Laki-laki, pria, bapak-bapak, ayah, atau apapun kita menyebutnya, merujuk pada gender yang secara fisiologis terlihat lebih kuat daripada perempuan. Namun benarkah demikian? Para bapak dan lelaki jangan tersinggung dulu, karena ada alasannya saya meragukan hal tersebut.
Dalam banyak hal yang menyangkut pekerjaan fisik, memang harus kita akui para lelaki punya tenaga yang lebih besar dari perempuan. Karena itu pula lah maka pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan kekuatan fisik biasanya didominasi oleh kaum lelaki.Â
Dalam hal angkat beban, olahraga, atau dalam kondisi ekstrim, berburu dan berperang, memang kaum lelaki lah yang lebih unggul.
Namun jika diperhatikan lebih jauh, ternyata kaum lelaki yang terlihat kuat ini kalah dari perempuan dalam beberapa hal, seperti menahan lapar. Kenapa saya bisa bilang begitu? Ya karena saya sudah mengamati beberapa lelaki di sekitar saya tentang perkara menahan lapar ini.
Yang pertama adalah almarhum papa saya. Dulu beliau bekerja sebagai pedagang di pasar. Secara fisik papa saya adalah seorang laki-laki yang tinggi, gagah dan menguasai bela diri.Â
Pokoknya ga kelihatan lemah sama sekali. Dalam bekerja juga beliau adalah orang yang ulet, dan jarang sekali mengambil waktu libur. Namun kalau soal lapar, papa saya sama sekali tidak bisa menahannya. Otak dan tubuhnya jadi tidak bisa berpikir normal kalau sudah kelaparan. Karena itu beliau jarang sekali melewatkan atau menunda waktu makan.
Yang kedua adalah suami saya. Untuk lelaki yang satu ini lebih 'rese' lagi kalau lagi lapar. Papa saya kalau lapar paling efeknya adalah jadi agak lambat berpikir, nah kalau suami saya, ditambah dengan marah-marah ga jelas, mirip anak balita saya kalau lagi ngantuk.Â
Nyebelin deh pokoknya. Karena saya sudah mengerti kelemahannya yang satu ini, maka kalau lagi jalan kemana-mana, dia pasti saya ingatkan untuk makan dulu, untuk menghindari ke-rese-an yang terjadi di jalan hanya karena dia lapar.
Yang ketiga adalah rekan-rekan kerja saya di kantor yang mayoritas bapak-bapak. Contoh yang paling anyar adalah kejadian dengan rekan se-tim saya kemarin pagi. Seperti biasa setiap pagi saat sampai di kantor saya akan menyapanya, karena dia duduk tepat di depan kubikal saya.Â
"Pagi mas, gimana kemarin kerjaannya, udah beres kah? Hari ini ga perlu lembur lagi dong..", kata saya. Herannya kenapa tidak ada jawaban ya. Si mas rekan kerja saya ini cuma menggumam ga jelas dengan raut muka seperti orang linglung.Â
Ya sudah saya biarkan saja. Tidak lama kemudian seorang OB datang mengantarkan sepiring nasi pecel dan segelas kopi di mejanya. Si mas pun langsung menyantapnya dengan lahap. Hmm, agaknya saya tau dimana masalahnya.Â