Demontrasi cabut Omnibus Law berubah menjadi demo turunkan Jokowi. Pentolan KAMI (koalisi aksi makar indonesia) tampil bak pahlawan untuk memimpin demo. KAMI ikut menebeng mahasiswa. Strategi Amin Rais 1998 diulangi. Menebeng dan merecoki mahasiswa. Muncul pahlawan kesiangan. Barangkali ada Jenderal muncul. Haus kekuasaan. Ingin menjadi plesiden-plesidenan.
Ada yang terlupakan yakni mereka berskenario dibalik demo dieksekusi. Suasana mencekam. Pasukan 212 yang sudah terlatih berdemo terjun ke lapangan. Disusul pasukan elit demo FPI, GNPF diterjukan. Demo bertambah besar. Membesar dan membesar. Muncul slogan Tritura. Salah satunya, turunkan Jokowi.
Alhasil dimana saat detik-detik puncak kekacauan. Muncul kabar halilintar. Arab Saudi melepas Rizieg. Riziq pulang. Memimpin revolusi. Ia akan disambut gegap-gempita. Imam besar datang sebagai pemimpin revolusi. Bermimpi seperti Imam Khomeini di Iran.
Mereka targetkan agar Revolusi Meletus. Indonesia runtuh, berubah jadi Suriah, Iran dan Libia. Perang saudara berkecamuk. Hancur lebur. Pertumpahan darah habis-habisan. Di puing-puing kehancuran, dibangun khilafah yang diimpikan. Tetapi hanya utopia. Indonesia hilang dari sejarah.
Â
Mereka ternyata sedang mimpi disiang bolong, Segampang itukah? Itu hanya ilusi. Mereka para lawan politik Jokowi. Mimpi basah para pecundang, para penunggang, para penebeng dan para pengkhianat demokrasi. Masih lebih banyak anak negeri yang setia kepada NKRI dan Pancasila.
Hal yang seperti tulah sebabnya kaum buruhpun cepat sadar. Buruh ternyata sangat mudah disusupi. Buruh sangat mudah ditebeng. Buruh ternyata dijadikan menjadi alat. Buruh Sadar. Langsung berhenti demo. KSPI berubah haluan. Menggugat Omnibus Law di Mahkamah Konstitusi.
Kini Alhandulillah para Mahasiswa juga mulai ragu. Banyak yang termakan hoax. Ternyata tidak membaca teks asli Omnibus Law. Yang dibaca hoax yang berseliweran. Memalukan.
Disisi lain sang pemilik pabrik ternyata tidak panik. Mereka tidak kabur. Sudah kebal didemo. Sudah kebal mogok. Tenang-tenang saja. Menunggu situasi kondusif. Lalu pabrik jalan lagi.
Petugas serta aparat keamanan bersiaga tinggi. Dedikasi polisi dan tentara mengawal demo luar biasa. Adu domba Polri dan TNI tak laku. Polisi bertindak cepat menangkap dan mengamankan para provokator dan perusuh. Tak ada tempat bagi perusuh.
Rakyat Indonesia percaya kepada Panglima TNI Hadi Tjahjanto dengan 400 ribuan tantara pembela negeri. Percaya kepada Kapolri Jenderal Idham Azis dengan 400 ribuan polisi. Percaya kepada naluri kontra teroris Mendagri Tito Karnavian, penciuman luar biasa Muldoko dan pertahanan ketat ala Luhut Panjaitan. Para pecundang akan mudah ditebas.
Mereka mimpi bahwa hari ini ada lagi demo-demoan yang sok gagah-gagahan. Saksikanlah para ahli demo 212, PA 212, GNPF, Anak NKRI bereaksi. namun biarkanlah mereka berdemo. Syukuri mereka pendemo. Berkat mereka kita semakin kebal melihat demo. Demo mereka gitu-gitu saja. Riak-riak demikrasi.
Rakyat Indonesia sudah terlatih menyaksikan demo. Rakyat Indonesia kini tidak panik soal demo. Demo adalah bagian demokrasi. Tidak ada yang perlu ditakutkan. Masyarakat sudah kenyang demo. Demo dan demo adalah bagian dari kehidupan.