Mohon tunggu...
Lintang
Lintang Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang Kompasianer yang masih belajar menulis. Gemar jalan-jalan, membaca, makan enak dan nonton film. Penghindar konflik tapi kalau harus berhadapan juga akan diselesaikan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. 😜 Suka dengan kutipan berikut ini karena masih berjuang melawan diri sendiri yang kebanyakan impian. ☺ "The most excellent jihad (struggle) is that for the conquest of self.” ~ prophet Muhammad

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kompasiana Baru Memang Jengkelin!

29 Oktober 2009   06:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:30 1236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

[caption id="attachment_19646" align="alignleft" width="300" caption="Kompasiana Baru"][/caption]

Hari ini genap sepuluh hari dari hari pertama Kompasiana berganti baju. Kalimat diataslah yang ada di kepala saya setiap kali menutup kunjungan ke blog publik yang makin ramai ini.

Penilaian tersebut bukannya tidak beralasan tapi saya harus obyektif dan adil ketika menyuarakan penilaian ini. Jadi, pertama-tama saya akan membahas kelebihannya dulu baru kemudian kekurangannya.

Kelebihan Kompasiana baru antara lain :

1.Tagline Kompasiana baru lebih membumi. Dulu tagline-nya adalah "Journalist blog network". Jadi jelas terlihat bahwa ini adalah blognya para jurnalis profesional dan jejaringnya, meskipun ada tempat buat publik tapi dulu penulis dari golongan ini seperti dari warga kelas terendah karena fasilitas yang diberikan berbeda. Padahal kenyataannya tulisan dari blogger publik tidak kalah menarik dan bermanfaatnya dari tiga golongan lainnya. Hal inilah yang membuat tulisan dari Prof Nur yang berjudul "Menggugat Feodalisme di Kompasiana" muncul.

Sekarang dengan tagline “sharing connecting”, Kompasiana membuat kita tidak hanya bisa memiliki wawasan yang luas dengan sharing tapi juga menambah jejaring pertemanan dengan connecting.

2.Kompasiana sekarang lebih aman dan nyaman! Siapapun (tanpa log-in pun) bisa mengakses Kompasiana untuk membaca semua tulisan yang sudah diposting oleh Kompasaner terdaftar namun untuk memberi komentar anda harus log in dulu (otomatis anda harus menjadi Kompasianer dong). Ya iya lah, masak gak kenal mau main komentar aja di tulisan orang!

Bukankah sudah pernah diulas oleh admin Pepih bahwa etiket pergaulan di dunia maya ini sama persis dengan dunia nyata? Jadi perlakukan sebuah ID seperti seseorang, mau pakai ID anonym atau asli silahkan saja tetapi harus tetap sopan dalam pergaulan. Syukur-syukur mau pakai ID asli jadi pertemanannya bisa berlanjut ke dunia nyata. Ingat lho, setiap manusia itu membutuhkan manusia lain. Siapa tahu kita bisa menolong orang lain di sini. Menolong orang itu baik untuk kesehatan, kawan!

Jadi buat penulis yang biasanya ramai dikunjungin, jangan takut kehilangan fans jika tulisan anda memang bagus, anda pasti dicari dengan menggunakan fasilitas search engine (mesin pencari) atau melalu data base Kompasianer (letaknya diatas tab kategorisasi tulisan Wisata saat ini).

Apalagi sekarang kenyamanan pembaca terjamin karena terhindar dari referensi jumlah pengunjung tulisan yang tinggi namun ternyata isinya biasa-biasa saja karena ada rating penilaian. Mohon untuk selalu memberi penilaian jika membaca suatu tulisan dengan jujur, jangan takut mengklik "biasa" atau dibawahnya  karena penulisnya teman anda. Bukankah teman yang baik adalah teman yang jujur?

Saya katakan aman karena dengan log in ketika memberi komentar, ID kita tidak dapat dipalsukan seperti skandal cah Pamulang (cieee skandal… lebay banget yak) yang dipecahkan oleh detektif eh... pak Wawan Supriyadi pada Kompasiana lama (disini).

3.Saya bangga banget dengan para admin Kompasiana, meskipun terlihat santai tapi mereka bekerja keras untuk memenuhi mayoritas keinginan Kompasianer disini. Sedikit bicara banyak bekerja…. Lho koq kayak maling ya, maksudnya mereka itu pendengar yang baik…. Yah ngerti lah maksud saya, masak gak ngerti seh aach?

Selain meniadakan pengkotakan antara journalist, guest & network dan public, sehingga kita semua sama dan sejajar (egaliter banget semangatnya kan?), admin memberi kesempatan tulisan kita untuk menjadi headline. Suit suiiiit…. Itu kan prestisius! Bayangkan aja, kita bisa umumin ke teman teman seperti ini “Yuhuuuu, kawans baca Kompasiana dong, tulisan gw jadi headline tuh!” tapi jangan lupa ditambahahin “Buruan ya!”. Karena tulisan kita bisa bergeser jika ada tulisan yang lebih baik lagi.

Asyiknya, admin memberi bocoran salah satu kriteria penilaian untuk menjadi headline itu gambar-gambarnya harus “wokeh” dan tentu saja lebih baik orisinil meskipun "comot" dari google juga diterima selama sesuai dengan tulisan dan mencantumkan sumber gambar.

Bagaimanapun tulisan di Headline kan harus menarik seperti display di toko toko, gitu loch. Ingat-ingat deh, meskipun ini blog publik, kita harus tahu diri karena kita bertanggung jawab juga menjaga nama besar Kompas.

Jujur, kalo tulisan kita diposting di blog pribadi kan belum tentu dapat pengunjung banyak jadi pliis deh, kita harus mengakui mereka itu sebenarnya pembaca Kompas yang mengakui kredibilitas Kompas jadi postinglah tulisan semenarik mungkin supaya tidak malu-maluin Kompas. Jangan menipu pembaca dengan judul-judul provokatif tapi isinya kosong karena lama-lama pembaca bosan dan mem-black list anda sehingga tulisan anda tidak dikunjungi lagi (Ilmu ini saya dapatkan dari Pak Prayitno Ramelan, Bapak Blog Publik Kompasiana tapi bahasa beliau lebih halus lho).

Jangan berharap terlalu tinggi meskipun tetap boleh bermimpi bahwa tulisan-tulisan anda disini bisa dibukukan oleh sebuah penerbit. Lebih baik diniatkan untuk berbagi saja sehingga tulisan-tulisan anda jika memang akhirnya dibukukan, itu akan menjadi kesuksesan luar biasa. Jika anda berharap tinggi, anda akan terbebani dan jadi seperti kejar setoran, lama-lama tulisannya menjadi tidak “bernyawa” lagi.

Untuk pemula seperti saya, jangan pernah malu mengakui kelebihan dan meminta ilmu menulis dari para blogger senior meskipun mereka lebih muda dari kita. Semakin kita rendah hati, semakin banyak ilmu yang didapatkan dan lebih baik terlihat “bodoh” daripada sok tahu karena itu akan terlihat secara gamblang pada tulisan atau komentar kita.

4.Saya sangat menyukai fitur-fitur baru di Kompasiana. Pertama pembagian kategorisasi tulisan melalui tab, itu sangat memudahkan pencarian. Seperti saya yang sangat menyukai topik filsafat, sosbud dan wisata, saya tidak perlu tersesat di topik politik yang kurang saya sukai.

Kemudian profile Kompasianer kini bisa dibuka, sehingga ketika berkomunikasi kita bisa menyamakan "frekuensi" agar pesan kita diterima misalnya ketika berbicara dengan ABG, kan tidak mungkin seperti sedang berbicara dengan para senior atau ketika berbicara dengan orang kreatif, ya jangan pakai gaya politisi dong dsb. Selain itu di profile kita, pada side bar kiri terdapat link tulisan yang kita komentarin sehingga sekarang mudah sekali untuk mengetahui tanggapan penulis terhadap komentar kita (saya senang diskusi bermanfaat bukan “celoteh lapau” jadi saya senang banget jika ditanggapi penulis).

Sementara di side bar kanan profile selain daftar teman juga ada link dari tulisan terbaru teman-teman kita, ini membuat kita harus berteman dengan para penulis favorite. Caranya minta dengan sopan kepada mereka untuk mengklik kita sebagai temannya. Tuh enak banget kan, kita bisa berteman dengan penulis favorite dan menyerap ilmunya juga.

Rating penilaian? Buat saya, itu seperti menjawab do’a karena itu yang saya butuhkan agar saya bisa mengukur besarnya animo pembaca terhadap tulisan saya.

Namun yang paling saya sukai dari keseluruhan adalah Dashboard untuk account saya di blog publik ini. Untuk menulis sekarang lebih mudah tidak seperti Kompasiana yang lama, saya sudah bisa insert link, media dan mengatur tampilan. Saya juga bisa mengedit tulisan yang sudah diposting, men-delete komentar spam dan mengirim pesan ke sesama Kompasianer maupun admin melalui japri. Setting-an profile membuat saya bisa memiliki URL dengan nama sesuai yang  saya inginkan dan saya pun bisa mengganti deskripsri tentang saya juga photo kapan pun (maklum saya agak sedikit narsis dan banci kamera jadi koleksi photo-nya buanyak hi hi hi….)

5.Notifikasi untuk masuknya komentar sudah tidak ada lagi meskipun saya dengar admin sedang mempertimbangkan untuk diadakan lagi. Saya pribadi senang karena saya tidak terganggu oleh dering BB saya pada jam kantor. Semoga jika diadakan lagi, bisa di-setting seperti di FB jadi saya bisa me-non aktifkan karena saya tidak memerlukannya, toh saya tinggal buka profile saya untuk mengetahui apakah ada komentar baru atau tidak pada side bar kanan persis di bawah link tulisan terbaru dari teman.

6.Adanya term of use membuat kita bertanggung jawab ketika mengeluarkan opini dalam bentuk tulisan dan menjamin setiap Kompasianer mendapat hak dan kewajiban yang sama. Saya perhatikan setiap hari photo Kompasianer baru di home page selalu berganti dan waktu tayang sebuah tulisan di 10 tulisan terbaru sangat cepat berganti. Ini membuktikan bahwa tampilan baru ini menyedot blogger baru, baik yang jam tebangnya sudah tinggi maupun rendah untuk bergabung.

Ada yang tulisannya bagus sekali ada juga yang masih lompat-lompat tapi semangatnya sangat terasa untuk berbagi disini. Saya tersentuh dengan tulisan-tulisan dari seorang Kompasianer baru bernama Puri, meskipun gaya penulisannya sederhana khas remaja tapi pesannya sangat jelas untuk berbagi semangat, keperdulian dan pengetahuan tentang pertumbuhan sel abnormal pada payudara (klik disini).

7.Saya terus terang diuntungkan dengan tampilan Kompasiana yang baru karena sebagai penulis pemula dan blogger pekerja yang moody, belakangan ini tulisan saya sering mendapat komentar untuk terus menulis sehingga saya terpacu untuk menulis. Para penyemangat ini sampai di tulisan saya dari link nama saya dibawah photo thumbnail ketika berkomentar ke berbagai postingan. Tuh kan… silaturachim itu penting jadi jangan remehkan pertemanan meskipun di dunia maya karena saya meyakini apapun yang terjadi di dunia ini sudah diatur.

Ngomong-ngomong eh nulis-nulis…. Koq kelebihannya banyak ya, ternyata (garuk-garuk kepala). Jadi apa dong yang bikin Kompasiana jengkelin (dibaca : Jeng Kelin)? Anda tahu jeng Kelin, kan?

Jeng Kelin itu salah satu tokoh komedi yang diperankan Nycta Gina pada acara berjudul “Prime Time” di Trans TV. Tokoh perempuan culun yang cuek dan menjengkelkan ini memang memorable karena kepiawaian actor-nya. Bayangkan, seorang dr. gigi yang pemalu bisa terlihat begitu bodoh, sok tahu dan seperti “kesurupan” menjadi jeng Kelin sesungguhnya ketika dia memerankannya.

Iya, buat saya Kompasiana ini jeng Kelin. Menyebalkan tapi tidak ada yang tidak mengakui bahwa tokoh yang lebay ini lucu dan menggemaskan. Jeng Kelin itu ngangenin! Jadi saya harus akui saat ini kekurangannya hanya satu yaitu saya tidak punya waktu banyak untuk selalu “gaul” di situs seksih ini meskipun saya sudah download BB launcher untuk menemani saya di perjalanan pergi ke dan pulang  dari kantor.

Situs ini begitu menggoda. Jadi berhati-hatilah karena godaanya bisa membuat kita sakit mata!

Salam Kompasiana,

Lintang, Kompasianer yang harus mulai mengontrol waktu berkunjung ke Kompasiana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun