Teringat kembali saya dimasa sekolah. Dimana kala itu saya memilih untuk masuk jurusan Ilmu Pengetahuan sosial. Keingintahuan dan minat saya yang tinggi akan dunia sejarah dan sosial membuat saya berani untuk mengambil keputusan dengan memilih jurusan ini.
Nostalgia Masa SMA
Suatu hari, saat sedang belajar sejarah di ruang kelas, guru kami menceritakan tentang salah satu permasalah-permasalahan yang ada di Indonesia. Tentunya, hal ini sering terjadi di Nusantara karena banyaknya perbedaan-perbedaan yang ada. Salah satu yang terjadi adalah konflik antar agama.
Salah satu yang kala itu dibahas adalah kerusuhan yang terjadi di Poso, dimana kerusuhan ini bermula karena adanya bentrokan kecil antar kelompok pemuda sebelum berkembang menjadi kerusuhan yang membawa-bawa masalah agama.
Konflik ini berlangsung sejak 25 Desember 1998 hingga 20 Desember 2001 dan menyebabkan 577 orang tewas, 384 luka-luka, dan 7.932 rumah hancur, serta 510 fasilitas umum hangus dan terbakar. Hal ini tentunya memberikan luka yang membekas bagi warga Poso dan membuat perasaan saya sedih saat membaca dan mendengarkan ceritanya. Saya membayangkan betapa mencekamnya situasi dan kondisi saat itu. Sehingga banyak diantara mereka yang memutuskan pergi untuk menyelamatkan diri.
Harapan baru untuk orang-orang yang tidak menyerah
Namun kabar 2023, telah menepis kekhawatiran saya karena saat ini warga Poso yang mengalami kerusuhan cukup lama itu, kini sudah kembali tumbuh dan berkembang di desa yang dipindahkan oleh pemerintah desa Tamadue tahun 2000. Salah seorang petani bernama Gamaliel Abu, Â dimana ia terpaksa harus pergi meninggalkan kota kelahirannya itu untuk menyelamatkan diri, memulai kehidupan yang lebih baik lagi. Â
Tumbuh dan majunya desa mereka saat ini, tentunya pasti ada sosok peran yang ikut andil dalam proses ini. Ternyata, ada peran dari Badan Bank Tanah yang membantu mereka untuk terus tumbuh dari segi ekonomi dan mencapai kepastian hukum, sehingga mereka bisa terhindar dari pengancaman maupun pengusiran atas tanah sengketa. Kini, mereka bisa menghidupi kehidupan mereka kembali dengan mata pencaharian petani yang menjadi andalan mereka sebesar 80%. Sehingga harapan baru justru datang lebih cerah sudah terbuka di Kabupaten Poso saat ini. Saat ini, mereka sudah mendapatkan tempat yang aman, layak dan memiliki status hukum yang jelas akan tanah dan tempat tinggal mereka.