[caption id="attachment_209982" align="aligncenter" width="498" caption="Siswa-siswi SMP Tunas Harapan Nusantara"][/caption]
Dijadwalkan untuk menyajikan presentasi di SMP “Tunas Harapan Nusantara” dalam pelatihan “Membuat Mading yang Menarik” dengan menyisipkan materi “Internet Sehat dan Aman” untuk para remaja pagi ini membuat saya bersemangat namun juga khawatir karena ini pertama kali saya berbicara di depan publik yang belum saya kenal sama sekali.
Kekhawatiran itu sedikit berkurang ketika mas Valen menyemangati bahwa saya pasti bisa dalam perjalanan menuju sekolah tersebut! Waduh, yakin sekali bapak satu ini padahal melihat saya presentasi sekali saja belum pernah.
Seharusnya saya maju bersama mbak Vema, relawan IDKita lainnya namun semalam salah satu anaknya terkena gejala typhus dan harus dirawat di rumah sakit. Kami semua mendoakan agar si kecil lekas pulih kembali dan meminta dia untuk fokus ke keluarga dulu.
Pelatihan seharusnya dimulai jam 08:30 dan berakhir jam 12:00 namun karena materi begitu padat, acara berakhir jam 12:30 dipotong istirahat selama 30 menit pada jam 10:00. Mbak Ratih, salah satu relawan yang kebetulan adalah salah satu guru di sekolah di SMP Tunas Harapan Nusantara juga aktif membantu di sela-sela kegiatan mengajarnya di kelas.
Di sesi pertama sebelum jam istirahat, Mas Valen memperkenalkan apa dan siapa IDKita juga Kompasiana. Ketika beberapa siswa telihat bingung mencari apa hubungan mading dengan internet sehat dan aman maka kami menjelaskan bahwa internet sebagai salah satu sumber dari artikel-artikel mading bisa dikatakan sama dengan sebilah pisau. Pisau bisa bermanfaat untuk memotong sayur seperti juga internet yang dapat memberi informasi yang mereka butuhkan, namun pisau juga bisa membunuh seperti juga internet yang dapat merusak jika digunakan tanpa mengikuti etika dan hukum yang berlaku.
Sampai di penjelasan tersebut, mereka mulai mengetahui arah presentasi kami. Ketika mereka diberi kesempatan untuk membuka diri tentang pengalaman mereka berinternet, suasana pelatihan mulai mencair perlahan. Mas Valen menjelaskan tentang bahaya penggunaan internet dan fakta- fakta yang membuktikannya. Tidak lupa memberi penekanan pada 3 prinsip utama dalam berinternet :
1.Think before you act - Berpikirlah sebelum bertindak
2.Think before you click - Berpikirlah sebelum mengklik
3.Think before you post - Berpikirlah sebelum memuat
Di sesi ini juga dijelaskan tentang IDKita – Remaja dan mengajak mereka untuk bergabung karena banyak program kegiatan positif di dalamnya. Setelah mereka bergabung, dipastikan mereka dapat bertanya apa saja tentang internet bahkan curhat seputar pergaulan di dunia maya dengan kerahasiaan dijamin oleh para admin yang sebagian besar kaum ibu.
Sesi pertama ini ditutup oleh gelak tawa para siswa karena mas Valen meminta mereka menerjemahkan status-status berbahasa alay.
[caption id="attachment_209984" align="aligncenter" width="488" caption="Waktu istirahat diantara dua sesi"]
Sesi kedua masih menjelaskan apa masalah-masalah yang dapat timbul dari internet seperti flaming, harassment, denigration, impersonation dan outing. Di sini siswa mulai berani curhat dari masalah akun yang tiba-tiba di-suspended hingga bertanya bagaimana jika orangtua mereka sibuk dan tidak ada waktu untuk mendengar curhat mereka karena kami meminta agar tidak terlalu percaya dengan internet jika sedang galau.
Ketika giliran saya untuk menjelaskan tentang manfaat menulis, bloging dan jenis-jenis tulisan, fokus mereka mulai terpecah karena waktu sudah menunjukan pukul 11:20. Saya tidak kehilangan akal, saya ajak mereka menyanyikan tiga not sederhana bersama-sama. Saya ulang beberapa kali hingga suara mereka terdengar keras dan pandangan mereka fokus kembali ke depan.
Mungkin mereka geli karena ada guru TK nyasar dan mengajak mereka menyanyi di tengah-tengah pelatihan tapi saya tidak perduli karena saya harus mendapat perhatian mereka kembali.
Saya senang sekali karena banyak juga yang suka menulis bahkan ada 8 siswa yang sudah memiliki blog pribadi maka saya tidak mau kehilangan kesempatan untuk menyelipkan masalah netiquette di sini yaitu etika berinternet sehingga mereka bisa memahami bahwa dunia maya sama persis dengan dunia nyata. Kita harus menghargai orang lain seperti kita ingin dihargai orang lain.
[caption id="attachment_209983" align="aligncenter" width="518" caption="Suasana interaktif dalam pelatihan"]
Waktu yang tersisa digunakan mas Valen untuk menjelaskan tentang mading atau majalah dinding dari manfaat, cara membuat, tips mengelola dan lay-outnya. Sebelum berakhir, kami membagi 45 siswa yang hadir menjadi 9 kelompok dengan mencampur kelas 7, 8 dan 9 sehingga mereka tidak berkelompok dengan teman-teman seangkatan saja. Ini untuk melatih mereka agar bisa bekerja sama kelompok dengan siapa pun.
Kami meminta setiap kelompok mencari bahan-bahan artikel yang akan dibuat menjadi dua artikel sesuai dua rubrik yang mereka pilih. Selain itu kami juga meminta mereka untuk mewawancarai “tokoh” yang akan dimajukan dalam rubrik profil. Besok kami akan kembali untuk meneruskan pelatihan ini, semoga berjalan lancar seperti hari ini dan bahkan lebih baik lagi.
Lintang, ibu dua anak yang sedang belajar public speaking.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H