Wakatobi dikenal sebagai destinasi wisata bahari dengan keindahan panorama yang mampu menyihir para wisatawan dari berbagai belahan dunia. Wilayah Wakatobi didominasi oleh perairan yang memiliki luas total 18.377 km2, yang mana mencakup sebanyak 97 persen dari luas wilayah total Wakatobi.Â
Perairan Wakatobi memiliki kekayaan alam yang beraneka ragam, mulai dari terumbu karang hingga potensi ekosistem pulau-pulau kecil di sekitar kawasan laut Wakatobi. Hal tersebut menjadikan Wakatobi dikukuhkan oleh pemerintah dan UNESCO sebagai Taman Nasional Laut. Di balik keindahan Pulau Wakatobi ini, pulau-pulau kecil di Wakatobi sebenarnya sangat rentan mengalami kerusakan ekosistem dan lingkungan.
Masyarakat dan Permasalahan Sampah yang Sulit Diatasi di Kawasan Mola Raya
Kerusakan lingkungan yang terjadi di Wakatobi mayoritas disebabkan oleh sampah. Keberadaan sampah, terutama sampah plastik, cenderung mengancam keberlangsungan hidup berbagai flora dan fauna sehingga berisiko mengganggu keseimbangan ekosistem. Fenomena terdamparnya paus dengan keadaan perut yang dipenuhi sampah plastik seberat 5,9 Kg di perairan Pulau Kapota pada tahun 2018 menjadi peristiwa yang memprihatinkan sekaligus perlu dilihat secara kritis.Â
Kejadian tersebut mendorong penulis untuk melihat permasalahan sampah di pulau-pulau lain sekitar Wakatobi. Salah satunya yaitu kawasan pesisir Mola Raya yang berada di Kecamatan Wangi-wangi Selatan, Pulau Wangi-wangi, Kabupaten Wakatobi.
Sampah dan kebersihan di kawasan Mola Raya menjadi permasalahan umum yang belum dapat diselesaikan secara tuntas hingga saat ini. Hal ini ditekankan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, sewaktu berkunjung ke kawasan tersebut bersama para rekan sejawat pada tahun 2017.Â
Kanal yang mengelilingi kawasan Desa Mola Raya ini cenderung tidak terlihat dasar airnya karena sudah tertutupi oleh sampah yang berserakan dan tidak terkelola dengan baik. Hal tersebut dapat beresiko buruk terhadap segala aspek kehidupan.Â
Isu sampah sendiri tidak luput dari perhatian Kepala Desa Mola Nelayan Bakti dan Mola Selatan. Bapak Amin selaku Plt Kepala Desa Mola Selatan mengatakan kepada tim KKN Energi Wakatobi UGM bahwa permasalahan utama yang ada di Desa Mola Selatan adalah sampah kiriman yang menggunung. Letak pemukiman yang berada di wilayah pesisir berpotensi menjadikan tempat tinggal tersebut dipenuhi oleh sampah kiriman.Â
Di sisi lain, Bapak Derdy selaku Kepala Desa Mola Nelayan Bakti, menambahkan bahwa masyarakat kawasan Mola Raya cenderung menjadikan wilayah laut sebagai tempat pembuangan akhir dari berbagai aktivitas yang mereka lakukan.Â
Sampah rumah tangga dan limbah aktivitas perdagangan menjadi contoh permasalahan sampah yang perlu diminimalisir secara perlahan. Masyarakat Mola Raya sendiri telah dihimbau untuk tidak membuang sampah sembarangan, terutama di laut.