UNTUK PAPUA
Aku heran,
Kenapa asing dengan bangsa sendiri?
Padahal tanahmu tempat pertama
mentari terbit menunaikan janji.
Aku bingung,
Kenapa seteguh itu kau bertahan?
Sejuta nasionalis kami tak mampu
menandingi soerang anak yang bahkan listrik pun tak pernah ia rasakan.
Papua, Kau tak pernah menuntut kaya raya meski dibesarkan
di atas hamparan emas.
Kau tak pernah menuntut ganti rugi
meski bertahun-tahun rumahmu tak diterangi cahaya lampu LED.
Papua, hanya menuntut setara
tanpa penindasan dan pengucilan oleh kita
yang sibuk dengan urusan dunia
daripada memikirkan saudara.
Papua, ku harap kau tetap percaya
Bhineka Tunggal Ika
yang dirumuskan orang tua kita
secara bersama.
Dariku,
yang memandangmu dengan mata hati.
Malang, 20 Agustus 2019
Puisi ini saya tulis usai membaca berita dari kanal media sosial dan portal online tentang gesekan yang terjadi di Surabaya.
Kolonialisme tidak melulu tentang belanda, kadang ia menjelma jadi diri kita.
Salam hangat,
R. Anam