Mohon tunggu...
Cato Prospero Yuda
Cato Prospero Yuda Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa

Suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjaga Keseimbangan Antara Produktivitas dan Kesahatan Mental

8 November 2024   22:22 Diperbarui: 8 November 2024   23:50 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di era modern ini, tuntutan terhadap produktivitas semakin meningkat. Setiap individu diharapkan untuk terus bergerak, menyelesaikan tugas, dan mencapai target yang ditetapkan. Namun, di balik dinamika ini, ada masalah yang kerap terabaikan: kesehatan mental. Banyak orang merasa terjebak dalam lingkaran stres yang sulit dihindari.

 Mereka terjebak dalam kesibukan tanpa memberi waktu untuk diri sendiri, sampai pada titik di mana tubuh dan pikiran tak lagi sejalan. Tidak jarang kita mendengar kisah tentang individu yang akhirnya mengalami burnout. Keseharian yang padat membuat mereka tidak lagi mampu menyeimbangkan antara pekerjaan dan kebutuhan untuk istirahat.

Perbandingan antara produktivitas dan kesehatan mental sangatlah penting. Produktivitas yang tinggi seringkali dipandang sebagai tolok ukur kesuksesan, terutama dalam dunia kerja yang kompetitif. Orang yang produktif dianggap lebih sukses dan lebih dihargai di lingkungan sosial maupun profesional. Namun, di sisi lain, kesehatan mental adalah fondasi yang menopang semua aktivitas kita. 

Tanpa kesehatan mental yang baik, produktivitas tidak dapat dijaga dalam jangka panjang. Seseorang yang terus-menerus bekerja tanpa memperhatikan kesehatannya cenderung mengalami penurunan kualitas kerja dan bahkan bisa menghadapi berbagai masalah kesehatan, seperti kecemasan, depresi, dan burnout. 

Produktivitas yang berlebihan tanpa disertai perhatian terhadap kesehatan mental pada akhirnya justru akan merugikan individu tersebut secara keseluruhan. Dengan demikian, penting bagi kita untuk menemukan keseimbangan antara produktivitas dan kesehatan mental agar bisa mencapai kualitas hidup yang lebih baik.

Bayangkan seorang karyawan bernama Dani, yang bekerja di sebuah perusahaan teknologi besar. Setiap hari, Dani bangun pagi-pagi buta dan segera memeriksa email dan pesan dari rekan kerjanya. Ia tiba di kantor sebelum matahari terbit dan pulang saat malam sudah larut. Tuntutan kerja yang tinggi membuatnya terus-menerus berada dalam mode kerja, bahkan saat di rumah. 

Selama berbulan-bulan, Dani tidak punya waktu untuk dirinya sendiri---tidak ada waktu untuk berolahraga, berkumpul dengan keluarga, atau sekadar bersantai. Akhirnya, tekanan itu membawanya pada titik di mana ia merasa benar-benar kewalahan dan lelah secara mental.

 Suatu hari, tubuh Dani memberikan tanda-tanda jelas bahwa ia perlu istirahat: ia jatuh sakit dan harus mengambil cuti panjang. Dari ilustrasi ini, terlihat jelas bagaimana kurangnya keseimbangan antara kesehatan mental dan produktivitas dapat berdampak negatif pada kehidupan seseorang. Dani akhirnya menyadari pentingnya meluangkan waktu untuk merawat diri sendiri agar dapat tetap produktif dan sehat secara mental.

Contoh lain dari kurangnya keseimbangan antara kesehatan mental dan produktivitas adalah kisah seorang mahasiswa bernama Rina. Rina sangat ambisius dan selalu ingin mendapatkan nilai terbaik di kelasnya. Setiap hari, ia menghabiskan berjam-jam belajar tanpa henti, mengabaikan kebutuhan untuk beristirahat dan bersosialisasi. Dia jarang tidur lebih dari empat jam per malam dan sering melewatkan waktu makan karena sibuk dengan tugas-tugasnya. 

Akibatnya, Rina mulai merasakan dampak negatif pada kesehatannya---ia sering merasa cemas, sulit berkonsentrasi, dan kehilangan motivasi untuk belajar.

 Suatu hari, Rina terpaksa absen dari ujian penting karena jatuh sakit. Dari contoh ini, kita dapat melihat bahwa terlalu fokus pada produktivitas tanpa memperhatikan kesehatan mental dapat mengganggu pencapaian tujuan seseorang. Rina akhirnya menyadari bahwa untuk mencapai kesuksesan jangka panjang, ia perlu menemukan keseimbangan yang sehat antara belajar dan merawat diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun