Mohon tunggu...
Catur Pujihartono
Catur Pujihartono Mohon Tunggu... lainnya -

hidup harus lebih dari sekedarnya

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Nangkring Bareng Bank Indonesia Sebuah Upaya Membumikan Angkasa

22 November 2014   00:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:11 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_336914" align="aligncenter" width="534" caption="Suasana Nangkring Bareng Bank Indonesia di Yogyakarta"][/caption]

Masyarakat desa Selopamioro di dekat Goa Cerme memang tidak asing dengan suasana Gua. Di samping memperoleh pendapatan sebagai tempat wiasata dengan menjadi pemandu atau berdagang tetapi juga sebagai tempat mendapatkan air. Sebagai pemandu mereka harus keluar masuk Goa membawa wisatawan yang berkunjung. Sebagian dari mereka berdagang mie instan atau makanan-minuman cepat saji yang lain di sekitar mulut Goa. Tetapi mayoritas dari masyarakat unutk mengambil air di musim kemarau. Goa Cerme yang mengalir sungai bawah tanah di dalamnya didatangi hanya diambil airnya untuk mencukupi keperluan air sehari-hari. Selang air yang panjang mereka bentangkan dari Goa menuju rumah masing-masing di bawah. Yang rumahnya berada di atas mendatangi Goa dengan jerigen-jerigen.

Rutinitas harian seperti ini menjadikan masyarakat di sana benar-benar hafal dengan kondisi Goa dan seluk beluk di dalamnya. Boleh dikatakan kehidupan masyarakat sudah sangat tergantung pada keberadaan Goa Cerme. Namun meski begitu erat simbiosis ini, masyarakat kebanyakan tidak tahu nama dan genesis ornamen-ornamen yang ada di dalamnya.  Buta dengan istilah-istilah ilmiah yang ada di dalam ilmu speleology. Bagaimana sejarah terbentuknya?. Perlakuan-perlakuan salah yang menyebabkan kerusakan Goa. Dan bila kerusakan terjadi maka masyarakat pasti juga merasakan akibat-akibat yang ditimbulkan.

Kira-kira seperti itulah gambaran masyarakat Indonesia tentang Bank Indonesia dan Sistem Keuangan. Masyarakat awam selama ini mengerti bahwa Bank Indonesia adalah lembaga pencetak dan pengedarkan uang sah yang ada di seluruh negri ini. Menarik uang lama yang sudah tidak berlaku, kemudian menggantikan dengan uang disain baru. Berkantor gedung yang besar, namun tidak pernah diketahui aktivitas di dalamnya. Padahal jika sistem keuangan negara mengalami gangguan, masyarakat adalah yang paling besar merasakan imbasnya.

Krisis Keuangan yang terjadi tahun 1998 adalah contoh peristiwa sejarah yang sangat kelam dirasakan oleh bangsa Indonesia akibat goyahnya sistem keuangan. Penjarahan dan kerusuhan hingga pembunuhan ada dimana-mana. Keadaan yang begitu mencekam dan menakutkan. Sampai-sampai tirani yang berkuasa begitu kuat saat itupun jatuh. Peristiwa yang menimbulkan trauma berat yang dilami oleh Bangsa Indonesia. Namun tetap masyarakat awam tidak pernah mengerti apa yang menjadi penyebab peristiwa itu dan harus berbuat apa?. Siapa yang bertanggung-jawab?. Dan apa yang telah dilakukan pemerintah selain menjaga keamanan dan ketertiban?. Tidak pernah bisa dimerngerti oleh masyarakat. Yang jelas bahwa masyarakat hanya tahu harus menyelamatkan diri agar tidak menjadi korban.

Belajar dari itu maka BI mengupayakan sebuah stabilitas sistem  keuangan. Upaya yang ditujukan agar sejarah kelam yang terjadi pada yahun 1998 tidak terjadi lagi. Sistem Keuangan harus stabil dari tahun ke tahun. Sebuah pencegahan agar tidak terjadi kerusuhan lagi. Situasi krisis memang tidak mungkin tidak terjadi. Namun, diharapkan jika terjadi dampaknya tidak sebesar yang sudah-sudah. Memang upaya ini banyak membawa hasil. Karena setelah tahun 1998 krisis terjadi besar kecil di tahun 2002, 2006 2008 dan 2012. Keberhasilan BI sebab krisis yang terjadi tidak menimbulkan situasi keos. Tidak terjadi kerusuhan atau gejolak yang berarti.

Keberhasilan BI dalam menjaga stabitas sistem keuangan tentu harus mendapatkan apresiasi yang dalam. Namun permasalahnya pokok adalah masyarakat tetap tidak mengerti bahwa semua ini adalah hasil kerja orang-orang BI. Ibaratnya seperti contoh di atas, bahwa orang -orang BI ini sedang melakukan kegiatan di dalam Goa. Tidak banyak yang tahu apa yag dikerjakan di dalam Goa. Tidak bisa terlihat secara langsung dari luar. Seindah apapun ornamen di dalam, orang di luar tetap tidak bisa mengerti. Sehebat apapun aksinya tetap tidak bisa diketahui, kecuali jika ada dan menjadi bagian di dalamnya. Belum lagi ketidak-pahaman ini ditambah dengan istilah-istilah yang begitu asing terdengar bagi orang di luar.

Dari semua itu, saya hanya mencoba meraba maksud dan tujuan diadakannya Nangkring Bareng BI dengan tema "Stabilitas Sistem Keuangan". Masyarakat perlu diberi pemahaman, akan keadaan krisis di suatu negara bisa terjadi karena tidak stabilnya sistem keuangan. Dan di Indonesia, BI selama ini terus berusaha berperan dalam menjaga stabilitas sistem keuangan. Ada aksi yang terus di lakukan di dalam gedung BI. Dan di dalam gedung sana tidak hanya ada aktivitas cetak mencetak uang dan mengedarkannya, tetapi ada orang-orang yang berpikir untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan dalam hal keuangan.

Upaya yang sangat bagus, BI mengundang para Kompasianers untuk dititipi pesan-pesan tersebut. Dan harapannya, ada banyak tulisan-tulisan yang menyeruakan suara dari BI. Lewat tulisan yang dibuat tentu akan lebih mudah sampai pada masyarakat. Dan masyarakat akan mengerti dan paham dalam pengendalian sistem keuangan. Mengerti dan paham apa yang harus dilakukan secara individu seperti menekan peredaran uang cash dan membatasi kepemilikan kartu kredit lebih dari satu.

Sebuah acara yang sangat menarik menurut saya. Ilmu yang  berada di dua tempat yang sama sekali jauh berbeda. Satu di Bumi dan satu lagi di Angkasa. Upaya membawa angkasa untuk bisa dipertontonkan orang-orang bumi. Mencoba memberi pengertian bahwa angkasa itu bukan tempat yang kosong. Ada banyak hal di atas sana. Namun sayang, ada sedikit kekurangan dalam acara ini.  Pemaparan yang disampaikan narasumber kurang tersampaikan ada audien. ada banyak peserta yang berangkat bukan dari latar belakan ilmu ekonomi atau keuangan. Penyampaian materi akan lebih dapat mudah dicerna jika narasumber bisa menyajikan hal-hal yang lebih menarik. Misalnya bisa disajikan dalam pemaparan Sejarah BI dan sumbangsihnya untuk Indonesia. Bisa juga melalui media audio visual tentang bagaimana situasi yang terjadi tahun 1998. Tetapi bagaimanapun upaya membumikan angkasa ini patut diacungi jempol.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun