Mohon tunggu...
Ibnul Fadani
Ibnul Fadani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis | Pembaca | Atlet

Menulis adalah cara terbaik untuk berbicara tanpa diganggu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Muhammad Hatta: Sang Legenda

15 Februari 2023   12:30 Diperbarui: 15 Februari 2023   12:30 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona


Judul : Muhammad Hatta: sang Legenda.
Muhammad Hatta, atau yang dikenal juga sebagai Bung Hatta, adalah seorang tokoh penting dalam sejarah Indonesia. Beliau adalah salah satu Proklamator Kemerdekaan Indonesia, bersama-sama dengan Soekarno. Muhammad Hatta juga pernah menjabat sebagai Wakil Presiden Indonesia yang pertama pada periode 1945-1950 dan sebagai Perdana Menteri pada periode 1949-1950. Selain itu, beliau juga aktif dalam dunia politik dan perjuangan sosial di Indonesia.

Kisah inspiratif Muhammad Hatta dimulai dari kecilnya. Muhammad Hatta lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 di Bukittinggi, Sumatera Barat. Ayahnya, Muhammad Djamil, adalah seorang pengusaha yang sukses di bidang kayu dan pertanian. Sementara ibunya, Siti Saleha, berasal dari keluarga yang memiliki hubungan dengan kerajaan di Minangkabau.

Muhammad Hatta merupakan anak keempat dari sembilan bersaudara. Saat kecil, beliau dikenal sebagai anak yang cerdas dan rajin belajar. Namun, beliau juga mengalami kesulitan dalam bidang fisik karena menderita penyakit tuberkulosis tulang. Kondisi kesehatannya membuat beliau sering absen dari sekolah dan menghabiskan banyak waktu di rumah. Namun, Muhammad Hatta tidak menyerah pada keadaan ini dan tetap belajar dengan giat di rumah.

Pada usia 10 tahun, Muhammad Hatta mulai bersekolah di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) di Padang, Sumatera Barat. Beliau menunjukkan kecerdasannya di sekolah dan berhasil meraih nilai yang tinggi. Namun, beliau merasa bahwa pendidikan yang diterima di sekolah tidak mencukupi untuk memajukan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, beliau mulai mencari sumber belajar lain di luar sekolah.

Pada usia 15 tahun, Muhammad Hatta pindah ke Batavia (kini Jakarta) untuk melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) di sana. Di sini, beliau semakin terbuka dengan dunia luar dan mulai bergaul dengan berbagai kelompok masyarakat, termasuk kelompok-kelompok politik. Selain itu, beliau juga bergabung dengan Perserikatan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pelajar yang didirikan pada tahun 1921.

Setelah menyelesaikan pendidikan di SMP, Muhammad Hatta melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) di H.I.S. di Bandung. Di sini, beliau semakin terlibat dalam berbagai kegiatan sosial dan politik. Beliau bergabung dengan organisasi pelajar Budi Utomo dan pernah menjadi ketua organisasi itu di SMA. Selain itu, beliau juga bergabung dengan Sarekat Islam (SI), sebuah organisasi politik yang didirikan pada tahun 1912.

Pada tahun 1921, Muhammad Hatta dan Soekarno, yang saat itu masih menjadi mahasiswa di Bandung, bertemu dan mulai membicarakan tentang perjuangan kemerdekaan.
 

Pada tahun 1921, Muhammad Hatta dan Soekarno, yang saat itu masih menjadi mahasiswa di Bandung, bertemu dan mulai membicarakan tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia. Keduanya memiliki visi yang sama tentang masa depan Indonesia yang merdeka dan berdaulat. Mereka pun mulai bekerja sama dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui organisasi-organisasi yang mereka ikuti.

Pada tahun 1926, Muhammad Hatta bersama Soekarno mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI), sebuah partai politik yang bertujuan untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Dalam partai ini, Muhammad Hatta menjabat sebagai Ketua Umum. PNI berhasil menarik dukungan dari berbagai kelompok masyarakat, termasuk kelompok intelektual, pelajar, dan petani.

Namun, pada tahun 1929, Muhammad Hatta ditangkap dan dipenjara oleh pemerintah kolonial Belanda atas tuduhan merencanakan pemberontakan. Beliau dipenjara selama empat tahun di Boven-Digoel, Papua. Di dalam penjara, Muhammad Hatta terus belajar dan menulis tentang berbagai hal, termasuk tentang ideologi dan politik. Beliau juga berhasil mengorganisir para tahanan untuk melakukan berbagai kegiatan, seperti membaca buku, belajar berbahasa Inggris, dan berolahraga.

Setelah bebas dari penjara pada tahun 1933, Muhammad Hatta kembali terlibat dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Beliau bersama Soekarno memimpin Kongres Pemuda II pada tahun 1928, di mana mereka menyusun Sumpah Pemuda sebagai komitmen untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1942, Muhammad Hatta bersama Soekarno diasingkan ke Ende, Pulau Flores oleh pemerintah kolonial Jepang. Namun, mereka tetap melanjutkan perjuangan mereka dalam merdeka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun