“Dan kamu jauh lebih pandai dari mereka, nyatanya hingga hari ini kamu masih bisa bertahan hidup dengan kondisi seminim ini, berarti kamu memiliki kecerdasan otak untuk menyiasati peliknya hidup kamu, dan aku rasa orang-orang kaya itu tidak akan mampu melakukan seperti yang sudah dapat kamu lakukan sekarang dalam hal menyiasati peliknya kehidupan. Nah, sekarang tinggal bagaimana carany mengasah kecerdasan mu menjadi lebih baik dan bernilai, kerjakan segalanya dengan keiklasan dan bukan dengan hitung-hitungan uang. Yakinlah semakin banyak kamu member sedekah, maka semakin banyak rezeki yang akan kamu dapatkan.”
Aku terdiam, dalam hatiku, Sahabatku berkata dengan kepolosannya, dengan kejujurannya. Dia sendiri juga orang yang kurang mampu di kota ini dan tepatnya di negeri ini, bersamaku. Nyatanya Dia mampu juga menyikapi sulitnya kehidupan ini.
Berbekal ilmu teknik software dan hardware computer, bersama sepeda motor bututnya, dan kaos leceknya dengan penuh semangat dan senyuman dia selalu mendapatkan rezeki dari keahliannya tersebut. Dan ternyata Tuhan tidak pernah berhenti memberinya peluang, karena kerendahan dan kemurahan hatinya. Aku terkagum. Masuk akal apa yang baru saja dia katakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H