Mohon tunggu...
cebol pendosa klaraspiningit
cebol pendosa klaraspiningit Mohon Tunggu... -

cebol,tidak terikat, tidak terkekang,tidak tercengkeram sekaligus tempat salah dan dosa, lemah dan tidak bisa apa-apa biarlah di mata dunia penuh dengan kekurangan memang demikian adanya,tidak akan pernah bisa menggapai tanpa dengan pertolongan dan belas kasih Tuhan. tanpa denganNya sungguh Cebol Pendosa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sempurnanya Kehidupan: Lahir Kemaslahatan dan Batin Kenali 'Dia', Tenteram & Bahagia

20 Maret 2017   07:34 Diperbarui: 20 Maret 2017   08:45 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sempurnanya kehidupan: lahir -kemaslahatan, dan batin “kenali” ‘Dia’. Tentram dan Bahagia.

Saudaraku... kami menyeru pada iman maka, “ilmu”kan dengan “inisiasi” kewahyuan dengan perilaku keislaman, sungguh tidak mengurangi “siapa” anda. Dan tidak mengurangi aktifitas berdunia. Sebaliknya kami menyeru mengajak melengkapi, setelah perilaku akhlak dan adab dan kebaikan kemaslahatan yang Anda lakukan untuk dilengkapi dalam kesempurnaan “Ilmu” yang menunjukkan Keberadaan Dia, sehingga hati nurani berada didalam “ingatan” dzikrullah. Ingat..!! hanya dengan dzikr hati menjadi tentram.

Namun sedikitpun juga tidak mengurangi rasa hormat dan sikap menghargai, menghormati dan maklum kami kepada siapapun, saat seseorang telah merasa cukup dengan perbuatan lahiriyah yakni berbuat kebaikan dan kemaslahatan apalagi untuk nusa bangsa dan negara, kami tetap akan sangat respon respek, mendukung. Dan sudah seharusnya saling mendukung, mensupport mendorong, dan tetap sebagai saudara dalam keluarga. Sudah merupakan kemestian dalam perilaku keberduniaan berperilaku baik kepada sesama, kepada masyarakat, kepada lingkungan serta untuk bangsa dan negara, ini adalah perilaku “syareat” yang ranah lahiriyah, sedang yang ranah batiniyah adalah wilayah masing-masing diri dari setiap personel dalam dadanya masing-masing.

Sadaraku... kenalilah Keberadaan DIA dengan Ilmu Al-Ghaybullah, tanyakan kepada Ahladz-dzikr inkuntum laa ta’lamuuna”tanyakan kepada yang manggon, rasa hatinya bertempat tinggal pada “ingatan” DIA Sang Empu Nama Allah Swt.

Tegasnya..!!, bahwa HUWA adalah dhomir maknanya sesuatu yang tersimpan didalam hati mengenai Sang Empu Nama, Dia Yang Maha hidup, Dia Yang Maha Kuasa, Dia Yang Maha Mengetahui, Dia yang Maha dekat, (jika dikenali KeberadaanNya) maka terhayati didalam rasa hati nurani dan sungguh akan membenarkan..!!!, menjadi jelas dan terang, sungguh..!! tanpaNya nyata manusia tidak bisa apa-apa dan nyata tidak ada apa-apanya.

Sehingga untuk tidak dirancukan dengan Kitab atau dengan Al-Qur’an. Sebab selama ini, kalimat HUWA ditafsirkan (tafsir = praduga) dipatronkan atau dianalogikan sebagai Al-Kitab atau sebagai Al-Qur’an. Sehingga menjadi bias, menyimpang. Sebab jika menggunakan kitab atau Qur’an secara kebahasaan mestinya adalah “dzalika” atau “tilka”. Sedang sangat jelas bahwa Dia adalah ism fa’il, barang hidup, sedang qur’an ataupun Kitab adalah benda mati atau sebagai barang. Al-hasil..!!! luar biasa dalam pembiasaan yang tidak akan menyentuh kesadaran.. Al-HaqNya!!.

Maksudnya. Kitab ya.. kitab, Al-Qur’an ya.. al-Qur’an untuk tidak dicampur aduk. Menjadi tidak logis dan tidak masuk akal sama sekali saat seseorang akan mengambil kitab kemudian mengatakan, “tulung saya ambilkan DIA”. Tentu hal ini akan sangat membingungkan yang akan mengambil kitab itu. Kenapa kita tidak berani “jujur” kalau memang yang dimaksud tidak mengetahui, kenapa tidak mengatakan saja (maaf) “hanya Allah yang mengetahui dan rasulnya atau yang mewakili. Memang jujur sangat berat, lapang dada itu tantangannya adalah terlalu banyak.

Kalau banyak ayat perihal DIA, contoh, “bal Huwa ayyatun fii suduril ladziina utul ‘ilma”... (QS. Al-Ankaabuut 49), sungguh nyata jelas bahwa Dia adalah ayat nyata yang berada didalam dada orang-orang yang telah diberi ilmu (Tauhid, ilmu yang menunjukkan keberadaan DIA, karena di“mau”kan nyuwun atau meminta untuk diberi petunjuk “siapa” Dia, kepada yang berhak, wenang dan sah menunjukkan KeberadaanNya), supaya hati nurani berada didalam “ingatan” mengadaNya Dia yang Ahad (yang Mutlak WujudNya, Mutlak KeberadaanNya).

Kalimat di-mau-kan, hal ini menujukkan tanpa keterlibatan ego nafsu keakuan, sadarnya seserang sebagai hamba Allah yang menempatkan sebagai “feqir”, dalam ayat Al-qur’a disebutkan “antumul fuqara ila Allah” bahwa kamu yang butuh kuat untuk mendekat (Al-Faqir) kepada Allah, kebutuhan berada didalam petunjuk, kebutuhan dalam keterbimbingan “proses” kembali kepada Allah hingga sampai.

Dia yang telah dikenali sehingga hati menjadi dzikrullah ini adalah ayat/pertanda nyata akan adanya kematian, pertanda sebagai bukti hujah adanya pintu pulang kembali kepada asal-usul kejadian sehingga dalam keselamatan (jannah), dan bukti nyata untuk berbuat kemaslahatan dan kebaikan dalam menjalani kehidupan berdunia..

Fas-ahladz-dzikr. Ahli dzikr yang dimaksud yaa Nabi Muhammad Sendiri atau yang mewakili. Kalau Nabi Muhammad tidak membuat wakil yang menunjukkan keberadaan Dia supaya dikenali didalam hati nurani hanya ada satu logika, “bangunkan beliau” kemudian tanya siapa DIA, sebab hanya dengan mengenali Dia maka ada “Ingatan” dzikrullah didalam rasa hati nurani. Dan hanya dengan hati dzikr maka hati (dan kehidupan) menjadi tentram. Ini mutlak. Sehingga kenapa dalam hadist disebutkan “walau terhalangi lautan salju maka datangi walau dengan merangkak”. Sebab hal ini adalah “menentukan” keselamatan hidup dunia dan akherat. Inilah pintu pulang dalam keselamatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun