Depresi adalah sebuah kondisi mental yang ditandai oleh perasaan sedih, kehilangan minat, dan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Depresi dapat berupa sindrom depresi mayor, sindrom depresi minor, atau sindrom depresi pasca-persalinan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk stres, kehilangan, atau perubahan dalam kehidupan.
 Depresi dapat berdampak pada berbagai aspek kehidupan, termasuk hubungan sosial, karier, dan kesehatan fisik. Depresi yang disebabkan oleh standar kecantikan adalah sebuah masalah yang sangat umum di kalangan wanita dan remaja. Standar kecantikan yang dipromosikan oleh media sosial dan industri kecantikan dapat mempengaruhi perasaan self-esteem dan body image seseorang.
Standar kecantikan di Indonesia, terutama pada generasi Z, telah berubah dengan pengaruh media sosial. Konten yang ada di media sosial tentu akan sangat erat kaitannya dengan sekelompok orang yang suka berkomentar, sekelompok orang ini lah yang biasa disebut dengan Netizen.Â
Netizen Indonesia sekarang mematok standar kecantikan yang lebih luas dan tidak hanya berfokus pada penampilan fisik. Mereka memandang kecantikan sebagai gabungan dari berbagai aspek, seperti kulit yang putih, wajah yang mulus, tirus dan glowing, serta rambut yang lurus, panjang dan tebal.Â
Bagi Netizen Indonesia standar kecantikan yang menjadi referensi mereka adalah dengan memato model model luar negeri dengan proporsi tubuh tinggi dan kurus bak boneka barbie. Namun, perlu diingat bahwa standar kecantikan yang berlebihan dapat menimbulkan stigma dan diskriminasi terhadap perempuan yang tidak memenuhi standar tersebut.
Dalam beberapa tahun terakhir, standar kecantikan di Indonesia telah berubah. Sebelumnya, hanya warna kulit putih saja dianggap sebagai standar kecantikan, tetapi sekarang, perempuan di Indonesia menambah prioritas mereka dengan memiliki kulit yang putih, mulus, dan glowing.Â
Bahkan Rambut tebal, lurus dan panjang juga menjadi bagian dari standar kecantikan yang dianggap sangat penting. Namun, masih banyak perempuan yang berusaha mencapai standar kecantikan yang ‘mustahil’ dan tidak relevan dengan kesehatan fisik dan psikologis mereka. bila para perempuan tidak memenuhi standar kecantikan yang dibuat oleh netizen indonesia diamana itu berlebihan dan tidak realistis maka mereka dapat mengalami berbagai masalah psikologis dan sosial.
Kasus-kasus seperti ini sebenarnya cukup banyak kita temui tak hanya pada dunia entertainment namun juga pada lingkungan sekitar. Di salah satu aplikasi yang sangat dikenal masyarakat dari generasi a-z yakni Tiktok. Tiktok merupakan bukti yang nyata dan tentunya sering kita jumpai kasus-kasus seperti ini.Â
Bagi beberapa netizen jika pada beranda mereka muncul video seseorang yang menggunggah video dirinya namun tak memiliki paras yang cantik dan sesuai dengan standar para Netizen, Maka tak sungkan bagi netizen untuk langsung menghujat para user Tiktok itu dengan kata-kata yang tak pantas.Â
Ntah itu dalam konteks Sarkasme dengan  cara berpura-pura peduli dan mengingatkan untuk menjaga badan si pembuat video, atau bahkan yang parahnya adalah ucapan ucapan secara frontal yang mengarahkan dan menyama-nyamakan para pembuat video dengan hewan atau hal yang jelek.Â
Dengan lahirnya suatu standar kecantikan di media sosial maupun dalam lingkungan sehari-hari membuat manusia khususnya para wanita semakin tertekan. Bahkan ada dari beberapa wanita yang tak berani keluar dan menutupi muka dan tubuhnya karena takut dihina oleh orang-orang sekitar mereka. Hal ini tentunya yang memicu adanya Depresi pada para wanita. Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi depresi karena standar kecantikan: