"Jika anda tidak dapat mengubah keadaan, maka ubahlah sikap anda."Kutipan tersebut tepat untuk menggambarkan prinsip yang dianut oleh penemu tongtoll. Tongtoll adalah sebutan untuk tongkat unik yang dimaksudkan untuk mempermudah pengguna jalan tol untuk melakukan tapping kartu di mesin pembayaran.
Alih-alih mengeluhkan ketidaknyamanan karena perubahan, sang penemu justru datang dengan ide sederhana yang menjawab satu permasalahan yang juga sederhana. Penemu sangat memahami kesulitan pengemudi yang belum lihai untuk menempelkan kartu di mesin pembayaran jalan tol. Kesulitan yang berpotensi menimbulkan kemacetan panjang apabila tidak dipikirkan jalan keluarnya.
Tongtoll bukanlah inovasi yang rumit. Idenya berasal dari tongsis (tongkat narsis) yang biasa kita gunakan untuk berswafoto. Penemu hanya memodifikasi bentuknya dengan memanfaatkan situasi yang sedang terjadi.
Per 31 Oktober 2017, pemerintah memang mewajibkan penggunaan uang elektronik (e-money) sebagai alat pembayaran di seluruh ruas jalan tol. Masa transisi sejak 2008 dirasa cukup bagi masyarakat untuk mulai membiasakan diri beralih ke sistem pembayaran non tunai.
Penggunaan uang elektronik rupanya bukanlah tujuan akhir dari desain utuh sistem pembayaran jalan tol. Secara bertahap model transaksi tersebut akan tergantikan oleh penerapan MLFF (Multi Lane Free Flow). MLFF memungkinkan pengguna jalan tol untuk melakukan pembayaran tanpa perlu berhenti sama sekali.
MLFF nantinya akan meniadakan gerbang tol dan diganti oleh penangkap sinyal atau kamera yang mendeteksi transponder atau plat nomor yang melekat di mobil. Sistem seperti ini sudah banyak ditemui di negara maju, bahkan beberapa negara berkembang sudah melakukan uji coba teknologi tersebut. Pemerintah menargetkan pada akhir 2018, sistem MLFF sudah dapat diterapkan di Indonesia.
Sebelum menuju MLFF, ada tiga tahapan transisi yang akan diterapkan. Tahap pertama adalah penggunaan transaksi non tunai secara penuh dengan menggunakan kartu. Tahap kedua mengubah multi tapping menjadi single tapping pada ruas tol yang berbeda. Yang ketiga pengintegrasian pembayaran seluruh ruas jalan tol, sampai akhirnya kemudahan transaksi dengan MLFF dapat kita nikmati.
Keseluruhan tahapan tersebut membutuhkan kesiapan dalam berbagai aspek, yang mencakup aspek teknis, bisnis, maupun perilaku masyarakat dalam bertransaksi. Tidak dapat dipungkiri, aspek yang terakhir inilah yang seringkali menjadi hambatan terbesar dalam implementasi sebuah kebijakan.
Perubahan akan terus terjadi. Bahkan kita dipaksa berubah bahkan sebelum kita dapat beradaptasi dengan perubahan yang awal. Daripada mengeluh atau menentang perubahan, ada baiknya kita mengambil manfaat dari perubahan. Atau jika tidak dapat meniru kesigapan penemu tongtoll, paling tidak kita berusaha agar tidak tergerus oleh perubahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H