Pragmatik mengkaji ilmu tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujaran. Ujaran adalah pemakaian sebuah bahasa, seperti rangkaian kalimat, sebuah frasa, atau bahkan sebuah kata oleh seorang penutur tertentu dan pada situasi tertentu. Pragmatik juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang hubungan bahasa dan konteks. Makna bahasa tersebut dapat dimengerti bila diketahui konteksnya. Batasan pragmatik adalah aturan-aturan pemakaian bahasa mengenai bentuk dan makna yang dikaitkan dengan maksud pembicara, konteks, dan keadaan. Secara ringkas pragmatik adalah ilmu yang mengkaji tuturan dibalik ujaran yang tersirat maupun tersurat.Â
Pemahaman linguistik umum dibagi menjadi dua, yaitu linguistik struktural dan linguistik fungsional. Linguistik struktural dilihat pada diadik, yaitu bentuk dan fungsi. Sedangkan linguistik fungsional dilihat pada triadik, yaitu bentuk, fungsi, dan makna. Ketika membicarakan masalah pragmatik maka akan berfokus pada triadik, yaitu bentuk, fungsi, dan konteks.
Jika pragmatik dikaitkan dengan ilmu lain maka akan bersinggungan langsung dengan sosiopragmatik dan sosial masyarakat pemakai bahasa. Hubungan pragmatik dengan ilmu lain harus melihat pada dimensi penutur, lawan tutur, maksud atau tujuan tuturan. Penutur dan lawan tutur memiliki dimensi penting dalam sebuah tuturan agar dapat melihat sosiopragmatik (pragmatik dihubungkan dengan sosiolinguistik). Penutur dan lawan tutur didukung oleh tujuan tuturan akan mempengaruhi aspek ilmu lain misalnya dihubungkan dengan psikologi maka akan menjadi psikopragmatik.Â
Oleh karena itu, pragmatik sangat penting dalam berbagai konteks pemahaman ilmu dan tuturan. Pragmatik memahami ujaran atau maksud dibalik tuturan seseorang. Sedangkan, dalam bentuk tulisan, pragmatik memahami maksud yang tersirat maupun tersurat. Konteks situasi juga sangat mempengaruhi sebuah implikatur dipahami oleh lawan tutur secara jelas.Â
Berbagai macam teks, koteks, dan konteks yang memiliki intisari pragmatik dalam kehidupan sangat dekat dengan keseharian kehidupan penutur dan lawan tutur dalam situasi formal maupun nonformal. Contoh konteks komunikasi kehidupan sehari-hari: Â Â
Bibi: "Kok tidak siap-siap ganti baju? Kamu tahu sendiri bagaimana Ibumu kalau menunggu lama"Â
Adik: "Tanggung gamenya udah mau selesai"Â
Bibi: "Nanti Ibumu berubah jadi singa lho"Â
Adik: "Aaaaa Bibi aku takuttt..."Â
Berdasarkan percakapan Bibi dengan Adik dapat dideskripsikan konteks sifat Ibu ketika lama menunggu. Jadi sifat Ibu sudah dipahami oleh Bibi dan Adik sebagai konteks percakapan antara Bibi dengan Adik. Artinya peran teks, koteks, dan konteks dalam sebuah percakapan penutur dan lawan tutur akan sangat menentukan pemahaman maksud ujaran dari seorang penutur. Oleh karena itu, peran penutur, lawan tutur, dan konteks tuturan harus menjadi perhatian dalam konteks makna dibalik ujaran untuk kajian pragmatik dalam kehidupan sehari-hari. Belajar pragmatik berarti belajar memahami maksud ujaran penutur dan lawan tutur dalam kehidupan sehari-hari yang tersirat maupun tersurat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H