Mohon tunggu...
Cay Cay
Cay Cay Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Belajar tak dibatasi usia.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Untung Ada Plastik di Tong Sampah

21 Januari 2014   10:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:37 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau ingat cerita ini, aku rasanya jadi geli dan pengin ketawa sendiri. Ini sih cerita tentang temanku yang menurutnya baru seumur-umur dilakukan tapi bikin geli sekaligus malu. "Namanya juga kepepet," begitu kilahnya ketika diminta bercerita. Eaalah, ada-ada saja! Inilah ceritanya.

Hari Sabtu sore, tepatnya tiga hari yang lalu aku bersama tujuh orang temanku tengah pulang dari Cipanas. Kami baru saja menyelesaikan tugas dinas dari sekolah. Begitu keluar dari lokasi hotel kami langsung dihadang kemacetan lalu lintas. Apalagi saat itu hujan turun begitu deras. Memang selama dua hari di Cipanas, hujan terus mengguyur tanpa henti.

Gara-gara kemacetan yang parah akhirnya perjalanan kami menjadi lebih lama. Kondisi ini membuat kami merasa kesal dan jenuh. Hujan yang terus mengiringi sepanjang perjalanan juga membuat kami kedinginan. Akibatnya kami jadi beser dan selalu ingin kencing. Meski pun dari hotel kami sudah antispasi dengan buang air supaya tidak repot di jalan, tapi ternyata tetap saja keinginan kencing itu muncul lagi ketika di perjalanan. Repotnya kami tak leluasa berhenti untuk buang air karena lalu lintas yang macet.

Menahan kencing, itulah masalah yang kami hadapi. Setiap ada POM bensin kami mencoba untuk berhenti tapi tak bisa. Mobil susah membelok karena terhadang kendaraan lain yang sudah berjubel antre. Kami hanya bisa berdoa semoga kemacetan segera berakhir. Sepanjang perjalanan kami tak berani banyak bercanda, karena kalau tertawa perut jadi sakit. Apalagi kalau mobil melewati jalan berlubang atau tak rata, aduh tambah kacau deh perut. Kami khawatir tanggul yang menahan air kencing jebol.

Menjelang masuk pintu tol Padalarang kemacetan mulai berkurang. Bahkan tak lama kemudian kami juga menemukan POM bensin. Begitu mobil kami bisa membelok ke POM bensin, kontan kami bersorak kegirangan. Serasa menemukan tempat yang indah. Bergegas kami turun dan menuju toilet. Tapi alamaak, ternyata toilet cuma ada dua,  satu toilet untuk pria, dan satu lagi untuk wanita. Itu pun yang antre sudah berjajar.

Terpaksa deh aku dan tiga teman permpuan lainnya menahan sabar lagi untuk antre. Namun, tidak demikian dengan temanku yang cowok dan pak sopir. Mereka berdua ternyata tak sanggup lagi untuk antre. Sementara desakan dari perut makin kuat. Akhirnya mereka hanya bisa celingak-celinguk. Ketika melihat di sudut toilet ada tong sampah, sopir kami mencoba mengoreknya. Ia menemukan kantong plastik di situ. Tanpa pikir panjang ia pungut kantong itu. Kebetulan ada dua kantong, satu lagi segera ia berikan ke teman cowok kami. Setengah buru-buru mereka lalu menyelinap ke koridor di samping toilet. Sebuah tempat yang mereka anggap cukup aman.

Tak berapa lama terdengar suara tawa panjang dari temanku dan pak sopir. Sebuah tawa yang memancarkan kelegaan seolah terbebas dari beban berat. Rupanya mereka telah mengemas limbah buangan mereka menggunakan plastik yang dipungut dari tong sampah. Pantas, mereka tertawa-tawa. Cuma persoalan tak berhenti di situ. Ketika di depan toilet masih ada beberapa orang, mereka tak berani keluar dari tempat persembunyian.  Mereka tunggu sampai benar-benar tak ada orang. Setelah itu baru limbah yang mereka kantongi dibuang ke wc. Tuntaslah sudah.

Ketika kembali ke mobil, aku tanyakan kepada keduanya kenapa ngumpetnya kok lama. Dengan menahan tawa dan setengah malu temanku lalu bercerita. Mendengar kisahnya, kami yang lain kontan ngakak berkepanjangan. Wah, kebayang deh malunya. Tapi gimana lagi, ini memang situasi darurat yang kalau tak segera dicari jalan keluarnya  bisa gawat. Puji Tuhan, sisa perjalanan berikutnya kami lalui dengan lancar tanpa kemacetan sehingga  kami tak perlu menanggung siksaan kedua kalinya.****

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun