Perjuangan yang “luar biasa” heroiknya oleh para pendahulu kita, yang telah berjuang dengan mengorbankan, harta benda, jiwa raga oleh beliau bpk Soekarno masih dikatakan, “perjuanganku belum seberapa, perjuangan kamu lebih besar”. ‘Deg-getar” untuk DITERUSKAN DAN DILANJUTKAN tidak sekedar mengisi kemerdekaan namun, lebih dari itu perjuangan terwujudnya kemerdekaan sejati merdeka lahir dan merdeka batin. Hal ini tidak kalah pentingnya untuk diperjuangkan secara totalitas.
Supaya mengetahui apa yang sesungguhnya diperjuangkan guna mencapai kemerdekaan yang sesungguhnya maka, pengetahuan mengenai “diri” mengenali hakekat kedirian, perihal eksistensi sesungguhnya manusia adalah “jembatannya”. Hal ini supaya identifikasi eleman dan ranah kemanusiaan dapat direalisasikan. Pengetahuan mengenai “asal” penciptaan perihal keberadaan fitrah manusia yang asal fitrah manusia dari Fitrah Allah Sendiri, diperjuangkan supaya terbebas dari kepentingan-kepentingan nafsu-nafsu ego keakuan. Sehingga makna kemerdekaan terwujud dalam memanusiakan manusia, kebahagaian dan ketentraman yang sejati. Dunia dan akherat..!!.
Hakekat Fitrah manusia sungguh berasal dari Fitrah Allah Piyambak maka ada perintah dalam firman-Nya, “hadapkanlah wajah (rasa hati nurani) kamu untuk addiin (kehidupan lahir dan batin) kepada Fitrah Allah, yang Fitram manusia dari Fitrah Allah Sendiri” (Ar Ruum 30). Sebab saat air laut yang dialirkan ke kolam tambak maka tetap tidak bisa dikatakan bahwa tambak itu adalah laut. Demikian pula saat seseorang mengambil air laut dalam gelas juga tidak bisa diaktakan sebagai laut maka, saat seseorang dalam kesadaran (karena telah mengenali keberadaan hakekat fitrah manusia yang asal fitrah manusia dari Fitrah Allah Sendiri, dan hal adalah kemestian yang “mutlak” harus ada yang berhak menunjukkan) maka, kemudia inilah yang diperjuangkan..!!!
Diperjuangkan supaya terbebas dari cengkeraman nafsu, cengkeraman kepentingan diri, kelompok dan golongan, cengkeraman pikiran dan cengkeraman kemuliaan duniawi dengan segala sifat dan watak kehormatannya. Sehingga terwujud kemerdekaan sejati berarti kebahagian dan ketentraman yang sesungguhnya, yang berarti juga keselamatan yang lahir dan keselamatan yang batin, keselamatan dunia sekaligus keselamatan akherat.
Untuk hal demikian itu maka, perjuangan mulai dari niat dan tekad mewujudkan ‘aksi’ peduli operasional adalah kemestian membangun kemaslahatan ummat manusia Nusantara Indonesia. Membangun perilaku: pertama, “uswah”, bahwa berbuat kebaikan, menolong, membantu, mendorong, saling memaklumi, saling menghargai adalah ajaran leluhur bangsa ini, juga merupakan ajaran agama-agama yang ada; kedua, “darma”, memlliki sikap dan karekater menjaga mengembangakan dan meningkatkan: peduli sosial masyarakat, pemberdayaan potensi organ dan indera, serta membangun karakter sifat dan perilaku diatas paradigma dan mind set bahwa manusia adalah makhluk ruhiyah yang mesti berperilaku pada kearifan berbangsa dan bernegara dengan perilaku berdunia untuk “subhanaka”, memahasuciakan Keberadaan Diri Dzatullah, berdunia untuk pancatan yang kokoh kembali kepada Tuhannya hingga menyatakan selamat. Memerlukan pola pikir yang berpikir dengan jernih, dan murni dari intrik-intrik kenafsuan ego sentris.
Sebab tanpa berperilaku demikian “sesungguhnya” pengusiran penjajahan bangsa asing dari tanah air akan menjadi berlanjut menjadi perebutan “bagi-bagi” oleh sesama anak bangsa. Maka belia bpk Soekarno ngendikan, “perjuangan kami mengusir penjajah telah selesai, perjuangan kalian akan lebih berat karena akan melawan bangsa kamu sendiri”.
By. Muhammad Sulaiman Kurdi Tanjung Abdullah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H