“Latte art bukan sekadar seni menuang buih susu ke dalam kopi. Dibutuhkan pengetahuan yang sempurna mengenai teknik kebaristaan dan latihan yang dilakukan terus-menerus,” demikian papar Iwan Setiawan saat ditemui di Common Grounds Coffee, Citywalk, Sudirman (12/4).
Iwan Setiawan: Sang Juara Seni Lukis Kopi Susu
Nama Iwan Setiawan (33) atau lebih dikenal dengan Johni atau kadang dipanggil Bang John, mendadak menjadi sorotan publik pecinta kopi di Indonesia setelah ia berhasil menyabet gelar sebagai juara Indonesia Latte Art Championship (ILAC) 2014. ILAC 2014 merupakan kejuaran yang ditujukan untuk mengasah kebolehan para pecinta kopi dan barista di Indonesia dalam memadukan seni dan keterampilan dalam membuat latte art yang diselenggarakan oleh Asosiasi Kopi Spesial Indonesia—populer disebut SCAI (Specialty Coffee Association of Indonesia)—di Nusa Dua Convention Center, Bali, 6-8 Maret 2014. Pada kejuaraan ILAC yang pertama kali diadakan oleh SCAI ini, setiap peserta mengunggah video aksi mereka di YouTube. Lalu, pihak panitia akan melakukan seleksi berdasarkan video terunggah. Dari 75 peserta yang diterima oleh penyelenggara, sebanyak 24 peserta dipilih untuk mengikuti babak eliminasi di Bali. Lima di antaranya adalah barista dari Pandava Coffee, termasuk Iwan. Selanjutnya dari 24 orang yang terpilih tersebut disaring kembali menjadi 6 orang pada babak eliminasi berikutnya. Enam peserta yang memiliki skor tertinggi tersebut adalah: 1) Iwan mewakili Pandava Coffee; 2) Aga dari Tanamera Coffee; 3) Vicky Rahardja dari Warung Kopi Sruput; 4) Arief Rachman dari My Coffee O!; 5) Iqbal dari Noah’s Barn; dan 6) Mimi dari Anomali. Di babak final, tiap peserta diberi waktu selama 5 menit untuk melakukan persiapan, meliputi pengaturan grinder dan mesin yang telah disediakan panitia. Selanjutnya, dalam waktu selama 6 menit, setiap peserta membuat 4 cangkir latte yang terdiri dari 2 cangkir free-pour latte yang identik dan 2 cangkir pattern latte yang identik dari tiap pattern yang mereka ajukan kepada dewan juri. Iwan memenangkan perlombaan ini dengan total skor 322. Sebagai juara, Iwan berhak membawa pulang uang tunai sebesar 5 juta rupiah, trofi, piagam, seperangkat alat kopi (syphon, dripper, hand grinder, french press, dan server), barista kit, voucher untuk di Bali, dan cangkir keramik. Selain itu, ia akan diterbangkan ke Melbourne mewakili Indonesia dalam World Latte Art Championship (WLAC) 2014 yang akan berlangsung pada 15-18 Mei.
*****
[caption id="" align="alignnone" width="600" caption="Hasil Latte Art Iwan Setiawan | Foto dari Twitter Iwan Setiawan"]
"Dalam kopi, latte art itu nomor sekian. Yang penting belajar teknik dan taste kopi. Kalau dibuat latte kopi yang cocok seperti apa, baru bentuknya."
Dalam WLAC nanti, Iwan dan peserta dari berbagai negara akan mengikuti dua putaran kompetisi yang diuji oleh juri yang berbeda pada tiap putarannya. Pada babak Art Bar, peserta diberi waktu 5 menit untuk mengakrabkan diri dengan mesin dan grinder, selanjutnya diberikan waktu 10 menit untuk menghasilkan satu cangkir latte art yang akan dinilai oleh oleh 4 juri visual. Pada tahap kedua, peserta akan dinilai oleh 4 juri yang terdiri dari 2 juri visual, 1 juri teknis, dan 1 kepala juri. Pada taha tahap kedua ini, perserta dipinta menyajikan 4 cangkir latte dalam waktu 6 menit. Peserta yang lolos hingga putaran final harus mempresentasikan kreasinya di hadapan juri yang sama dengan juri sebelumnya. Para finalis membuat 6 cangkir yang terdiri dari 4 cangkir latte dan 2 cangkir macchiato dalam waktu 8 menit. Setiap juri dalam kejuaraan tersebut merupakan juri-juri yang telah tersertifikasi sebagai Certified WBC Judge oleh World Coffee Events. Selamat berjuang dan semoga sukses, Bang John! ____________________________________________ Artikel ini merupakan reportase yang saya lakukan untuk media online bersifat kolaboratif yang didedikasikan khusus untuk melakukan pendokumentasian dan membangun jaringan pertukaran informasi, pengetahuan, dan pengalaman banyak orang terkait kopi. Indonesia yang secara kultural sebagai penghasil kopi memiliki kekayaan tradisi mengenai aktivitas meminum kopi. Baca juga: Nyeduh Kopi Pake Smartphone
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H