Lebih-lebih lagi tempat-tempat yang berpotensi terjadi penyaluran narkoba seperti tempat hiburan malam, lokalisasi, dibiarkan marak begitu saja. Lapangan pekerjaan masih begitu sulit dijangkau. Pendidikan masih tidak didasari nilai-nilai akidah. Bukankah ini terkesan tidak serius menangani narkoba?
Ah, untuk apa bertanya. Selama suatu hal memberikan manfaat pada siapapun, termasuk negara, maka ia tidak boleh dilarang. Itulah wataknya kapitalisme. Contoh di luar pembahasan ini adalah lokalisasi.
Sekalipun telah jelas dalam Alquran dinyatakan haram karena perbuatan zina, namun selama memberikan keuntungan materi bagi masyarakat dan negara, maka sebisa mungkin dipertahankan. Sama halnya dengan narkoba, selama ia memberikan manfaat, selama itupula ia akan dibiarkan dan bahkan difasilitasi. Tak perlu heran, memang begitulah peran negara dalam sistem kapitalisme sekuler, sebagai regulator bagi para kapital.
Demikian dampak sistem rusak merusak dari paham kapitalisme sekurisme. Memperbaiki umat dalam rangkulan paham tersebut bagaikan menegakkan benang yang basah. Alih-alih memberantas narkoba, kapitalisme sekuler justru merangkul baik narkoba.
Maka, membersihkan kota hingga negara dari narkoba tidak cukup hanya menggelar razia semata, sebab problem tersebut bukan masalah individu semata melainkan masalah bersifat sistemik. Butuh perubahan sistem secara menyeluruh.
Hanya pada islamlah yang tidak menyampingkan perkara agama dalam kehidupan. Justru segala bidang kehidupan tersentuh dengan hukum-hukum Allah yang begitu kental dengan suasana keimanan.
Menciptakan kesadaran takwa pada level individu, masyarakat dan negara. Perhatian setiap pihak bertumpu pada halal haram, bukan lagi manfaat belaka. Meninggalkan sistem kapitalisme dan kembali pada segenap sistem aturan kehidupan berstandar islam kaafah adalah sebuah kewajiban, dan solusi atas segala probematika umat.
(Dewi Murni, Praktisi Pendidikan, Aktivis Dakwah Pena, Balikpapan)
*tulisan ini telah tayang di ESKPOS KALTIM, Sabtu, 25 Januari 2020 Jam: 23:58:27 WIB
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H