Mohon tunggu...
Mat Jaman
Mat Jaman Mohon Tunggu... -

Ingin sekali menjadi pemimpin bangsa dan membawa bumi pertiwi ke arah kebaikan dan kebajikan. \r\nTulisan yg saya tulis benar-benar merupakan pendapat dan pengalaman pribadi. Apabila ada yang tersinggung dan merasa bahwa saya adalah pribadi yang sombong, maafkanlah saya dan baca lagi kalimat pertama di paragraf ini :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

[Catatan Pengalaman] Keterbukaan Seorang Wanita China dan Kumpul Kebo

19 Desember 2011   04:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:04 3898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada hari ini, saya datang ke kampus untuk belajar buat ujian akhir semester esok hari. Di sela-sela saya membaca buku, kolega saya datang untuk mengerjakan presentasinya. Kolega saya ini adalah seorang perempuan dari negeri China yang berumur 23 tahun. Sewaktu menyapa saya, dia juga curhat  tentang uneg-unegnya. Sungguh terkejut saya mendengar apa yang menjadi curhatannya! Kolega saya ini mengeluhkan teman sekamarnya yang dianggap tidak bersih dan bertanggung jawab merawat tempat tinggal mereka. Akhir kata, dia ingin untuk pindah dari tempat tinggalnya yang sekarang. Dia berpikir untuk tinggal di tempat pacarnya (yang sudah menjalin hubungan selama 1 bulan) alias "kumpul kebo" bersama. [caption id="" align="alignnone" width="500" caption="Kebo beneran yang sedang berkumpul :)"][/caption] Kolega saya ini sempat bertanya ke saya, bahwa apakah kumpul kebo ini terlalu cepat bagi mereka sebagai pasangan yang baru jadi. Dia juga menceritakan bahwa pacarnya ini adalah seseorang yang sangat baik. Sang pria telah memperkenalkan anggota keluarganya, dan si perempuan merasa bahagia karena keluarga si pria semuanya baik dan ramah. Dia juga berkata bahwa dia mau menikah dengan si pria dalam beberapa tahun ke depan. Menurut dia, di usianya yang ke 23 tahun itu sudah tergolong tua dan ia merasa harus menikah secepatnya. Untuk menjawab pertanyaanya, saya mengatakan bahwa hal ini perlu dibicarakan berdua sebagai pasangan, dan yang paling penting, agar si perempuan mengikuti apa kata hatinya. Saya juga menceritakan, bahwa sebagai orang Indonesia, budaya kumpul kebo sebelum menikah tidak pantas dilakukan (walau saya yakin banyak mahasiswa Indonesia di dalam maupun di luar negeri yang melakukannya). Yang paling mengejutkan saya, secara terbuka, kolega saya ini mengatakan bahwa ia sudah mendiskusikan dengan sang cowok, agar tidak melakukan hubungan sex meski mereka tinggal berdua. Si perempuan berkenan untuk melepaskan keperawanannya hanya setelah menikah. Kolega saya menawarkan diri untuk tinggal "pisah ranjang" dengan si cowok dengan cara tidur di ruang tamu. Pilihan yang lain, kolega saya berkenan untuk tidur "seranjang" dengan si cowok, asalkan si cowok mau untuk tidak melakukan hubungan sex. Syarat ini disetujui oleh sang pacar. Hal yang paling dikhawatirkan oleh si perempuan adalah ketakutan untuk diputus si pria (dengan berbagai alasan) saat sudah terlanjur berkumpul kebo. Dalam percakapan ini, saya sungguh terkejut dengan keterbukaan kolega saya ini yang seorang wanita. Saya yakin bahwa percakapan semacam ini sangat tabu dibicarakan di Indonesia. Saran yang saya berikan kepada kolega saya sama sekali tidak melegitimasi keabsahan kumpul kebo. Saya hanya memberikan pandangan saya sebagai seseorang yang berbudaya Indonesia, dan bagaimana kata hati nurani harus dituruti. Tulisan ini semoga bermanfaat bagi para wanita muda di Indonesia, agar dalam menjalani kehidupan, untuk selalu mengikuti hati nurani yang terdalam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun