Mohon tunggu...
Catur Nurrochman Oktavian
Catur Nurrochman Oktavian Mohon Tunggu... Guru - guru mata pelajaran IPS di Salah satu SMP Negeri. suka menulis, dan sudah menghasilkan beberapa buku tentang pendidikan IPS

guru mata pelajaran IPS di Salah satu SMP Negeri. suka menulis, dan sudah menghasilkan beberapa buku tentang pendidikan IPS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mendorong Minat Baca

25 April 2023   13:42 Diperbarui: 25 April 2023   13:46 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sepanjang sejarah dunia pendidikan Indonesia telah berkali-kali mengganti kurikulum. Namun setelah beberapa kali ganti kurikulum sepertinya belum berdampak signifikan untuk mendongkrak kualitas pendidikan Indonesia. Indikator hasil skor tes Program for International Student Assessment (PISA) dalam literasi dan numerasi menunjukkan peringkat Indonesia ada di urutan bawah. Sebenarnya pemerintah tidak berdiam diri dalam menghadapi data tersebut. Berbagai program kebijakan sudah diluncurkan tetapi faktanya tetap belum mampu mendongkrak skor literasi kita.

Sebelum era merdeka belajar diluncurkan, pemerintah sudah memiliki banyak kebijakan untuk mendongkrak literasi seperti Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di tahun 2015, Gerakan Pembudayaan Minat Baca (GPMB), dan sebagainya. Namun faktanya kualitas pendidikan kita dinilai masih tertinggal bahkan puluhan tahun dibanding di negara-negara maju. Apa yang kurang tepat dengan kebijakan yang dilakukan selama ini? Apa yang harus dilakukan untuk mengejar ketertinggalan tersebut?

Dalam beberapa hal, penulis sepakat bahwa fundamen pendidikan adalah untuk mendorong budaya membaca dan peran guru sangat penting dalam meningkatkan budaya membaca di sekolah (Kompas, 2 Februari 2023). Meskipun di era digital saat ini, perolehan pengetahuan memang dapat diperoleh dari mana saja selain buku-buku di perpustakaan, tetapi tumbuhnya rasa ingin tahu, mencari literatur dari berbagai sumber akan diperoleh dari tingginya minat dan budaya membaca. Guru dan murid-murid kita memang belum memiliki tradisi kuat dalam membaca terlebih lagi menulis.

Anehnya, beberapa tahun belakangan ini melalui gaung program GLS yang mulai redup ribuan bahkan mungkin ratusan ribu buku dapat ditulis dan dihasilkan para guru dan siswa. Budaya menulisnya tumbuh subur, namun apakah linear dengan tumbuhnya budaya membaca? Ternyata tumbuhnya budaya menulis di kalangan guru dan siswa belum diimbangi dengan semangat membaca yang kuat di kalangan warga sekolah.

Seyogianya meningkatnya semangat menulis didahului dan didorong dengan semangat membaca yang kuat. Namun praktiknya masih dijumpai guru-guru yang belum terbiasa membaca buku-buku termasuk pemikiran Ki Hajar Dewantara yang menjiwai program Merdeka Belajar saat ini. (Anggi Afriansyah, Opini Kompas 2 Februari 2023).

Kunci untuk mendorong minat baca anak didik adalah meningkatkan rasa ingin tahu mereka. Guru mengajukan pertanyaan kritis pada siswa di kelas untuk mendorong rasa ingin tahu mereka. Dengan rasa ingin tahu yang meningkat, maka anak-anak diajak mencari tahu melalui ragam bacaan yang tersedia di perpustakaan di sekolah dan melalui e-library yang sudah tersedia di mana-mana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun