Saya memang bukan seorang penikmat kecepatan dalam berkendara. Santai sambil menikmati sisi jalan yang terlalui. Sisi jalan dengan berbagai hiruk-pikuknya merupakan panorama tersendiri yang tetap enak untuk dilihat. Ada manusia dengan berbagai aktifitasnya di sepanjang jalan.
Dalam berbagai hal, keamanan berkendara di jalan tidak hanya tergantung pada diri kita sendiri. Tetapi juga tergantung pada pengendara jalan yang lain. Meski kita terus berhati-hati tetapi masih juga ada kecelakaan yang menimpa. Tiba-tba ada pengendara yang nyelonong ke arah kita dengan lajunya.
Selain dari keamanan yang standard kita lakukan seperti berdo’a, membawa perlengkapan berkendara (helm, SIM dan lain-lain) serta tertib berlalu-lintas ke-hati-hatian adalah hal yang paling penting.
Ke-hatian-hatian memang banyak yang mengartikan sebagai sebuah kewaspadaan. Tetapi justru kewaspadaan banyak dilakukan dengan berlebihan. Ini juga akan membuat reflek otot kita menjadi terganggu jika ada sesuatu yang memicu kecelakaan karena tegang. Intinya adalah bagaimana kita fokus tetapi tidak terlalu tegang dalam mengendalikan kendaraan.
Cara yang paling mudah untuk tetap fokus adalah dengan menikmati laju roda kendaraan. Kita tidak akan memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi karena terus menikmati sisi jalan. Dan do’a, kelengkapan berkendara serta tertib berlalu-lintas adalah kendaraan tersendiri yang membawa kita dalam perjalanan dengan aman dan rileks. Bagaimana, seseorang yang tidak membawa SIM bisa menjalankan kendaraan dengan tenang.? Jika tidak tenang akankah menjadi rileks dan fokus serta menikmati laju kta di atas roda.?
Rileks sambil memegang stang kendali kendaraan. Nikmati saja jika lampu merah yang menyala, jalan yang macet, ada pengalihan rute yang menjadikan perjalanan yang jauh. Atau ulah pengendara lain yang bersikap seolah jalanan ini milik nenek-moyangnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H