Mohon tunggu...
Prabowo Sulaiman
Prabowo Sulaiman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon yang ingin berguna bagi bangsa dan dunia

Selanjutnya

Tutup

Film

TERTAMPAR!!! Film Dua Garis Biru yang Mencerminkan Kehidupan di Kalangan Remaja

1 Oktober 2024   12:16 Diperbarui: 1 Oktober 2024   12:17 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Film Dua Garis Biru yang disutradarai oleh Gina S. Noer menjadi salah satu karya penting dalam perfilman Indonesia, terutama dalam genre drama remaja. Dirilis pada 11 Juli 2019, film ini mengangkat tema yang sensitif, yaitu kehamilan di luar nikah dan pernikahan dini. Mengisahkan sepasang kekasih, Dara (Adhisty Zara) dan Bima (Angga Yunanda), film ini menggambarkan perjalanan emosional mereka setelah Dara hamil di usia muda. Karya ini tidak hanya menarik perhatian penonton karena alur ceritanya yang dramatis, tetapi juga karena pesan moral yang diusungnya mengenai pentingnya pendidikan seks dan tanggung jawab dalam hubungan.

Cerita dimulai dengan hubungan romantis antara Dara dan Bima yang tampak sempurna di mata teman-teman dan keluarga mereka. Namun, kebahagiaan tersebut berubah menjadi kekacauan ketika Dara mengetahui bahwa dirinya hamil. Konsekuensi dari tindakan mereka tidak hanya berpengaruh pada kehidupan pribadi mereka, tetapi juga melibatkan orang tua dan lingkungan sekitar. Film ini secara jujur menggambarkan dilema moral yang dihadapi oleh remaja, termasuk tekanan sosial dan stigma yang muncul akibat kehamilan remaja. Penonton diajak untuk merasakan ketegangan emosional saat Dara dan Bima berjuang untuk menghadapi kenyataan pahit tersebut.

Sutradara Gina S. Noer berhasil menyajikan tema berat ini dengan cara yang bijaksana dan penuh makna. Ia tidak hanya mengandalkan dialog untuk menyampaikan pesan, tetapi juga menggunakan visual dan simbolisme yang kuat. Misalnya, penggunaan stroberi sebagai metafora untuk menggambarkan keputusan yang harus diambil Dara menambah kedalaman cerita. Gina menunjukkan kemampuannya dalam mengarahkan film dengan tempo yang tepat, menjaga penonton tetap terlibat dari awal hingga akhir. Keputusan untuk memfokuskan cerita pada dampak dari kesalahan mereka, bukan pada proses terjadinya, membuat film ini lebih mendalam dan relevan.

Akting dari para pemeran utama, Adhisty Zara dan Angga Yunanda, patut diacungi jempol. Zara berhasil memerankan karakter Dara dengan baik, menunjukkan sisi kuat namun rentan dari seorang remaja yang menghadapi situasi sulit. Di sisi lain, Angga Yunanda berhasil menggambarkan Bima sebagai sosok yang naif namun berusaha bertanggung jawab atas tindakan mereka. Keduanya mampu menampilkan emosi yang kompleks melalui ekspresi wajah dan interaksi satu sama lain. Dukungan dari aktor senior seperti Cut Mini dan Dwi Sasono juga memperkaya kualitas film ini, memberikan nuansa realistis pada setiap adegan.

Film ini tidak lepas dari kontroversi sebelum penayangannya, dengan beberapa pihak khawatir bahwa tema yang diangkat dapat memicu perilaku negatif di kalangan remaja. Namun, banyak penonton dan kritikus film yang menyambut positif karya ini karena kemampuannya dalam menyampaikan pesan moral tanpa menghakimi karakter-karakternya. *Dua Garis Biru* membuka dialog tentang pendidikan seks di kalangan remaja dan pentingnya komunikasi antara orang tua dan anak mengenai isu-isu sensitif seperti seksualitas. Dengan pendekatan yang empatik, film ini berhasil mengedukasi penonton sambil tetap menghibur.

Secara keseluruhan, Dua Garis Biru adalah sebuah film yang layak ditonton oleh semua kalangan, terutama remaja dan orang tua. Film ini tidak hanya menawarkan hiburan tetapi juga memberikan pelajaran berharga tentang tanggung jawab dan konsekuensi dari tindakan kita. Melalui kisah Dara dan Bima, penonton diajak untuk merenungkan arti cinta dan komitmen di usia muda serta pentingnya pendidikan seks dalam kehidupan sehari-hari. Dengan penggambaran yang realistis tentang tantangan hidup remaja, film ini berhasil meninggalkan kesan mendalam bagi siapa saja yang menontonnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun