Mohon tunggu...
MS. Fitriansyah
MS. Fitriansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa yang gagal cumlaude

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Masih Adakah Minggu Pagi Bersama Kartun?

18 Desember 2016   08:47 Diperbarui: 18 Desember 2016   11:27 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
canalipe.tv | Dok. Istimewa

Hari Minggu merupakan hari di mana anak-anak bebas dari tugas sekolah. Hari tersebut benar-benar dimanfaatkan untuk bersantai ria—setidaknya aku pernah merasakan hal itu. Ketika itu aku masih bocah ingusan berumur belasan. Hari minggu adalah hari kebebasan bagiku kala itu. Di mana aku bebas menyetel televisi hingga terik matahari memanaskan suasana ruangan.

Ya, hari-hari Mingguku dulu sangat menyenangkan. Itulah yang aku rasakan hingga kini. Aku tidak mau bangun kesiangan dan ketinggalan kartun kesukaan. Bagi kalian yang lahir di medio 90-an hingga awal 2000-an tentu hafal betul kartun yang tayang di Indosiar, RCTI, Spacetoon dan Global TV di pagi hari. Karena kartun-kartun itu pula rumahku tak pernah sepi—walau masih terlalu pagi bagi seorang bocah.

Sering aku cekcok dengan adikku cuma karena rebutan remote televisi. Itu hal biasa. Saking banyaknya serial kartun kala itu membuat kami bebas memilih. Hingga keusilan datang, bagi yang bangun duluan akan memiliki peluang besar untuk menyembunyikan remote televisi.

Masih melekat di ingatanku kartun-kartun yang, membuat aku berhayal layaknya seorang jagoan. Sebut saja serial kartun Dragon Ball, Naruto, dan One Piece yang membumi hingga saat ini. Ninja Hatori yang tayang pagi hari di RCTI, Ultramen, Inuyasa, Let’s & Go hingga Power Rangers penyelamat bumi--karena sangat menyukai sosok tersebut aku juga pernah merengek meminta mainan Power Rangers tersebut, kalian pasti juga pernah! Walau itu tak lama, karena ada dua faktor yang membuat mainanmu tak bertahan lama; rusak atau hilang dibawa pulang temanmu,

Kartun masa itu sangat bervariasi. Jika kalian gemar berpetualang, pasti tahu dengan Pokemon, Digimon, Captain Tsubasa hingga Detektif Conan. Walau sekarang jarang kita temui kartun-kartun tersebut masih melekat dalam ingatan.

Suka yang lucu? Tenang, ada Sinchan dan Doraemon yang masih awet di RCTI. Kartun lucu menggemaskan lainnya ada Chibi Maruko-chan, berceritakan tentang keseharian anak perempuan yang masih duduk di bangku sekolah dasar—ceritanya lucu dan menarik. Ada pula kartun yang memiliki lagu begitu asyik didengarkan. Hamtaro! Seekor hamster imut yang suka kuaci ini sering menghiasi televisi nasional dengan lagunya yang aduhai, aku tak bisa menjelaskan. Lagu dari soundtrack kartun tersebut sangat enak didengar. Sehingga sangat mudah untuk dihafal.

Begitu banyak serial kartun yang memberiku pengalaman hidup yang menggairahkan. Dunia anak memang menyenangkan. Di mana kalian bebas menonton kartun kesukaan. Hal itu berbeda sekali dengan saat ini—acara televisi menjadi industri yang hanya mementingkan rating saja. Dan tidak pernah memikirkan kualitas acara tersebut. Timbul pula dampak negatif dari suatu tayangan televisi tersebut. Anak-anak dipaksa untuk tumbuh dewasa justru bukan pada waktunya. Melalui tayangan yang bergenre kisah cinta, yang mengesampingan faktor usia penonton.

Walau sekarang telah duduk di bangku kuliah, sering aku memutar kartun-kartun tersebut melalui channel youtube. Entah kenapa, aku teringat masa-masa kecil dulu. Tontonan-tontonan kini membangunkanku bahwa masa kecil kami dahulu lebih ceria dengan suguhan kartun-kartun kala itu. Tak seperti sekarang.

Satu hal yang tak kusangka, ternyata masih banyak penyuka kartun di kampus. Di sekre salah satu UKM kampus misal. Sering mereka memutar kartun, seperti One Piece, Naruto dan Hunter X Hunter. Melihat usia mereka yang tak muda lagi mereka tak lupa akan masa kecilnya. Itulah yang aku lihat dari tatapan mata, gelak tawa mereka. Sepertinya kartun dahulu telah membius otak hingga mereka jatuh cinta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun