Mohon tunggu...
Catur Stanis
Catur Stanis Mohon Tunggu... lainnya -

menyukai kegiatan menulis sejak memiliki buku harian di tahun 1982, namun sayang semilyar kali sayang buku harian itu kini raib entah dimana. semoga yang teringat dan tercatat bermanfaat :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

You Can if You Thinks Yakin

30 September 2012   17:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:26 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang kita inginkan akan kita dapatkan. Sesederhana itukah. Nanti dulu, jangan berapriori dengan kalimat ini. Pelan-pelan bacalah kalimat berikut ini kemudian camkan serta rasakan dalam kebeningan diammu yang paling hening.

Saya tidak sedang mengada-ada. Karena apa yang saya tuliskan dengan sepenuh kesadaran ini berdasar pada sesuatu yang saya alami sendiri. Mungkin anda bisa saja beranggapan,”itu bisa buat kamu Nis, tapi bagi yang lain belum tentu.” Saya akan tersenyum sambil menyeruput kopi saya sejenak untuk melanjutkan kalimat saya yang sebetulnya belum selesai namun terpotong oleh keraguan anda. Nah disinilah letak kunci masalah yang sering kita abaikan. ‘Keraguan’. Bukankah setiap kita tanpa sadar seringkali memelihara perasaan ini; keraguan, skeptik, gamang, tak pasti. Kalau anda bertahan dengan perasaan tersebut, maka lupakanlah untuk mendapatkan apa yang anda inginkan. Karena syarat untuk mendapatkan itu adalah dengan membuang jauh segala rasa ragu, takut, malu, minder, ngungun, gamang dan semacamnya yang kalau dibiarkan tumbuh dalam diri kita hanya akan menjadi semacam kendala yang memagari pergerakan kita yang semestinya bisa lebih luas dan leluasa.

Saya pernah mengalami ‘mental break down’ yang mendekati serius. Namun bangunan kesadaran di dalam diri saya menolak untuk mendekonstruksinya dengan sesuatu yang negatif. Maka saya memilih cara positif. Saya perbaiki hubungan saya dengan Tuhan dengan jalan memperbaiki hubungan saya dengan manusia. Saya melakukan perjalanan jauh ke dalam diri saya sendiri untuk meneliti peta permasalahan lantas saya gerakkan kesadaran saya untuk berjarak dengan diri sendiri untuk menguliti peta permasalahan yang sedang saya hadapi dengan cara seobyektiv mungkin. Hal ini membuat saya jadi bisa menganalisa diri saya sendiri melalui metode SWOT (strengh, weakness, oportunity dan threat).

Dari hal tersebut diatas, saya semakin percaya bahwa manusia pada dasarnya memang diciptakan untuk menjadi psikolog bagi dirinya sendiri. Metode pemulihan perasaan ini bukan semata melarikan diri dari masalah, namun justru mendekati obyek masalah, mengenalinya lebih dalam serta berbincang akrab dengannya sebagai mitra.

Masalah bukan untuk dimusuhi ataupun dihindari. Semakin kita menghindar maka kita justru akan senantiasa menjumpai permasalahan dengan segala bentuknya. maka cara paling ampuh untuk mengatasi masalah adalah dengan jalan mengenalinya. Setidaknya dengan ‘technicaly know how’, kita jadi tau bagaimana menyikapi serta mengantisipasi kemungkinan masalah itu berkembang, melebar ataupun meluas.

Pertama yang mesti kita lakukan adalah melokalisasi masalah. Hal ini sangat penting, karena semakin sedikit yang terlibat dalam permasalahan itu akan mencegah terjadinya kompleksitas yang justru tidak mengurangi namun justru akan menjadi tambahan beban masalah.

Kedua adalah mulailah berjarak pada diri sendiri agar tercapai obyektivitas penilaian. Kecenderungan untuk menyalahkan diri sendiri sama buruknya dengan menyalahkan orang lain. Karena kedua hal tersebut tak akan menyelesaikan masalah namun justru akan menimbun permasalahan baru tanpa disadari.

Semoga yang sedikit ini bermanfaat, setidaknya bagi saya. Syukurlah bila anda juga dapat memetiknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun