Salah satu kebijakan pemerintah dalam pembangunan sektor wisata adalah “Peningkatan Kemitraan Masyarakat, Swasta, dan Media Massa”, dalam artian bahwa pemerintah telah membuka keran peran serta semua pihak untuk ikut serta membangun dan memanfaatkan sektor pariwisata sebagai sektor yang bisa menunjang peningkatan pendapatan semua lapisan masyarakat. Dengan demikian Keberhasilan Pembangunan Kepariwisataan Nasional merupakan hasil kerja pemerintah pusat dan daerah, swasta, dan dukungan masyarakat serta media massa. Maka perlu sebuah kebijakan yang menyentuh itu, dan diantaranya
- Peningkatan pemberitaanaan media massa
- Pembinaan terhadap organisasi kemasyarakatan
- Pembinaan unit ekonomi setempat
- Mendorong peran serta organisasi kemasyarakatan
Dari butir-butir tersebut jelas bahwa pariwisata bisa berkembang seiring dengan adanya pemberitaan yang akan memberi ketertarikan wisatawan untuk datang dan menikmati suasana di tempat tersebut. Kemudian daya dukung masyarakat harus juga diiring dengan kapasitas masyarkat yang biasanya terorganisir dalam kelompok-kelompok. Kelompok ini yang kemudian menghasilkan produk yang bisa dinikmati wisatawan. (sumber)
Dari kebuijakan terrsebut hal yang harus banyak diperhatikan adalah adanya konsep ruang, yang mencakup pengembangan budaya dan budidaya. Pengembangan Budaya mencakup produk seni budaya dan tradisi yang berkembang dari masyarkat. Sedangkan budidaya adalah bagaimana budaya itu sendiri mampu untuk memberikan peningkatan perekonomian masyarakat.
Nyutran dan Nyutra Budaya
Potret dari keberhasilan kebijakan Pemerintah dalam Peningkatan Kemitraan Masyarakat, Swasta, dan Media Massa ini tergambarkan dari sebuah kampung yang Bernama”Nyutran”. Nyutran adalah sebuah kampung yang ada di tengah kota Yogyakarta. Kampung yang tidak bisa lepas dari keberadaan Kraton Ngayogyakarta karena kampung ini adalah kampung prajurit Kraton yang Bernama Prajurit Nyutra.
Prajurit Nyutra bukan merupakan Prajurit yang sering bertempur di medan pertempuran, tetapi lebih banyak berfungsi sebagai prajurit pengawal Sultan. Sehingga prajurit ini tidak bisa dikatakan sembarangan karena disamping harus bisa menguasai berbagai macam bentuk senjata, tetapi juga harus bisa menghibur Sultan. Artinya harus bisa berkesenian (menari, nembang atau gamelan/bermusik). Seperti prajurit lain semua disatukan dalan satu wilayah kampung di sisi timur Sungai Code. Boleh dikatakan Kampung Nyutran dulu adalah tangsi militer milik Kraton
Dari hal di atas maka bahwa masyarakat Kampung Nyutran sekarang ini mempunyai alur sejarah dari seorang prajurit dan seniman. Sehingga dalam hal budaya dan tradisi masyarakat sangat erat dan kental dengan seni. Naluri berkesenian seperti para pendahulunya menjadi sesuatu yang kerap meresahkan. Dari keresahan itu kemudian muncul Paguyuban Seni Budaya “Nyutra Budaya”. Paguyuban ini kemudian mengembangkan seni seperti gejog lesung, Seni Keprajuritan, Kethoprak dan Kerawitan.
Sejak dicanangkan pengembangan Kampung Wisata oleh pemerintah Kota Yogyakarta, Nyutran dan Nyutra Budaya semakin giat dalam mengembangkan budaya guna menuju pada Kampung Wisata yang bisa diakses oleh wisatawan. Tetapi sesuatu hal yang memamng tidak mudah untuk diwujudkan karena banyaknya keterbatasan. Bahkan masyarakat banyak yang secara mandiri membangun budaya atau kesenian untuk mendukung pariwisata.
Menuju Kampung Wisata
Seperti gambaran di awal bahwa keberadaan Kampung Nyutran ada di tengah Kota Yogyakarta. Dengan demikian bahwa pengembangan wisata terkendala pada ruang yang sudah tidak memadai. Penuhnya hunian dan terbatasnya ruang kosong sebagai ruang berkesenian menjadi hal yang sangat terbatas. Padahal jika ini ada dan bisa diakses oleh masyarakat secara leluasa maka wisata di tempat ini akan semakin berkembang pesat.
Dengan keterbatasan ini maka masyarakat Nyutran dan Nyutra Budaya mengembangkan budaya dan budidaya dengan mengakses dan bekerjasama dengan pemerintah kota dan swasta. Dalam hal budaya Masyarakat Nyutran dan Nyutra Budaya pernah menyelenggarakan Pentas di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta. Sebuah tempat yang sangat representatif dan sangat mewah bagi Paguyuban selevel Kampung dan Paguyuban Seni Nyutra Budaya. Biasanya tempat ini dipakai oleh kelompok seni yang sudah mapan dan seniman dengan nama-nama besar. Namun ternyata berkat kerjasama dengan berbagai pihak, masyarakat Nyutran dan Nyutra Budaya bisa terlaksana dan dinikmati banyak masyarakat yang lebih luas dan diliput berbagai media.