Mohon tunggu...
Catur Nurrochman Oktavian
Catur Nurrochman Oktavian Mohon Tunggu... Guru - guru mata pelajaran IPS di Salah satu SMP Negeri. suka menulis, dan sudah menghasilkan beberapa buku tentang pendidikan IPS

guru mata pelajaran IPS di Salah satu SMP Negeri. suka menulis, dan sudah menghasilkan beberapa buku tentang pendidikan IPS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

PMM berubah jadi Ruang GTK

26 Januari 2025   21:46 Diperbarui: 26 Januari 2025   22:21 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Platform Merdeka Mengajar tamat sudah. Seiring bergantinya menteri, maka semua nama yang berbau merdeka mengajar pun ditenggelamkan. Episode berjilid-jilid yang diterbitkan menteri Nadiem Makarim, menjadi tamat riwayatnya. Nomenklatur kementerian yang mengurus terlalu banyak bidang pun dipecah menjadi tiga nama. Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, dan Kementerian Kebudayaan. Diharapkan dengan pemecahan ini, gerak dan melajunya birokrasi pendidikan lebih cepat dalam mengakselerasi kemajuan pendidikan nasional. Dan lebih penting lagi, dengan pemecahan menjadi tiga kementerian, pemerintah dapat memberikan pelayanan pendidikan yang lebih maksimal pada masyarakat.

Semua yang berbau merdeka mengajar kini ditiadakan. Platform Merdeka Mengajar pun berganti nama menjadi Ruang Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK). Rumah belajar yang dikelola Pusdatin dan telah ada sejak zaman menteri sebelum Nadiem menjabat, pun kini dihidupkan lagi dan dibranding baru dengan nama Rumah Pendidikan. "Apa pun makanannya minumannya tetap teh botol", bunyi iklan masa kecil saya tergiang kembali di telinga. Apa pun namanya, yang penting bagaimana substansinya bisa meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Apa pun nama atau istilah yang dipakai, kuncinya adalah pada bagaimana menggerakkan semua ekosistem pendidikan bergerak bersama meningkatkan kualitas pendidikan kita yang konon tertinggal dengan negara lain bahkan di lingkup ASEAN.

Sebenarnya, akar permasalahan pendidikan itu apa? Sebanyak apa pun program kegiatan yang dilakukan dengan anggaran puluhan atau bahkan ratusan triliun sekalipun tidak akan berdampak signifikan apabila tidak menyentuh akar permasalahannya. Sebenarnya kunci melakukan perubahan pendidikan di negeri ini terletak pada penatakelolaan guru dan tenaga kependidikan. Sebagus apa pun visi, program, dengan menyedot dana besar apabila guru tidak dibenahi dalam tiga hal, yaitu: kesejahteraan, kompetensi, dan perlindungan profesinya, maka tidak berdampak signifikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional.

Sebagus dan secanggih apa pun teknologi pendidikan yang dipakai dalam dunia pendidikan kita, apabila kita tidak memanusiakan guru dan tenaga kependidikan yang merupakan aktor penting dalam ekosistem pendidikan, maka kualitas pendidikan tetap saja mandek alias jalan di tempat. Bagaimana mungkin kualitas pendidikan kita akan bagus, apabila gedung, ruang kelas, dan prasarana pendidikan lainnya banyak yang rusak. Bagaimana kualitas pendidikan akan bagus, apabila seluruh SD Negeri di seluruh nusantara tidak dipenuhi dengan tenaga guru,  TU, operator yang digaji negara secara layak dan memenuhi kebutuhan hidup yang layak. Bagaimana pendidikan dapat memanusiakan manusia, apabila guru, tenaga kependidikan tidak dimanusiakan dalam hal kesejahteraan, peningkatan kompetensi, dan perlindungan hukum dalam menjalankan profesinya.

Untuk apa berganti nama, atau istilah apabila kebijakan pendidikan masih linear alias tidak progresif. Kalau masih menjalankan kebijakan pendidikan yang biasa-biasa saja (as bussines as usual), mau berganti nama ribuan kali pun, berganti menteri puluhan kali pun, tidak  akan terlalu berdampak serius dalam meningkatkan kualitas pendidikan negeri ini. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun