Mohon tunggu...
Aditya Bayu
Aditya Bayu Mohon Tunggu... -

I will be valuable person

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Awas, Cuci Otak NII

27 April 2011   14:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:19 741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1303918600346567166

[caption id="attachment_105537" align="aligncenter" width="680" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Suatu petang di Auditorium Kahar Muzakir Universitas Islam Indonesia terdengar sayup-sayup lantunan lagu Shalawat Badar dari sekumpulan mahasiswa. Rupanya anak-anak PSM (Paduan Suara Mahasiswa) UII termasuk saya di dalamnya sedang melakukan gladi resik untuk wisuda besok pagi. Waktu menunjukkan jam setengah 9 dan gladi resik diakhiri karena dirasa sudah cukup. Namun, ada salah seorang dari gerombolan yang berinisiatif membentuk forum terlebih dahulu sebelum mereka pulang ke kos masing-masing. " Sini, kumpul dulu! Aku mau cerita-cerita." Seorang gadis bertubuh mungil meminta rekan-rekannya untuk kumpul terlebih dahulu. Tia rupanya yang berinisiatif membentuk forum tersebut. Ia ingin menceritakan pengalaman pribadinya mengenai NII, dengan maksud membekali teman-teman yang lainnya agar tak terkena bujuk rayu NII, terutama untuk teman-teman angkatan baru yang masih rentan pastinya. Tia pun mulai bercerita mengenai pengalamannya. Suatu hari pada bulan Maret 2010 saya diajak oleh salah satu teman kos saya pergi, alasannya untuk mencari kado. Di pertengahan jalan dia bilang kalau mau mengembalikan flash disk temannya dulu. Kami pun menuju ke salah satu tempat makan di daerah seturan. Tampak di sana dua orang laki-laki dan perempuan sedang menunggu kedatangan kami. Dari dandanannya tidak mencurigakan. Yang perempuan memakai jilbab biasa, tidak panjang dan tanpa cadar. Sedangkan yang yang laki-laki juga berdandan layaknya anak kuliahan. Setelah berjabat tangan dan saling mengenalkan diri mereka pun pun mengajak saya berdiskusi masalah agama Islam. Mereka mulai menyentuh pemerintahan di negara kita. Kata mereka pemerintahan kita sudah semrawut dan jauh dari karunia Allah, karena korupsi sudah merajalela di sana sini dan juga tidak ada pemimpin yang yang mampu mengayomi rakyatnya. Kita berdiskusi macam-macam mengenai negara Indonesia dan agama Islam. Berhubung waktunya tidak cukup, kami memutuskan untuk melanjutkannya besok. Saya pun sudah terpengaruh oleh omongan kedua orang itu. Besoknya, kami pun melanjutkan diskusi. Dan akhirnya mereka pun to the point. Mereka mengajak saya untuk hijrah ke suatu tempat yang namanya NKA (Negara Karunia Allah). Entah dimana letak tempat itu, tetapi mereka hanya mengatakannya seperti itu. "Tetapi kamu juga harus merelakan kuliahmu", salah satu dari mereka menambahkan. Mendengar pernyataan itu pikiran saya pun berubah. Karena saya tidak rela untuk meninggalkan kuliah. Saya pun berusaha menolak tawaran tersebut. Karena saya sudah tidak mempunyai daya upaya lagi, saya pun menangis dan menyuruh teman saya untuk mengantarkan pulang ke kos dengan alasan akan ada UTS. Dan akhirnya saya pun terbebas dari jerat NII. Gelak tawa riuh memenuhi auditorium karena akhir cerita tersebut. "Hati-hati lho! Kabarnya di kampus kita sudah banyak yang ikut NII." Tia menambahkan. Mungkin cerita tersebut dapat menjadi informasi bagi saudara-saudara sekalian mengenai cara NII merekrut anggota baru. Bila ada orang yang mengajak berdiskusi masalah agama Islam dan negara kita yang akhirnya mengajak hijrah maka hiraukan saja. Sebelum otak kita benar-benar tercuci oleh mereka atau bahkan terhipnotis seperti kasus-kasus yang sudah ada.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun