Mohon tunggu...
Christophe D. Thomson
Christophe D. Thomson Mohon Tunggu... -

Instagram: cdt888. Pandas & tea. \r\nChristophe Dorigné-Thomson. \r\n\r\nFrench and British. \r\n\r\nwww.cdt888.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bule Bandung Single, Call me! My number is...

24 April 2014   22:51 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:14 1370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dari pertengahan tahun yang lalu gw sangat sering ke Bandung bahkan sekarang lebih tinggal di Bandung. Dulu sering juga ke Bandung sebenarnya tapi biasanya untuk weekend saja atau diundang Universitas atau institusi lain untuk jadi speaker. Masih sering ke Jakarta juga si soalnya gw kan penulis buku Jakarta! Lol. Awas! Anak Menteng. Sekarang anak Dago dan Sudirman Bandung juga. Bandung-Jakarta. So cool. Curhat ya. Hak gw kan di sini? Lo harus bilang wow gitu. Bahasa alay gw not bad kan untuk bule? Kaget? Naon? Ga usah. Pergi aja lo. Kidding. Euyyy.

Nah di sini gw mau sharing sedikit tentang pikiran gw tentang Bandung, sebuah kota dengan potensi luar biasa yang tidak terpenuhi sampai sekarang. Gw selalu pikir kenapa Singapura begitu sukses dan Bandung seperti itu. Dua jam pesawat dan nasib begitu beda walaupun Bandung mungkin punya potensi lebih besar.

Namun takdir Bandung berubah menjadi lebih baik mudah-mudahan dengan Ridwan Kamil, Walikota baru sejak September 2013. Gw harus mengakui dulu gw mendukung Ridwan Kamil karena gw pikir beliau kompeten dan ga korup. Beliau suka selfie juga. Bisa alay juga kadang-kadang kan? Bagus lah. Harus di Bandung. Lol. Ditambah beliau punya visi untuk kota kelahiran. Cocok jadi Walikota Bandung. The right man at the right time and the right place. Gitu. Ga paham? Cari kamus aja. Banyak online. Program Pak Walikota kan. Kamis Inggris setiap kamis di Bandung gitu. Tapi walaupun gw pendukung Ridwan Kamil karena mau yang terbaik untuk Bandung, gw tetap mencoba melihat Bandung secara obyektif dengan mata gw sendiri.

Bandung, Jawa Barat. Kota yang diciptakan awalnya untuk 300,000 penduduk. Sekarang ada lebih dari 2,600,000. Nah pasti itu bikin banyak masalah kalau tata kota kurang. Apalagi kalau birokrat korup. Mantan Walikota kan sudah masuk penjara karena korupsi dana sosial. Bayangin! Mencuri dana sosial! Gila habis! Tapi kita tahu kan penjara di Indonesia. Mungkin dia main golf dan punya koki pribadi.

Tahu kan Bandung dipanggil “The City of Pigs” (Kota babi) oleh bloggers karena ada sampah di mana-mana. Itu contohnya. Masalahnya banyak lagi: sampah, banjir, macet, infrastruktur, air, korupsi, birokrasi, pendidikan, keamanan, pengangguran terutama untuk pemuda yang sebagian besar kerja di sektor informal kalau dapet kerja dan lain-lain. Sebenarnya Bandung menderita semua masalah klasik dari sebuah kota berkembang besar di negara berkembang besar. Masalah paling parah menurut gw adalah: kenapa semua warga Bandung tidak demo sampai blokir semua dan turunin birokrat-birokrat? Kenapa apatis dan mengapa membiarkan ini terjadi? Sebuah misteri buat gw. Buat lo? Untungnya banyak warga sekarang mau perubahan kayaknya dan memilih Ridwan Kamil untuk memimpin gerakan perubahan sebagai Walikota. Jangan buang sampah sembarangan ya! Atau gw buang lo aja. Atau pacar lo.

Gw harus mengakui sebelum gw ke Bandung bahkan ke Indonesia gw sudah penggemar berat sama Bandung sebagai simbol. Kenapa? Karena Konferensi Asia Afrika. Gw terharu sama ide-ide dan nilai-nilai Bandung terkait dengan apa yang muncul ke dunia pada tahun 1955 di Bandung dan setelahnya seperti Gerakan Non Blok misalnya. Gw belajar banyak dari situ. Keren habis. Bandung bawa cara berpikir baru ke dunia. Bandung mengatakan tidak untuk kolonisasi dan alignment. (Katakan tidak pada korupsi! Ingat kan? Lol.) Humanisme, internasionalisme, keadilan, persaudaraan, kemandirian, kesejahteraan. Itulah kata-kata ajaib dan konsep dari Bandung. Jadi pertama kali ke sini gw terharu dan emosi besar sebenarnya. Apalagi sahabat gw dari Aljazair memberitahu gw Bandung sangat spesial bagi semua orang Aljazair karena Front Pembebasan Nasional Aljazair diundang untuk berpartisipasi di Konferensi Asia Afrika Bandung ketika masih berjuang untuk Kemerdekaannya yang hanya terjadi pada tahun 1962 setelah perang yang parah dengan Perancis. Jadi Bandung punya aset internasional yang luar biasa tapi ga dipake. Ga ada banyak kota di dunia yang dikenal di dunia politik internasional seperti Bandung. Harus sadar sama itu.

Jadi kita semua tahu apa situasi Bandung, gimana kotanya dulu sampai dipanggil “Paris Van Java” karena keren à l’Européenne (cari kamus Perancis) gitu dan Braga jadi jalan yang sangat istimewa. Oh ya gw mau bilang walaupun gw anak Paris gw pikir panggilan Bandung sebagai “Paris Van Java” agak pos-kolonialis atau sebenarnya kolonialis karena dipilih saat Indonesia masih dijajah. Bandung adalah Bandung dan ga usah pake panggilan seperti itu yang sebenarnya merendahkan Bandung. Keren tapi ga keren gitu. Got it? Tapi mungkin dulu bisa dileverage, bisa dipake dulu untuk bikin Bandung lebih gampang terkenal trus dibuang kalau ga butuh lagi.

Jadi gw mau sharing pikiran gw tentang cara untuk Bandung sukses.

1.Aset pertama lokasi keren. Dunia harus tahu! Dekat Jakarta, dekat Singapura dan ibu kota Jawa Barat yang daerah Indonesia paling besar. Lokasinya sangat strategis. Bagus untuk berbisnis. Gw lihat kalau Jawa Barat jadi negeri, dari jumlah penduduk (46 juta) akan jadi negeri nomor 28 di dunia sama dengan Spanyol! Lebih besar daripada Argentina, Kanada, Malaysia, Australia atau Saudi! Kalau ditambah sama daerah Jakarta, itu jadi kayak Jepang. Think about that! Cuacanya juga enak banget di Bandung. Ga terlalu dingin dan ga terlalu panas. Cocok banget untuk bule seperti gw. Enak untuk tinggal apalagi kalau punya keluarga. Anak bisa banyak aktivitas di Bandung dan bisa hidup di luar. Gw harus mengakui itu satu masalah sama Jakarta. Susah hidup di luar. Terlalu panas, polusi tinggi. Langsung keringetan dan merasa kotor gerah gitu. Kurang Ruang Terbuka Hijau. Kalau olah raga di Jakarta gw pasti di dalam. Kalau di Bandung di mana-mana bisa! Apalagi gw di Bandung jalan kaki ke mana-mana. Hey Mister, Mister! Gw jawab “Naon?”. Udah tahu kan gw udah bilang di post sebelumnya. It’s my life it’s now or never kan.

2.Pemuda-pemudi kreatif, budaya lokal dan komunitas. Itu aset besar kota Bandung. Banyak pemuda-pemudi yang pintar dan aktif. Soalnya banyak Universitas bagus juga seperti ITB dan UNPAR misalnya. Walaupun menurut gw sering orang paling kreatif di dunia ga pernah kuliah. Tapi itu debate lain. Bandung juga pusat distro, fashion, musik, olah raga sama PERSIB dan banyak lagi. Jadi Bandung itu kota kreatif modern dan banyak tren di Indonesia sebenarnya mulai di Bandung. Gw mengagumi misalnya pendiri merk Bandung “Peter Says Denim”. Pintar banget orangnya. Dia endorse band Metal internasional yang punya komunitas fans yang besar. Dari situ merknya laris manis. Sebenarnya dia pake keahlian Bandung untuk go internasional. Karena memang komunitas itu kealihan Bandung. Di Bandung banyak hal berbasis komunitas. Perubahan juga akan berbasis komunitas. Tapi hanya kalau komunitas terbuka ya! Ga boleh jadi sombong kan. Orang Bandung senang gerak bersama. Itu keren. Di dalam dunia yang kadang-kadang dilihat semakin individualis cara orang Bandung berkomunitas adalah jawaban berarti untuk menolak dunia terlalu individualis dan mendukung solidaritas dan kolaborasi. Budaya lokal dan tradisional Sunda itu juga aset Bandung karena itu ciri khas. Itu kasih warna ke satu tempat. Bandung itu tempat istimewa di dunia bukan tempat biasa. Itu penting. Kalau lihat sukses Jepang misalnya di bidang manga dan animasi itu karena modernisasi dan reinterpretasi budaya tradisional. Gw kira Bandung punya kesempatan besar di situ.

3.Aset geopolitik. Gw udah bilang tentang Konferensi Asia Afrika. Itu aset yang harus dileverage. Bandung kota istimewa di dunia internasional gara-gara itu. Sayangnya gw jujur di Indonesia masih kurang orang yang tahu gimana bisa memanfaatkan itu secara efisien dan dengan dampaknya besar. Gw lihat banyak inisatif internasional Indonesia dan gw sudah tahu dari awal gemanya akan kecil misalnya di Barat bahkan ga akan didengar. Ada cara yang belum dikuasai. Soalnya Indonesia dari krisis 1998 lebih fokus kepada masalah internal. Juga kalau bahas tentang level kota sebenarnya hubungan internasional itu prerogatif pemerintah pusat di Indonesia. Jadi susah untuk sebuah kota untuk bangun hubungan internasional sendiri. Padahal di dunia sekarang sangat penting fleksibilitas dan konektivitas. Itu satu alasan kenapa kota-kota besar Indonesia ga dikenal di dunia kalau dibanding sama Singapura, Bangkok atau Kuala Lumpur. Masalah itu gw pernah lihat dari sangat dekat bahkan gw riset dan mengalami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun