Mohon tunggu...
Catur Ayu
Catur Ayu Mohon Tunggu... -

karyawan swasta sekaligus mahasiswa,,

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Bukankah Manusia Makhluk Sosial? Yang Tidak Bisa Hidup Sendiri??

10 April 2012   14:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:47 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukankah manusia makhluk sosial ? Yang tidak bisa hidup sendiri?? Hemmm,, seperti pengalamanku malam itu. Saat aku membutuhkan bantuan orang-orang ,tak cukup satu atau dua orang , tapi orang satu RT.

Malam itu, aku dan dua orang temanku mencari rental komputer yang memiliki program SPSS. Karena ada tugas kampus yang harus di kumpulkan esok harinya. Maklumlah mahasiwa seperti kami yang selalu mengumpulkan tugas tepat waktu ( kalau belum waktunya di kumpulkan tidak segera di kerjakan). Kami berkeliling kota Salatiga mencari rental itu sampai malam sekitar pukul 21.00. Kami aku, dua orangtemanku yang bernama ida dan eko mengendarai mobil milik Eko untuk berkeliling.Mobil ini adalah tokoh utama dalam ceritaku malam ini.

Karena aku satu-satunya orang Salatiga asli maka aku menjadi petunjuk jalan. Setelah lelah berputar-putar kami berhenti sejenak. Sekilas terlintas di benak ku ada sebuah rental yang belum kami datangi. Karena rental ini letaknya agak masuk ke dalam gang aku enggan untuk mengajak mereka kesana. Tapi pada akhirnya aku pun mengatakan pada temanku mengenai rental itu, dan sepakat untuk datang kesana.

Sebelumnya sudah aku beritahukan bahwa sepertinya mobil tidak dapat masuk sampai ke dalam ,akan tetapi karena melihat jalan masuk yang cukup lebar sehingga mobil bisa masuk , Eko pun membawa serta mobilnya masuk dan tidak mengindahkan perkataanku. Setelah sampai di depan rental ternyata rental itu sudah tutup. Akhirnya kami sepakat untuk pulang. Sebelum pulang, aku yang mengusulkan untuk putar balik saja, tetapi Ida dan Eko mengusulkan untuk terus lurus saja, karena mereka berpikir bahwa jalan ini adalah jalan tikus yang bisa tembus ke jalan raya.

Karena kalah suara (dua berbanding satu ) akhirnya kami lurus dan tidak putar balik. Awalnya jalannya cukup lebar dan bagus, akan tetapi tiba-tiba ada anak tangga sekitar 2 meter dan karena malam hari Eko tidak melihatnya lalu kami pun melewati anak tangga tersebut seperti adegan di film action. Jantung berdegup kencang,tanganku terasa dingin karena ketakutan. Setelah melewati anak tanggamobil pun berhenti tepat di tengah-tengah jembatan. Suasana malam yang sepi dan dingin semakin menambah suasana yang menegangkan. Kepanikan Ida semakin membuatku ketakutan.

Eko lalu turun melihat kondisi jalan. Di depan sudah terlihat jalan raya, akan tetapi jalan yang harus kami lalui sepertinya tidak cukup untuk dilewati mobil. Eko membentangkan tangannya dan mulai mengukur lebar mobil dan lebar jalan .

“ Cukuplah, Mobil bisa lewat.” Katanya.

Lalu eko masuk ke dalam mobil , dan menjalankan mobilnya. Di sebelah kiri jalan ada sebuah rumah yang pondasinya tepat di pinggir jalan. Sebelah kanan jalan ada tanaman yang biasa di jadikan pagar ( biasa di sebut pohon dadah atau teh-tehan). Setelah mobil berjalan sekitar 2 meterban mobil terperosok ke dalam akar tanaman pagar itu. Maju tidak bisa, mundur pun tak bisa. Jalan raya yang yang sudah terlihat begitu dekat , seolah-olah bertambah jauh jaraknya.

Kalau mobil ini tidak bisa maju, apakah kami harus mundur dan melewati anak tangga tadi? Apa mungkin Mobil ini bisa melewati tangga tadi?

Pemilik rumah yang berada di kiri jalan tadi keluar. Seoarang lelaki berusia sekitar 40 tahun. Beliau berkata “ Mas, kok lewat sini. Jalan sini itu tidak bisa dilewati mobil.”. Astagfirullahaladzim, kami terjebak, sudah tidak bisa bergerak maju atau mundur.

“ Bantuan pertama datang. “ Pikirku dalam hati.

Pemilik rumah tersebut ternyata seorang supir truk dan beliau bersedia membantu menyetir mobil kami. Mobil pun perlahan-lahan berjalan mundur, sedikit demi sedikit melewati jembatan dan akhirnya tiba di depan anak tangga.

Penduduk sekitar mulai terusik dan keluar dari rumah, kami menjadi tontonan orang satu RT. Panik, takut ,malu bercampur jadi satu. Para pemuda dan bapak-bapak berpikir bagaimana caranya agar mobil ini dapat melewati tangga. Mulai dari di dorong, anak tangga di lapisi papan untuk jalannya roda masih belum berhasil.

Tiba-tiba seorang pemuda datang membawa tali tambang , dan di ikatkan ke mobil. Bapak pemilik rumah tadi masuk ke dalam mobil dan menyetir. Di depan mobil ada 4 orang laki-laki yang bertugas mendorong. Dan dari belakang mobil ada 3 orang laki-laki yang menarik mobil. Sementara aku, Ida dan para ibu-ibu hanya menjadi penonton.

“ 1,2,3 tarik ! 1,2,3 tarik ! 1,2,3 tarik ! 1,2,3 tarik !

Setelah dilakukan beberapa kali mobil pun berhasil sampai diatas.

“Alhamdulillah .” ucapku dalam hati.

Seorang bapak setengah baya bertanya padaku “ Tadi diajak syuting film action mbak? Diajak terbang? “

Sontak semua orang pun tertawa, aku dan Ida pun tersenyum menahan malu.

Kami pun mengucapkan terimakasih kepada mereka. Tanpa bantuan mereka kami masih terjebak dan tak tahu harus berbuat apa.

Sebuah pelajaran berharga tentang arti kecerobohan,kerjasama,dan arti tolong-menolong.

( Sebuah pengalaman yang tak akan terlupakan bersama kedua orang sahabatku. Salam.)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun