Mohon tunggu...
Catarina Asthi Dwi Jayanti
Catarina Asthi Dwi Jayanti Mohon Tunggu... Psikolog - Clinical Psychologist | Community Enthusiast

Long Life Learner | Senang mengobrol, bernyanyi, memasak, dan jalan-jalan | Sedang berusaha untuk konsisten meninggalkan jejak melalui tulisan | Temukan saya di Instagram @catarinaa90

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menelisik Baduy

20 Oktober 2014   07:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:25 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kali pertama ikut gabung di sebuah forum Backpacker Indonesia gw tertarik dengan kemistisan yang pernah diceritakan temen sekampus yakni ke Baduy pada saat dia dan teman-teman sekelas sosiologinya melakukan penelitian kesana. Akhirnya tercetus lah untuk gabung sama tripnya trip n vacation, salah satu akun backpacker yang menawarkan ngetrip ke Baduy pada tanggal 24-25 Agustus 2013. Setelah 2 minggu sebelum keberangkatan ini merencanakan ke Taman Nasional Ujung Kulon tapi gagal karena harus opname akibat DBD. Yang namanya gw pasti gak jauh-jauh dari identitas TELAT, entah karena kesengajaan dan kesenangan untuk menunda ataupun ada bencana mendadak yang menghalau untuk datang telat. Yapp pagi itu ketika sudah berniat untuk tidak melakukan penundaan karena kendaraan yang kita gunakan di MEPO yakni kereta dari Stasiun Tanah Abang, tapi takdir berkata lain ketika hendak berangkat motor sulit distarter, diutak-atik sampe tangan gw dan bokap ber-oli juga gak nyala-nyala. Alhasil dengan kecepatan bulan gw gowes ke Stasiun Kranji untuk nitip motor kemudian keretaan ke Stasiun Tanah Abang. Sepanjang jalan mba Vira (TS trip ini) gak henti-henti nanyain gw dimana karena kereta Kereta AC Kalimaya yang akan kita tumpangi udah dateng. Gw disuruh untuk cari orang yakni mas Ario (TS trip ini) yang pake iket Baduy di kepala, untuk minta karcis kereta. Selain gw gatau iket kepala Baduy itu kayak gimana, ternyata yang pake iket kepala di Stasiun Tanah Abang banyak banget. Alhasil gw celingak-celinguk di samping kereta dan akhirnya ada yang nanya nama gw (FIX ini mas Ario pasti). Kemudian gw nyari tempat duduk yang sesuai dengan tiket yang dikasih ke gw dan duduk diantara peserta trip yang gak gw kenal sama sekali. Ngobrol-ngobrol sedikit kenalan terus lanjut tidur karena kelelahan. Sesampainya di Stasiun Rangkas Bitung kita disuruh makan atau cari makan dulu untuk di makan di Ciboleger, karena kata TS nya, disana gak ada yang jualan makanan, kalaupun ada ya rasanya gak jelas. Oke akhirnya setelah ke toilet nyari warung makan terdekat dan beli nasi bungkus pake telor dan ayam goring (menurut gw makanan paling aman rasanya tuh ini, karena dengan atau tanpa garam tetep enak hahaha). Karena udaranya yang panas gw pun berinisiatif beli ice cream hahaha. Kemudian perjalanan pun dilanjutkan dengan menaiki elf menuju Ciboleger (kampung sebelum masuk ke pedalaman Baduy). Satu jam kurang akhirnya kami sampai di Ciboleger dan semua orang kemudian segera mencari makan dan gw? Makan bekal yang dibeli di Rangkas tadi. Banyak yang mengeluh makanan di warung tadi gak enak (Kalo mau enak mah di Resto). Kasian gw belum punya temen jadinya ngobrol sama diri sendiri. Akhirnya pas makan basa-basi sedikit sama salah satu peserta dari Bandung yang namanya Fany. Kemudian kenalan lagi sama Dwi, Rani, dan Veri yang jadi teman ngobrol seperjalanan nanti. Sebelum melanjutkan perjalanan memasuki Baduy luar dan dalam, kami menyempatkan berfoto di icon kampong Ciboleger. Teman seperjalanan (Veri, Rani, Fany, Gw, dan Dwi) Icon Cibolegernya malah gak keliatan :( Kami pun memasuki daerah Ciboleger dan berhenti sejenak di Mesjid untuk Shalat dan beristirahat. Kemudian beberapa anak Ciboleger mendatangi kami membawa aksesoris dan tongkat kayu tracking untuk di jual kepada kami. Disitu gw tertarik dengan seorang gadis kecil begini kira-kira Gw : Ini berapa ? Dia : 10 ribu 3 Gw : Yang ini ? Dia : 10 ribu 3 Gw : Kalo 20 ribu ? Dia : 10 ribu 3 Dan kemudian anak ini jadi candaan kami karena agaknya di setting untuk ngomong kalau harganya 10 ribu 3, udah gitu ajah.

Gadis Kecil Penjual Aksesoris dan Tongkat Kayu Tracking Perjalanan pun dilanjutkan dengan sebuah tongkat kayu tracking yang malah mempersulit gw jalan karena kayunya kena orang lain mulu. Baru jalan sebentar keringat sukses membuat baju basah dan badan dingin serta nyeri dibagian dada. Alhasil gw pake porter seorang Baduy yang juga sukses ngegombalin gw sepanjang jalan dan nge-PHP-in gw kalo sebentar lagi sampe.
Track Baduy
Rombongan kami
Rumah Orang Baduy Luar Perjalanan tak kunjung sampai padahal kaki ini sudah lelah sekali (baru tau ternyata apabila kita kekurangan oksigen, tubuh akan mengambil oksigen dari bagian tubuh yang kurang penting yakni kaki, sehingga kaki akan mengalami kelelahan terlebih dahulu). Perjalanan belum berakhir sembari sedikit-sedikit foto dan sedikit-sedikit istirahat dan mulai berbagi persediaan air minum karena perjalanan panjang dan panas yang terik ini lagi-lagi sukses membuat dehidrasi sehingga kepala mulai menunjukkan pemberontakan sehingga terjadilah nyut-nyut dikepala.
Istirahat
Bersama Fany, Dwi dan Rani Berfoto di Jembatan Bambu
Jembatan Bambu
(Veri, Bapak-bapak dan Mas Ario) Istirahat
Ibu-ibu Penenun Akhirnya kami memasuki kawasan Baduy Dalam dimana kita tidak diizinkan untuk mengambil foto atau menggunakan gadget apapun disini. Panas semakin terik dan akhirnya kita sampai di cobaan terbesar sepanjang jalan yakni menaiki tanjakan cinta atau tanjakan lope. Karena terlahir sebagai orang yang kepo gw pun bertanya kenapa namanya tanjakan lope. Usut punya usut selain karena tingginya tanjakan lope tersebut, kebanyakan orang lewat tanjakan itu selalu saat siang terik dan SAYANG ajah kalo udah jalan setengah jalan malah turun lagi. Setelah di-PHP-in berkali-kali sampailah kita ke tanah kampong Cibeo tempat kita bermalam nanti. Surga banget ketika sampai lelah ini hilang karena senang. Kemudian gw dan beberapa wanita lainnya mencari tempat mandi dan SUPER banget seger banget airnya. Setelah mandi kami duduk-duduk di teras-teras rumah untuk sekedar bercengkrama dengan warga dan bermain-main dengan anak-anak Baduy. Malamnya kita membongkar persediaan makanan kami untuk di masak oleh ibu-ibu Baduy. Selesai makan malam obrolan hangat dimulai, banyak tanya yang diungkapkan oleh Fany dan banyak ke-Diam-an yang gw ciptakan karena gak bisa ngomong bahasa sunda hahaha. Ini malam minggu dan jam menunjukkan pukul 20.00 dan di Kampung Cibeo ini sudah sangat gelap dan sepi. Kami pun memutuskan untuk tidur dengan menggelar Sleeping Bag karena katanya menjelang subuh udara di sini sangat dingin. Keesokan paginya setelah makan dan mandi kami melanjutkan perjalanan panjang untuk kembali ke Ciboleger dengan track yang lebih curam namun lebih adem dan banyak sumber air minum. Baru jalan sebentar kaki udah lelah dan jalan mulai lama dan setiap ketemu sumber mata air gw selalu memenuhi pundi air minum gw dan pundi-pundi perut gw supaya kembung. Tiap ada tanjakan Mas Ario ini udah nyemangatin mulu sampe-sampe dorong-dorong biar gw cepet jalan nanjaknya gak pake berhenti-berhenti tiap 2 langkah. Kejadian memalukan pun terjadi, pas gw ngelewatin sebuah jembatan bamboo tua yang rapuh, gw terperosok dan Mas Ario dengan cepet nolongin gw sehingga gw gak jadi kecebur di sungai kecil. Alhasil gw sepanjang jalan malu gak berani liat dia dan milih jalan sama orang-orang Baduy karena gak habis-habisnya gw dicengin sama dia… Hiks. Perjalanan kali ini juga penuh cerita karena selain maen gombal-gombalan sama orang-orang Baduy yang pada ngecengin karena jalan gw yang lama. Gw jadi tau ternyata banyak dari mereka yang sering ke Jakarta. Dan sedikit tertampar melihat seorang Baduy yang membawa kayu besar sepohon menaiki tanjakan terjal (sadissss, gw gini aja udah ngeluh mulu).
Jembatan Akar Beberapa dari kami mulai tumbang karena keseleo dan beberapa menawarkan sedikit lagi ada tukang ojek yang bisa membawa kita langsung ke Ciboleger tapi dengan jalan yang bisa disebut lahan off road. Karena gak ada yang mau naik ojek, akhirnya gw yang turun tangan naik ojek biar bisa ngerasain off road beneran ahahhaha (padahal mah capek). Dan benar sadis banget naik motor begini, mau peluk akangnya juga gak mungkin soalnya bukan pacar, akhirnya pegangan belakang motor kya di GTA. Sepanjang jalan ngobrol dan nanya sama akangnya apa dia dari Baduy dan dia menjawab saya mah orang Islam (lah perasaan gw nanyanya dia Baduy apa bukan). Ternyata jika ditanya begitu pasti mereka akan menjawab seperti itu untuk membedakan dengan orang Baduy yang menganut Sunda Wiwitan. Sesampai di Ciboleger langsung masuk Alfamart buat cari yang seger-seger dan kemudian beristirahat di saung yang hampir ajah bikin ketiduran. Akhirnya teman-teman yang lain datang menjemput diriku yang sendirian hahaha. Perjalanan pun dilanjutkan dengan elf menuju Stasiun Rangkas Bitung dan beberapa dari kami pun berpisah, ada yang menggunakan kereta Rangkas Jaya ada yang menggunakan kereta AC Kalimaya. Gw memilih untuk naik Rangkas Jaya yang lebih menantang karena penumpangnya gak beraturan dan banyak yang jualan hahaha. Turun dari Rangkas Jaya gw melanjutkan perjalanan dengan menggunakan Commuter Line menuju Stasiun Kranji bersama Rani yang ternyata rumahnya gak jauh dari rumah gw. Sesampai di Kranji kami memutuskan untuk makan sejenak di warung tenda dan kemudian pulang dengan gowes sampai rumah. Nb. Pada akhirnya gw lupa tujuan gw ke Baduy cari yang mistik-mistik, karena terlalu fokus sama kaki yang gak biasa di ajak kompromi. Lupa juga nyokap kemarin minta oleh-olehnya anak Baduy.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun