Mohon tunggu...
Catur Prasetyo
Catur Prasetyo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang yang bertanggungjawab terhadap pekerjaan, ambisius, dan mandiri.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nasib Rakyat Maluku Akibat Pengingkaran Pemerintah Belanda

20 Juni 2022   00:05 Diperbarui: 20 Juni 2022   00:11 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Wikimedia Commons

Halo kawan semua!

Rakyat Maluku tidak hanya tinggal di Indonesia saja lho. Tetapi, mereka juga ada yang tinggal di Belanda sejak tahun 1950-an. Awalnya, pada 27 Desember 1949 Belanda mengakui kedaulatan Indonesia yang disusuli dengan persoalan-persoalan tentara Ambon KNIL. Tentara Ambon KNIL di Maluku memproklamasikan berdirinya Republik Maluku Selatan (RMS) pada 25 April 1950, tetapi Belanda belum mengakui akan kedaulatan mereka sebagai negara yang merdeka. Pemerintah Belanda harus menepati isi dari perjanjian KMB yang mana salah satunya berisi tentang pembubaran KNIL pada 26 Juli 1950. Namun, pemerintah Belanda yang saat itu dipimpin oleh Kabinet Drees tidak mengakui adanya RMS. Sekitar 4000 orang Maluku yang merupakan tentara Ambon KNIL ini terpaksa untuk meninggalkan Indonesia untuk memperjuangkan RMS yang dijanjikan akan diakui oleh Belanda. Mereka menuntut dan meminta pertanggungjawaban pemerintah Belanda atas pengakuan sebagai negara yang memiliki hak otonom. Pada tahun 1951, rakyat Maluku diberangkatkan ke Belanda dengan total 12.500 (sudah termasuk keluarga tentara Ambon KNIL) yang didominasi dengan harapan bahwa mereka dapat kembali lagi ke Republik Maluku Selatan yang merdeka.

Bagaimana keadaannya ketika mereka sampai di Belanda?

Tibanya rakyat Maluku di Belanda, mereka ditempatkan di kamp-kamp bekas kamp konsentrasi Nazi yang berjumlah 90 bangsal. Kondisi lingkungan yang mereka tinggali berada di posisi yang tidak menguntungkan seperti tempat yang lembab, jauh dari pemukiman warga, dan fasilitas listrik yang kurang baik. Selain itu, bantuan diberikan secara langsung oleh pemerintah Belanda ke kamp-kamp tempat rakyat Maluku tinggal. Salah satu kamp terbesar yaitu kamp Lunetten di Vught dan Schattenberg di Assen. Hingga tahun 1970-an mereka masih menggantungkan harapan mereka kepada pemerintah Belanda. Dengan harapan ini, menyebabkan mereka enggan untuk bersosialisasi dan berbaur dengan masyarakat Belanda karena mereka pikir akan tinggal sebentar saja di Belanda. Kemudian, rakyat Maluku di Belanda membentuk berbagai struktur politik dan identitas mereka sendiri. 

Lalu, bagaimana sih awal pengingkaran janji Belanda terhadap rakyat Maluku?

Berdasarkan surat kabar Nieuwsblad van het Noorden dengan judul Bangsa Maluku, verwerp acties, menyebutkan bahwa Belanda tidak melakukan keadilan untuk RMS dan pelanggaran sumpah. Republik Maluku Selatan diberikan janji oleh pemerintah Belanda pada tahun 1950 bahwa mereka akan diakui, tetapi semua itu hanya omong kosong belaka. Komite Hukum Internasional dengan suara bulat telah menetapkan Hak Penentuan Nasib Sendiri Republik Maluku Selatan dan kewajiban pengakuan oleh setiap negara hukum. Periode-periode baru bagi rakyat Maluku yaitu sekitar pertengahan tahun 1970-an. Periode tersebut mulai bermunculan tindakan-tindakan kekerasan atau aksi yang dilakukan oleh rakyat Maluku di Belanda. Aksi tersebut berupa demonstrasi, pembajakan kereta api, dan terorisme. Sebelum kejadian ini, kejadian kekerasan juga pernah terjadi pada tahun 1966 ketika sejumlah pemuda melakukan aksi pembakaran gedung Kedutaan Besar RI di Belanda. Peristiwa dan aksi yang dilakukan rakyat Maluku di Belanda antara lain sebagai berikut:

  1. Peristiwa Wassenaar. Peristiwa yang terjadi pada 31 Agustus 1970 ini dilakukan oleh para pemuda militan yang bertujuan untuk menolak pemulangan orang-orang bekas KNIL ke Indonesia pada saat kedatangan Suharto ke Belanda. Keadaan ini juga dibarengi dengan adanya aksi terorisme yang telah mereka persiapkan.
  2. Rencana penculikan Ratu Yuliana. Rencana penculikan Ratu Yuliana adalah sebuah rencana dalam memperjuangkan RMS dan memaksa pemerintah Belanda untuk mewujudkan janji-janjinya dalam mengembalikan rakyat Maluku ke Indonesia dengan kondisi RMS yang berdaulat serta diakui. Namun, rencana ini tidak berjalan dengan mulus karena telah diketahui oleh pihak Belanda.
  3. Pembajakan kereta api di Kota Assen. Kota Assen adalah salah satu kota di Belanda yang memiliki jumlah penduduk orang Maluku terbanyak. Kejadian pembajakan ini terjadi pada bulan Desember 1975 yang bertepatan dengan rencana penyulikan Ratu Yuliana.
  4. Gedung konsulat RI yang direbut oleh pemuda Maluku di Amsterdam dan penyanderaan sekolah dasar.

Perjuangan yang penuh lika-liku yang dilakukan oleh rakyat Maluku kian tahun kian memudar. Tindakan-tindakan tersebut dipraktikan oleh generasi kedua dan ketiga yang mengalami perasaan hilang harapan. Tindakan mereka adalah suatu perbuatan buruk yang tentunya memakan banyak korban dan merugikan berbagai pihak. Bukannya membuat progres lebih baik bagi mereka, tetapi malah membuat keadaan semakin rumit.  Seusai kejadian-kejadian pada tahun 1970-an, rakyat Maluku seolah-olah mengalami perubahan lembaran hidup. Mereka mulai dapat berintegrasi dengan masyarakat lokal dan menerima keadaan mereka sebagai bagian dari Belanda.Panjangnya perjalanan rakyat Maluku hingga kini membuat mereka menjadi memiliki budaya dan identitas baru di Belanda. 

Penemuan identitas baru yang kebanyakan dilakukan oleh generasi muda rakyat Maluku tidak lagi menjadikan orang tua atau pendahulu mereka sebagai contoh. Hal ini pula ditunjukkan dari apa yang telah mereka lakukan seperti adanya penegasan identitas dengan menciptakan budaya pop Maluku. Tahun 1980an mulai muncullah beberapa kegiatan konser yang disebut dengan Moluccan Moods. Dengan jenis tipe musik akulturasi antara Maluku dan budaya luar seperti nada-nada pop internasional. Menurut Hulsboch tahun 1984, kebudayaan dan identitas Maluku di Belanda banyak dikenalkan melalui media dan komunitas-komunitas budaya. Salah satunya yaitu radio Suara Maluku dan komunitas tari-tarian, paduan suara, festival musik, serta menunjukkan budaya melalui pakaian mereka. Maka dari itu, lembaran baru rakyat Maluku di Belanda semakin tercerahkan dengan adanya akulturasi atau pembauran budaya Maluku dan Belanda.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun