Mohon tunggu...
Catur Pujihartono
Catur Pujihartono Mohon Tunggu... lainnya -

hidup harus lebih dari sekedarnya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

PP 200 Ribu

18 Maret 2012   16:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:51 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13320869861594450019

Mendampingi komunitas adalah kerja tetap yang dilakukan oleh para relawan di SOS Children’s Village Yogyakarta. Dan ketika ada komunitas yang baru maka relawan harus melakukan perhitungan untuk menggunakan uang transport yang tersedia, agar bisa cukup untuk pulang-pergi. Seperti yang saya alami kala pertama kebagian tugas mendampingi di Jatisari Ponjong Gunung Kidul. Uang transport yang tersedia hanya sebesar 30 ribu untuk sekali kunjugan. Jumlah yang begitu sedikit. Namun hanya karena sebuah komitmen pribadi, saya menerima saja untuk mendampingi di daerah sana.

Namun begitu saya juga harus memperhitungkan uang sebesar itu agar bisa terpakai dengan pas. Ya kalau pun harus menggunakan uang pribadi, juga tidak harus terlalu besar. Saya mulai membuka peta untuk mengetahui daerah itu berada. Begitu melihat nampak kontur yang kasar yang jelas menggambarkan daerah yang berbukit-bukit.  Saya dapat menangkap bahwa daerah itu jarang ada angkutan umum. Prediksi saya ini saya kuatkan dengan informasi dari teman-teman tentang biaya transportasi di daerah itu. Untuk menggunakan angkutan umum ternyata memang lebih mahal dan memakan waktu. Maka saya dan Vina memutuskan untuk menggunakan sepeda motor, menghemat biaya dan tentu memberi kemudahan dalam mencari tempatnya.

Pagi hari kami berangkat menyusuri liukan jalan Yogya- Wonosari Gunungkidul. Meski tidak sering melewati jalan ini, kami bisa melaluinya dengan lancar. Namun kemudian kami bingung untuk mencari jalan ke arah kota Kecamatan Ponjong. Setiap persimpangan kami selalu melihat ke atas. Mencari Plang penunjuk arah. Begitu konsentrasinya kami sehingga ketika melewati perempatan dan ada plang penunjuk arah bertuliskan Ponjong belok kiri kami segera melaju tanpa melihat rambu lainnya. Saya sendiri menyadari dan melihat bahwa perempatan tadi lampu sedang merah dan banyak juga orang yang berhenti.

Kira-kira 3 km dari perempatan tadi, kami dikejutkan karena kehadiran Polisi yag tiba-tiba menghentikan kami. Tanpa basa-basi, Pak Polisi meminta STNK kendaraan untuk memastikan kami tidak lari. Segera kami digiring ke pos penjagaan Polisi yang berada di perempatan. Di pos  itu taar menawar terjadi. Ujungnya kami harus membayar 40 ribu. Itu pun ada diskon 20 ribu karena kami seorang relawan. Lumayan juga. Segera kami bayar karena untuk menjalani sidang jelas akan memakan waktu dan ongkos yang lebih besar.

Dengan bertanya-tanya di sepanjang jalan, akhirnya kami sampai di lokasi. Tidak bisa berlama-lama kami menjumpai relawan lokal setempat dan anak-anak di sana. Sebuah peringatan dari penduduk untuk tidak terlalu sore untuk pulang. Disamping karena jalan yang sepi juga kondisi jalan yang telah banyak rusak. Tidak ada angkutan umum, selain pada waktu pagi hari. Segera kami bergegas pulang dengan melewati jalan yang sama. Kami memacu laju motor agak cepat karena tidak ingin kemalaman.

Sampai di kota kecamatan Ponjong laju motor mulai oleng. Kami berhenti untuk melihat keadaan. Ban kami ternyata kempes dan bocor. Meungkin karena kondisi jalan yang rusak. Kami bertanya-tanya mencari tambal ban yang masih buka. Hampir putus asa karena waktu itu sudak menjelang pukul 16:00. Beruntung juga karena Kota Kecamatan Ponjong masih lebih ramai daripada di Jatisari. Dari informasi warga, kami mendapatkan sebuah tambal ban satu-satunya. Lega juga walau kami harus menuntun kendaraan sejauh + 1 km.

Yang lebih menguras uang lagi ternyata kami harus mengganti ban luar-dalam, itupun harus kami beli sendiri di Kota Karangmojo ( 3 Km lagi ). Namun tidak pilihan kami harus membelinya. Dengan meminjam motor milik tukang tambal ban kami menuju Kota Karangmojo. Ban luar dan dalam seharga 145 ribu itu kami beli dan memberikan kepada tukang tambal ban. Jasa tukang tambal ban harus kami ganti sebesar 5 ribu.

Total perjalanan kami pada hari itu PP sebesar 200 ribu ditambah jajan dalam perjalan. Ya sudahlah, kami mungkin hanya bagian dari bangsa ini yang harus prihatin. Menggunaka kendaraan pribadi atau umum sama repotnya dan sama mahalnya. Menggunakan sarana umum yang masih sangat terbatas. Menggunakan kendaraan pribadi dengan operasional yang sama besar ongkosnya,

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun