Mohon tunggu...
Catherin YMT
Catherin YMT Mohon Tunggu... Bankir - Female

An INFP Woman*Chocoholic*Pink Lover*Potterhead*Book Worm* Central Banker - Economic Analyst Email: catherinymt@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Akhirnya Sang 'Raksasa' Juga Menyerah

24 Juni 2019   16:24 Diperbarui: 24 Juni 2019   16:37 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini media diramaikan oleh berita tutupnya beberapa gerai supermarket Giant. Supermarket yang merupakan anak usaha dari PT. Hero Supermarket, Tbk ini merupakan salah satu pemain retail besar di Indonesia selain Hypermart dan Transmart.

Selain Giant, sebelumnya kita telah melihat beberapa pelaku usaha sektor retail di Indonesia yang juga bernasib sama alias terpaksa menutup sebagian atau keseluruhan gerainya. Diantaranya ada Lotus, Seven Eleven, Debenhams, GAP, Banana Republic, dan Dorothy Perkins.

Semakin ketatnya persaingan di bisnis retail, ditambah dengan terjadinya shifting ke toko online diperkirakan menjadi penyebab gerai-gerai besar tersebut tidak mampu mempertahankan kelangsungan usahanya. Tidak bisa dipungkiri, bila ditinjau dari sisi biaya operasional, toko retail online harus mengeluarkan biaya yang lebih tinggi dibandingkan toko online.

Bisinis retail yang memiliki toko fisik minimal harus mengeluarkan biaya untuk sewa tempat. Biaya itu mungkin jadi komponen terbesar untuk toko yang berada di dalam mall mewah atau bandara. Selain itu masih ada biaya untuk gaji karyawan (untuk supermarket, jumlahnya bisa mencapai ratusan orang di tiap cabang), biaya gudang, biaya angkut persediaan, maintenance gedung, dan masih banyak lagi. Untuk tetap mempertahankan margin, seluruh biaya tersebut tentu akan dibebankan ke harga jual produk. Itulah sebabnya mengapa harga jual produk menjadi lebih mahal bila dibandingkan dengan harga jual produk yang sama di toko online.

Toko online memang lebih efisien, mengingat mereka tak perlu mengeluarkan biaya besar untuk sewa tempat. Yang menjadi fokus utama justru adalah maintenance website atau akun media sosial mereka. Karena itulah yang menjadi etalase yang akan dikunjungi oleh calon pembeli mereka. 

Bila tidak mau repit mengurusi website sendiri, para pelaku bisnis online biasanya memilih untuk bergabung dengan platform yang sudah terkenal, seperti shopee, tokopedia, bukalapak, dan masih banyak lagi. Selain terpercaya, platform tersebut juga membantu para pemilik toko dari segi biaya iklan, diskon pengiriman, maupun kemudahan pembayaran. Makanya tidak heran jika kita menemui harga produk yang dijual di toko online bisa jauh lebih murah dibandingkan jika kita membelinya secara langsung di gerai.

Tumbangnya bisnis retail seperti Giant dkk memang akan memunculkan kekhawatiran mengenai kelangsungan hidup para pekerja yang terkena PHK. Namun jika dilihat secara besaran dari sisi ekonomi, berkembangnya bisnis online yang menjadi pesaing utamanya justru membuka banyak peluang. 

Jika kita jeli, maka banyak kesempatan yang terbuka dengan adanya shifting ini. Salah satunya yang paling banyak diuntungkan adalah bisnis jasa pengiriman. Toko online memang sangat bergantung kepada jasa pengiriman, karena memang konsepnya adalah memanjakan konsumen dengan cara mengantarkan pesanan mereka langsung ke rumah tanpa perlu repot datang ke toko untuk berbelanja.

Selain jasa pengiriman, para pelaku bisnis jasa pembayaran juga berkembang dengan pesat. Selain perbankan, kita bisa melihat pesatnya pertumbuhan penyedia jasa pembayaran yang memudahkan transaksi dalam berbelanja online. Para pelaku usaha itu tentu saja akan banyak membutuhkan tenaga kerja yang ahli di bidang teknologi informasi. Disinilah letak kesempatan bagi orang yang memiliki keahlian di bidang tersebut.

Perubahan akan selalu ada, bahkan semakin hari akan seakin cepat. Karena itu hal yang paling dibutuhkan saat ini adalah kecepatan kita dalam beradaptasi dan mencari celah untuk tetap bertahan atau justru dapat memanfaatkan perubahan tersebut untuk melompat lebih tinggi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun