Berbeda dengan aliran-aliran teori lainnya yang lebih fokus pada kekuatan material atau struktur sistemik, konstruktivisme berargumen bahwa realitas internasional dibangun melalui persepsi dan konstruksi sosial yang diciptakan oleh aktor-aktor dalam sistem internasional. D
engan demikian, hubungan antarnegara tidak hanya dipengaruhi oleh kepentingan materi, tetapi juga oleh bagaimana negara dan aktor lainnya memahami dan menginterpretasikan dunia mereka.
Konstruktivisme menjelaskan bahwa norma dan nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat internasional dapat mempengaruhi perilaku negara, membentuk kebijakan luar negeri, serta mengubah persepsi dan identitas negara. Misalnya, perubahan dalam norma internasional, seperti hak asasi manusia atau perubahan dalam identitas negara yang terkait dengan demokratisasi, dapat mengubah dinamika hubungan internasional.
Meskipun demikian, konstruktivisme juga menghadapi kritik, terutama terkait dengan kurangnya penjelasan mengenai bagaimana ide-ide dan norma tersebut terwujud dalam praktik dan bagaimana mereka dapat berubah secara signifikan.
Selain itu, kritik juga datang dari mereka yang berpendapat bahwa konstruktivisme cenderung lebih teoritis dan kurang memberikan instrumen praktis untuk analisis kebijakan internasional yang konkret.
Secara keseluruhan, konstruktivisme memberikan perspektif yang berharga dengan menekankan peran ideologi, identitas, dan konstruksi sosial dalam hubungan internasional, yang membantu untuk memahami dinamika global yang tidak selalu dapat dijelaskan hanya dengan faktor material atau kepentingan ekonomi dan militer.
Teori ini memperkaya kajian hubungan internasional dengan menunjukkan bahwa persepsi dan pemahaman sosial memiliki kekuatan yang tidak kalah penting dalam membentuk tatanan global.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI