Mohon tunggu...
cathelya ishak
cathelya ishak Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - S1 Pariwisata UGM

undergraduate student at UGM

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Menjadi Turis di Pulau Dewata

8 Desember 2024   20:33 Diperbarui: 8 Desember 2024   21:16 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Garuda Wisnu Kencana (galeri pribadi)

Kami seangkatan menuju ke bali dari jogja dari hari pertama menggunakan bis pariwisata dalam rangka kuliah lapangan terakhir kami. Pilihan ke Bali sendiri merupakan hal yang saya setujui sebagai salah satu mahasiswa S1 Pariwisata yang beralasan pada harapan akan dapatnya pengalaman yang menarik serta memicu perluasan wawasan mengingat Bali menjadi salah satu kota di Indonesia dimana industri pariwisatanya cukup berkembang dalam taraf internasional. The blooms garden Bali merupakan tempat pertama yang kami kunjungi setelah sampai di kota Bali, terlebih untuk singgah sebentar sekaligus makan dan berganti baju untuk ke desa wisata penglipuran setelah kurang lebih 20 jam perjalanan yang meliputi darat dan laut. Sepanjang perjalanan, kami sangat menikmati kebersamaan serta waktu istirahat yang cukup. Awalnya saya merasa bahwa perjalanan akan terasa begitu melelahkan mengingat waktunya yang tidak sebentar serta keharusan untuk berada di ruang terbatas dalam waktu yang lama. Tetapi hal ini ternyata tidak menjadi masalah sama sekali. Setibanya di Desa WIsata Penglipuran, kami disambut dengan makanan lagi dimana pilihannya lebih beragam dan khas. 

Hospitality dan keramahan penduduk Bali juga cukup mengambil perhatian saya akan bagaimana mereka saling menghormati perbedaan dan berperilaku baik selama bersosialisasi dengan pendatang. Hal ini dijelaskan oleh tour guide kami saat pengantaran ke pantai melasti di hari kedua kami tiba di Bali, dimana rakyat bali sangat menjunjung tinggi berbuat baik terhadap sesama makhluk hidup serta menghindari saling menyakiti satu sama lain. Dalam berkehidupan, kita tidak pernah tahu apa yang sudah terjadi dengan manusia baru yang kita temui setiap harinya serta pelajaran hidup apa yang membentuk mereka menjadi seperti hari ini. Banyaknya kejahatan yang dilakukan manusia lain sudah tidak biasa lagi dilakukan terhadap sesama. Oleh karena itu, dengan berbuat baik akan sangat membantu dalam berjalannya kehidupan yang lebih rukun sehingga bisa lebih fokus dalam pengembangan diri untuk tidak berbuat jahat terhadap orang lain. Hal ini selaras dengan prinsip hidup saya yang diajarkan keluarga saya, dimana berbuat baik adalah suatu kewajiban sebagai manusia. 

Hal ini terlihat jelas dengan bagaimana masyarakat di Bali sangat menghargai perbedaan selagi masih menjadi masyarakat yang berbudaya kental. Kebudayaan Bali telah kami saksikan setelah belajar melukis di workshop Desa Wisata Penglipuran dimana kesempatan melihat dan mempelajari tari topeng dilaksanakan tidak jauh dari Pura Desa Batuan yang sempat kami kunjungi. Tapi sayangnya, saya dan beberapa teman saya tidak bisa masuk ke dalam dikarenakan datang bulan dan dianggap tidak suci secara kondisi. Konsep kesucian ini tidak begitu berbeda dari pemahaman saya terhadap agama Islam dimana kondisi yang sama tidak dianjurkan untuk masuk ke tempat ibadah karena satu dan lain hal. Oleh karena itu, kami hanya berfoto di gapuranya saja sebelum kami akhirnya berjalan menuju sanggar tari topeng yang berlokasi tidak jauh. Tari Topeng sendiri kurang lebih menceritakan tentang bagaimana cerita legenda disampaikan dengan tarian yang sangat unik dengan menggunakan topeng dan gerakan tari yang mampu menggambarkan setiap karakter dari cerita-cerita legenda dengan konsep ‘one man show’. Teman-teman saya juga berkesempatan untuk mempelajari tariannya dari struktur tubuh, gerakan mata, sampai gerakan jari tangan. 

Hari kedua kami habiskan untuk berjalan-jalan ke pantai setelah beristirahat di hotel. Pantai Kuta menjadi destinasi pertama yang kami kunjungi hari itu dengan ditemani oleh tour guide yang senang bercerita dan membagi wawasan mengenai Bali. di Pantai Kuta, kami ditugaskan untuk mengamati fitur-fitur infrastruktur yang mendukung pariwisata perkotaan di Bali untuk mata kuliah pariwisata perkotaan. Walaupun saat itu matahari sangat terik, tetapi kami mampu memaksimalkan perjalanan kami untuk mengamati area Pantai Kuta dimana disana banyak sekali pedagang yang berjualan, sekolah berselancar, serta restoran-restoran yang menarik. Kami juga berkesempatan mencoba fitur photobooth yang berada di depan Mall Beachwalk Bali setelah akhirnya melanjutkan mengelilingi mall sampai ke samping gang untuk berbelanja souvenir khas Bali seperti gelang, baju, dll. 

Pantai Melasti menjadi tempat kedua yang kami kunjungi, kami berkeliling pantai dan memutuskan untuk bersenda gurau di Minoo Beach club yang berada di area pantai Melasti dengan harapan bisa bersantai di pinggir pantai sambil menikmati kopi dan cemilan ser5ta berfoto-foto. Sayangnya, kami tidak terlalu merasa leluasa di beach club tersebut karena tertekan akan pemesanan yang akan kami lakukan. Hal ini terjadi karena kami sedang memutuskan menu apa yang akan kami pesan di beach club tersebut sambil mengobrol bersama. Namun, pihak pelayanan terkesan mengharuskan kami untuk pesan langsung, mungkin salah satu indikasinya adalah minimum order yang menjadi regulasi restoran sebesar seratus ribu rupiah per orang. Kami sendiri datang berjumlah lebih dari dua belas orang, dimana ada yang masih fokus mengobrol dan menikmati suasana. Mungkin salah satu penyebab kami merasa kurang nyaman, khususnya saya adalah bagaimana pelayan terus memperhatikan kami dari jarak jauh yang membuat saya mempertanyakan akan apakah kami terlalu berisik, ramai, atau karena sebagian dari kami masih memutuskan menu apa yang ingin dipesan. Karena keterbatasan waktu, akhirnya kami memutuskan untuk segera menutup bill pemesanan dan kembali ke bis. Walaupun saya sendiri merasa kurang nyaman dengan suasana di restoran tersebut, saya tetap menyukai menu caesar salad mereka yang menurut saya sangat enak dengan perpaduan roti, sayur segar, dan saus yang terpadu begitu harmonis. 

Setelah selesai menghabiskan waktu di pantai Melasti, kami akhirnya menuju Garuda Wisnu Kencana yang merupakan ikon Bali dimana kami kesana memang ingin menyaksikan pertunjukan tari kecak. Ramai pengunjung yang datang membuat saya awalnya penasaran akan bagaimana management pengunjung disana. Hebatnya, tidak ada satupun kericuhan ataupun sesak yang saya rasakan selama berkunjung kesana. Semua pengunjung terlihat sangat tertib dan terkontrol. 

Perjalanan ke Bali dalam rangka kuliah lapangan ini bukan hanya sekedar eksplorasi wisata, tetapi juga sebuah perjalanan mendalam untuk memahami nilai-nilai kebersamaan, keberagaman, dan penghormatan terhadap budaya. Dari keramahan penduduk lokal hingga pengalaman belajar seni dan budaya mampu membawa pelajaran berharga yang menguatkan wawasan dan memperkaya jiwa serta mewarnai pengalaman selama di Bali. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun