World Health Organization (WHO) mengirim surat resmi kepada Presiden Jokowi, mendesak Pemerintah Indonesia serius menangani pandemi Corona. WHO juga meminta Jokowi segera menetapkan status darurat nasional terkait penyebaran Corona di Indonesia. Selain itu, sudah banyak desakan agar pemerintah melakukan kebijakan lockdown.
Adapun negara-negara yang telah menerapkan lockdown di sejumlah wilayah yaitu Italia, China, Denmark,Malaysia, Filipina, dan Irlandia.
Meski demikian, ekonom menilai langkah lockdown justru akan berdampak negatif pada ekonomi domestik untuk jangka pendek. Lockdown dinilai akan menyebabkan inflasi tinggi.
Peneliti Indef, Ariyo DP Irhamna, mengatakan bahwa lockdown akan mempersulit distribusi barang. Sementara bulan depan sudah memasuki Ramadhan, di mana permintaan barang akan meningkat.
"Namun, yang akan pengaruh ke inflasi. Sebab pasokan barang-barang impor akan terganggu, sedangkan demand meningkat, selain itu akan mendekati bulan Ramadhan," ujar Ariyo dalam diskusi online Indef,Â
Peneliti indef Bhima Yudhistira menjelaskan, pemerintah tak perlu terburu-buru menerapkan lockdown. Dia mencontohkan, jika DKI Jakarta lockdown, maka inflasi nasional bisa menembus 6 persen di tahun ini, jauh di atas target Bank Indonesia sebesar 3 plus minus 1 persen.
"Jakarta mengandalkan sebagian besar bahan pangan dari luar daerah, sementara Jakarta menyumbang 20 persen total inflasi nasional. Kalau barang susah masuk, terjadi kelangkaan pastinya inflasi nasional akan tembus diatas 4-6 persen, yang rugi adalah masyarakat sendiri," kata Bhima.
Tak hanya itu, kata Bhima, sebanyak 70 persen uang juga berputar di Jakarta. Jika lockdown dilakukan akan menimbulkan kepanikan di pasar keuangan.
"Ini akan memicu kepanikan di pasar keuangan. Maklum 38 persen surat utang dipegang oleh asing. Kalau serempak keluar karena panik tentunya. Indonesia bisa krisis karena lockdown di Jakarta," jelasnya.
Langkah yang lebih bijak menurut Bhima adalah seperti yang dilakukan Singapura. Yakni membatasi aktivitas warga yang sudah lanjut usia hingga menunda acara yang melibatkan orang banyak.
"Jadi clear tidak perlu lockdown, dan penyebaran corona bisa dicegah dengan strategi yang tepat sasaran," tambahnya.Â