangun malam yang penting aku senang bisa bermanfaat bagi teman-teman di sekelilingku, walaupun hanya memasak buat makan sahur doang, tapi rasanya ini adalah jiwaku, dimana ini akan menjadi proses menuju mimpiku untuk menjadi seorang pemilik restoran yang dicintai masakannya. "(Telkomsel Ramadhanku)". SEMAR,...Semangat Ramadhan............
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H