Mohon tunggu...
Muhamad Purnomo
Muhamad Purnomo Mohon Tunggu... -

Menyibukan diri dalam kebaikan. senantiasa bersyukur dan bertawakal.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tanda Cinta Dalam Goresan Tinta

24 April 2013   14:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:40 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dari kebetulan hingga kebenaran

Jika kata “betul” dianggap sebagai sinonim dari kata “benar”. Bagiku keduanya berbeda. Lebih tepatnya keduanya berhubungan secara naratif. Karena dari “kebetulan” inilah saya menemukan “kebenaran”. Waktu itu saya bersama tiga orang teman satu kontrakan memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak rumah yang terletak didaerah Jrakah. Karena tempat tersebut terlalu jauh jangkauan ke kampus bagi kami para pejalan kaki. Kami memutuskan mencari tempat tinggal yang dekat dengan kampus. Akhirnya kami berempat menemukan jalannya masing-masing.

Saya melihat akh Opick menempel brosur Pesma Qolbun Salim dipapan pengumuman gedung D fakultas Tarbiyah. Disitu tertulis kontak person dengan nama akh Opick. Melihat alamat pesma juga tidak jauh dari kampus, maka saya putuskan untuk menghubungi nomor yang tertera di brosur tersebut. “mas, saya minat tinggal di Pesma Qolbun Salim, bisa bantu? suwun” kemudian saya kirim ke 085640018223. Ini nomornya akh Opick. Dari sinilah awal saya berinteraksi dengan Anak-anak Pesma. Hingga akhirnya membawa saya mengikuti Dauroh Marhalah (DM) I. Saat itu saya tercatat sebagai mahasiswa semester tiga. Awalnya saya merasa risih karena peserta DM I sebagian besar anak-anak semester I. Hanya tiga orang dari semester tiga termasuk saya. Yah mau bagaimana lagi udah terlanjur bayar, toh di pesma juga sepi nggak ada orang. Semuanya mengikuti agenda DM I ini.

Banyak hal yang saya dapat di agenda DM I ini. Kami mengkaji Islam dari pangkal sampai ujungnya. Ujung yang akan kami gunakan untuk mengupas problematika hidup. Berawal dari mengkaji landasan islam “syahadatain” hingga menyadarkan kami tentang “syumuliyatul Islam”. Kemudian kami difahamkan tentang “peran pemuda dan perubahan sosial”. Dengan menetahui peran kami sebagai pemuda, maka kami dapat menganalisa dengan pisau analisa syumuliatul Islam untuk mengupas “Problematika Umat Kontemporer”. Dengan logika inilah kami membutuhkan satu wadah yang dapat menggapai tujuan tersebut. Hingga kami dikenalkan suatu organisasi dakwah melalui pemahaman “ke-KAMMI-an”. Berawal dari kebetulan itulah saya menemukan kebenaran Islam secara syamil.

Menemukan sesuatu yang hilang

Saya didaulat sebagai peserta DM I yang lulus bersyarat. Karena saya meninggalkan materi terakhir yaitu “simulasi aksi”. Akhirnya saya dibebankan untuk membuat makalah untuk mendapatkan status LULUS dan untuk mendapatkan sertifikat kelulusan. Walau tidak pernah terfikir fungsi sertifikat tersebut untuk apa nantinya. Hehe J

Dimulai dari sinilah saya mengikuti agenda-agenda KAMMI dan berinterksi dengan anak-anak KAMMI. Saya merasa seolah-olah menemukan sesuatu yang hilang. Meski saya tidak pernah menyadari telah kehilangan sesuatu. Disini saya mulai liqo’ lagi, berinteraksi dengan Mas Akhi dan Mbak Ukhti, dan mengkonsumsi buku-buku bacaan dakwah Islami.

Ketika saya masih SMA secara rutin saya mengikuti halaqoh yang diadakan oleh ROHIS. Bagi saya waktu itu bukan agenda halaqohnya yang berkesan. Melainkan kepribadian murobbi saya. Pak Kasran, seorang guru biologi lulusan D3 UGM dan S1 UNNES. Ditahun pertama saya kuliah di IAIN Walisongo Semarang, saya telah meninggalkan halaqoh. Saya hidup seperti anak kost pada umumnya. Saya tidak merasakan adanya sesuat yang hilang. Tapi anehnya ketika saya kembali bergabung dalam barisan Dakwah ini, saya kembali menemukan sesuatu yang dulu pernah saya miliki. Kebersamaan yang hakiki, pertemanan diatas persaudaraan dengan cinta sebagai ikatan.

Cinta KAMMI mekar di kota Kembang

Hari-hari kulalui bersama KAMMI. Madrasah KAMMI (MK) ku ikuti, dari materi ghazwul fikri, al-wala’ wal bara’, dan masih banyak lagi. Banyak hal pula yang saya peroleh, sekolah politik, bhaksos, dan agenda-agenda lainnya. Seolah menempa diriku untuk menjadi sesuatu.

Diawal bulan Februari 2012, saya mendapatkan tawaran untuk mengikuti Dauroh Marhalah (DM) II di Bandung. DM II merupakan Training Leadership tingkat II setelah DM I. Satu hal yang saya fikirkan, lumayan buat ngisi waktu luang. Februari adalah bulan libur kuliah. DM II Bandung dilaksanakan selama enam hari. Saya berangkat tidak sendirian, ada tiga akhwat dari Undip serta Fikri dari STAIN Salatiga. Akhirnya saya putuskan siap untuk berangkat DM II Bandung. Kami berlima berangkat dengan bus Bandung Express dari Semarang.

DM II bukanlah hal yang biasa. Peserta DM II harus hafal juz 30 sebagai syarat mutlak.Adapula sidang makalah sebelum kami diberangkatkan. Saat itu saya mendapatkan pembahasan “Studi Kritis Tokoh-Tokoh Islam Kontemporer”. Tapi sayang, saya belum sempat mengikuti sidang makalah di KAMDA Semarang karena kesulitan menentukan waktu yang pas. Sehingga keberangkatan saya ke Bandung tanpa sidang makalah. Padahal itulah materi yang harus saya presentasikan disana.

Banyak hal istimewa yang saya peroleh disana. Satu materi yang sangat berkesan bagi saya, “Perbandingan Mazhab”. Selain materinya yang menarik juga diisi oleh pemateri yang menarik. Ustadz DR. Hilman Rasyad Syihab, Lc. Beliau dosen fiqih disalah satu universitas swasta di Bandung. Beliau lulusan dari University of Madinah, Saudi Arabia. Bagi yang ngefans sama Shoutul Harakah, beliaulah vocalis utamanya dan pencipta lagu-lagunya.

Saya tinggal disebuah kamar yang berisi empat tempat tidur model susun. Teman satu kamar saya ada Ari dari Jogya, afif dari Lampung, Fikri dari Salatiga, dan Yogi, Umar, Maulana, Serta Asep dari Bandung, Sunda Tulen. Hal terasing yang saya peroleh dikamar adalah ketika empat orang Sunda tersebut bercakap-cakap dengan bahasa daerah mereka. Sedikitpun saya tidak faham. Saya hanya bisa senyum hampa tanpa makna. Sesekali saya ikut tertawa ketika melihat mereka berempat tertawa. Meski saya tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Sampai sekarang kami berdelapan masih saling berkomunikasi. Lewat SMS, facebook, lebih sering lewat Twitter. Kami juga dihubungkan dengan jaringan Alumni DM II Bandung yang diketuai oleh Akang Kurniawan dari Politeknik Bandung.

Ketika tiba waktunya untuk presentasi, saya mendapatkan pelajaran berharga disana. Saya belum bisa menyuguhkan materi “Studi Kritis Pemikiran Tokoh-Tokoh Islam Kontemporer” dengan baik. Saya menyampaikan secara deskriptif dari apa yang saya baca. Padahal titik tekannya, saya harus menyampaikan secara Kritis mengenai pemikiran tokoh-tokoh Islam. Bagi saya waktu itu, mengkritisi pemikiran tokoh seperti Hasan al-Bana, Sayyid Qutb, Yusuf Qardhawi, dan Ghulam Ahmad tidaklah mudah. Saya harus sudah mengkonsumsi banyak buku sebagai pembanding pemikiran mereka. Dari situlah saya tergerak untuk berusaha memperbanyak bacaan buku. Hobi saya membaca buku baru tumbuh saat itu, meski demikian saya jarang membeli buku. Kebanyakan buku yang saya baca adalah hasil pinjam dari teman. Hehe J

Selanjutnya agenda deklarasi yang mampu menggetarkan hati. Setelah saya dan teman-teman melakukan outbond bernuansa perang yang sangat melelahkan. Kami mendeklarasikan diri sesuai ucapan ketua KAMDA Bandung Akang Irfan. “Jika ada 100 orang yang rela berjihad dijalan Allah, maka Akulah salah satunya *diikuti oleh semua peserta DM II*, Jika ada 10 orang yang rela berjihad dijalan Allah, maka Akulah salah satunya *diikuti oleh semua peserta DM II* jika hanya ada 1 orang yang masih bersedia berjihad dijalan Allah, maka Akulah satu orang itu....” Allahu Akbarrr....!! riuh takbir membahana memecah langit cerah Cileunyi, Bandung.

Berawal dari sinilah cintaku mekar di kota Kembang. Seperti mekarnya sekuncup bunga yang ditiupkan nafas cinta. Ingin rasanya bunga ini selalu segar tak pernah layu meski badai dan panas silih berganti menerpanya. Dan berharap bunga-bunga lain ikut mekar dari kuncupnya untuk menebarkan aroma dakwah Islamiyah.

Kugenggam panji putih KAMMI

Setelah melewati berbagai agenda bersama KAMMI dan teman-teman. Tidak terasa satu kurun periode hampir usai. Didepan mata sudah menanti agenda paripurna organisasi yaitu Musyawarah Komisariat (MUSKOM) XI. Inti acara tersebut adalah konsolidasi kader, LPJ pengurus periode 2011-2012, merencakan gerakan KAMMI periode selanjutnya, dan memilih Ketua Umum baru.

Setelah LPJ disampaikan oleh Akh Lukman sebagai Ketua Umum, kami menerima masukan dan evaluasi untuk kebaikan organisasi. Berbagai pendapat, masukan, sanggahan, bahkan terjadi saling menyela antar peserta sidang, semuanya tumpah ruah dalam momen ini. Namun rasa persudaraan tetap mendominasi.

Masa yang paling ujung adalah pemilihan ketua umum baru. Ada 4 nama calon yang sudah muncul kepermukaan sidang. Akh lukman sebagai calon incumbent, akh Iwan, akh Sukma, dan saya. Sebenarnya semua kader berhak dan berpeluang terpilih, namun nama-nama itulah yang sering dibincangkang (terutama dikalangan ikhwan).

Setelah melalu penjaringan bakal calon, telah ada dua nama yang bertahan akh Iwan dan Saya. Kami berdua melewati uji verifikasi calon. Pengujian ruhiyah, akademik, ilmiah, serta muroja’ah hafalan juz 30. Setelah masa verifikasi usai, berlanjut pemilihan dan penetapan Ketua Umum melalui pemungutan suara. Akhirnya saya yang memperoleh amanah besar ini. Sebagai Ketua Umum Periode 2012-2013.

Saya menyampaikan sambutan pendek atas permintaan panitia. Saya katakan, saya bukanlah orang yang terbaik diantara antum sekalian, Akh Iwan memiliki pengalaman lebih banyak dari saya. Dia kader KAMMI yang progresif dan cekatan. Meski kami berdua tercatat sebagai mahasiswa angkatan 2009. Dia mengenal KAMMI Sejak tahun 2009 sementara saya anggota KAMMI dari tahun 2010. Kita semua harus bergerak bersama menebarkan bunga dakwah di kampus tercinta IAIN Walisongo semarang.

Dan saya senantiasa berharap dan berdo’a bahwa dari rahim KAMMI lah akan dilahirkan pemimpin-pemimpin masa depan yang mampu membawa indonesia menuju masyarakat yang Islami. Karena itulah dambaan KAMMI untuk indonesia. Sesuai al-Qur’an surah as-Saba’ ayat 15 “baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur”. Terbentuknya sebuah negeri yang tentram dan penuh maghfiroh dari Allah SWT. Melalui pembentukan pribadi masyarakat yang unggul dan bertaqwa. Karena berkah Allah terhadap suatu negara tergantung ketaqwaan warga negara tersebut. “walau anna ahlal quraa aamanu wattaqau lafatahna ‘alaihm barakaatum minas samaa wa tiwal ardhi”...

Wallahu’alam.

*kader KAMMI AB2

Ketua Umum KAMMI perode 2012-2013

Tadris Fisika angkatan 2009

IAIN Walisongo Semarang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun