Mohon tunggu...
Catherine Nola Jemima
Catherine Nola Jemima Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia di Universitas Islam Indonesia

Hobi saya adalah menulis dan saya memiliki ketertarikan terhadap hal-hal baru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penggunaan AI dalam Dunia Pendidikan di Era Super Smart Society: Bagaimana Penggunaan yang Bijak?

29 November 2024   10:24 Diperbarui: 29 November 2024   10:24 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Boleh nggak sih kita menggunakan AI di dalam dunia pendidikan? yuk pelajari lebih lanjut!

Belakangan ini, kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) semakin sering dibicarakan, terutama dalam dunia pendidikan. Banyak yang menganggap AI sebagai "guru tambahan" yang bisa membantu siswa belajar lebih efektif dan mempermudah pekerjaan guru. Tapi, di balik segala kelebihannya, ada satu hal yang harus selalu diingat bahwa penggunaannya harus dilakukan dengan bijak agar benar-benar membawa manfaat.


Menurut Sri Kusumadewi [2003] "Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence merupakan salah satu bagian ilmu komputer yang membuat agar mesin (komputer) dapat melakukan pekerjaan seperti dan sebaik yang dilakukan oleh manusia". AI dirancang untuk meniru cara manusia berpikir dan bertindak. Namun, sehebat apapun kemampuan AI, ia tetap tidak dapat melebihi manusia yang memiliki akal untuk berpikir kritis dan mempertimbangkan berbagai aspek dengan lebih mendalam.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), "pendidikan adalah proses mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang untuk mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan". Pendidikan sendiri berasal dari kata didik kemudian kata ini mendapat imbuhan me- sehingga menjadi mendidik, artinya memelihara dan memberi latihan.
Pengertian pendidikan berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Salah satu keunggulan AI adalah kemampuannya dalam menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan setiap siswa. Misalnya, ada siswa yang belum paham dan dirasa sulit untuk memahami mengenai materi yang telah dijelaskan oleh gurunya lalu siswa tersebut meminta bantuan kepada AI untuk menjelaskan lebih detail. AI akan otomatis menyajikan penjelasan tambahan dengan terperinci. Dengan cara ini, siswa bisa belajar sesuai kemampuan mereka tanpa merasa terbebani.

Namun, seperti teknologi lainnya, AI juga punya tantangan. Masalah seperti kesenjangan digital masih jadi pekerjaan rumah. Tidak semua sekolah punya akses internet atau perangkat yang memadai, sehingga tidak semua siswa bisa menikmati manfaatnya. Selain itu, penggunaan AI biasanya melibatkan pengumpulan data siswa, sehingga keamanan dan privasi data harus benar-benar dijaga.

Lalu, bagaimana cara menggunakan AI dalam pendidikan secara bijak? Pertama, AI harus tetap dianggap sebagai alat pendukung, bukan pengganti. AI bisa membantu guru dan siswa dalam banyak hal, tapi tetap harus ada batasannya. Selain itu, penting juga untuk memastikan semua orang paham cara pakainya. Baik guru maupun siswa perlu dibekali literasi digital supaya mereka tahu manfaatnya dan bisa memanfaatkan teknologi ini dengan maksimal. Seperti mengenali batasan teknologi ini dan tidak bergantung sepenuhnya. Literasi digital harus ditanamkan, sehingga siswa tidak hanya tahu cara menggunakan AI tetapi juga kritis terhadap informasi yang disediakan oleh teknologi tersebut.

Kita dapat kok menggunakan AI dalam proses pendidikan namun harus dengan cara yang benar. AI hanya digunakan untuk sumber belajar dan referensi saja tidak semua pekerjaan kita di selesaikan sepenuhnya dengan AI. Dengan kita mempercayakan pekerjaan kita kepada AI kemampuan berfikir kita otomatis akan semakin berkurang seiring berjalannya waktu. Sehingga menyebabkan ketergantungan dalam menggunakan AI untuk menyelesaikan pekerjaan. AI sebaiknya digunakan untuk hal-hal teknis seperti menyediakan materi belajar tambahan, sementara guru tetap memegang peran utama dalam mengajar dan memahami kebutuhan emosional siswa.

AI memang memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan, tetapi teknologi ini bukanlah solusi instan. Butuh kerja sama dari semua pihak untuk memastikan penggunaannya membawa dampak positif. Dengan pendekatan yang bijak, AI bisa menjadi salah satu langkah besar menuju pendidikan yang lebih baik dan inklusif untuk semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun