Mohon tunggu...
Catarina Tenny Setiastri
Catarina Tenny Setiastri Mohon Tunggu... Guru - Ibu, guru, dan pejalan.

ig: catarinatenny22 Saya Ibu dan guru, yang memiliki minat melakukan perjalanan ke tempat-tempat baru, yang cenderung senyap. Mengalami dan meresapi dengan berinteraksi dengan orang lokal, dengan penggiat alam atau pejalan lainnya. Destinasi bukan satu-satunya tujuan dalam perjalanannya; ia puaskan dirinya dengan pengalaman baru bersama keluarga, mencari letupan-letupan keajaiban di tiap pengalaman yang singgah. Keajaiban yang ia percaya selalu ada dariNya, yang membuat ia bertumbuh menjadi lebih baik dan lebih berguna, pun tumbuh dalam imannya yang ga seberapa.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Cara Manjur Dekat dengan Anak (1)

24 November 2024   10:21 Diperbarui: 24 November 2024   10:23 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hang out bareng -  cara ampuh deket dengan anak (Sumber: dokpri)

JEGLEK!! Kalau pintu kamarnya ia tutup, rasanya dunia kami otomatis terpisah.

SIBUK - Anak sibuk dengan dunianya sendiri, dan walaupun panggilan kami hanya untuk sekedar nongkrong bersama, ia seakan pura-pura tuli tanpa sautan. Saat keadaan atau hubungan kami tanpa masalah saja, hal ini sudah terjadi. Apalagi jika kami menegur saat ia bermasalah... ulalaaaa... langsung deh ga keluar-keluar dari kamar, menahan rasa laparnya dengan main game, menonton mukbang,  atau dengan kegiatan lain yang sama sekali ga bisa kami tebak.

BERGEGASSS - Saya dan suami hanya saling pandang. Bingung mau gimana. Dideketin... nolak, ditegur... mental, dibaikin.. ngelunjak, didiemin... malah tambah menjauh, bingung harus gimana. Tapi kami sadar, kami harus segera mencari jalan keluar yang win-win solution buat kami sebagai orangtua dan ia sebagai anak. Kami harus bergegas... sebelum ia benar-benar meninggalkan kami karena telah dewasa dan mencari kehidupannya sendiri. Kami pun ingin menorehkan kenangan yang indah dalam hidupnya maupun hidup kami sendiri.

FLASH BACK - Ada satu titik dimana kami mengalami stress yang teramat tinggi, sebelum akhirnya menemukan semua cara ini. Sebelumnya, suasana rumah kami begitu tegang. Waktu itu, anak kami baru menginjak SMK, ia seperti baru aja keluar dari goa. Kami kaget setengah mati saat liat chat di devicenya. Bahasa yang ia pakai kotor dan kasar. Dari percakapan mereka, kami menilai teman-teman dekatnya yang sekarang begitu liar dengan topik pembicaraan yang begitu jorok. Kamar anak saya pun kotor dan berantakan, benar-benar seperti kapal pecah. Anak saya juga ga mau bantuin bersihin rumah, makan selalu sisa, dan tidak menjawab saat dipanggil. Ia suka bohong dan melanggar sendiri janji yang ia ucapkan. Tiap hari ada saja hal negatif baru yang ia buat, jadi tiap malam kami bertemu bertiga. Kami ulas semua kesalahannya (baca: pengadilan terselubung). Anak saya memang diam, ia hanya menjawab seperlunya, yang pasti ia memberikan jawaban yang tidak memuaskan kami berdua sebagai ibu dan bapaknya. Meeting 6 mata itu berjalan sekitar seminggu dan ternyata cara itu hanya memperburuk keadaan. Gelas kaca bukan hanya retak tapi pecah berkeping-keping. Anak kami semakin menjauh, tak ada tegur sapa di dalam rumah, tak ada senyum yang membuat hari indah. Yang ada hanyalah wajah sinis dan marah, suasana rumah kami dingin, saya dan anak menangis dalam diam. Dan akhirnya, anak saya minta untuk hidup sendiri di kota lain.

BOLEH BANGGA DONG.... Akhirnya dengan banyak trial and error, kami bisa berbangga karena berhasil mendapatkan cara untuk membuat hubungan kami lebih ciamik. Ga perfect sih tapi bolehlah... hahaha... Dan boong banget kalau semua ini bisa kami dapatkan tanpa effort yang tinggi dan kerjasama dari kedua belah pihak; saya dan suami.

CARA YANG MENYENANGKAN
- Kami terus menerus mencari cara yang menyenangkan supaya bisa dekat dengan anak, seperti misalnya.. sering membaca tentang pola asuh anak, lalu mendiskusikannya dengan pasangan untuk melakukan apa yang bisa kami tiru, mendengarkan sharing teman-teman yang memiliki situasi yang sama, mencari kegiatan yang positif dan menyenangkan, mengubah cara berkomunikasi; suami dengan ledekkan-ledekkannya yang aneh dan nyebelin itu (wkwk... tapi manjur loh), sedang saya sendiri dengan makanan, ngajak hangout,  ngundang temen-temen dekatnya untuk manggang di rumah, atau traktirin anak dan temen-temennya. Clue-nya nih.. deketin temen-temen dekatnya dan jadilah pendengar yang baik. Serius... ini manjur banget! Orang yang merasa didengar, pun akan merasa dihargai. Kita juga gitu kan? Dan believe me, saat mereka sudah nyaman, mereka akan share buanyakkk hal. Nah buah dari saat-saat itu tuh.. anak kita akan ngeliat, mencerna, dan mulai mengevaluasi... anak lain aja bisa deket sama ibuku, bilang ibuku asik banget kalo diajak ngomong, diajak hangout, kenapa aku malah ngejauh ya? Gituuuu... Agak sedikit muter-muter caranya kayag maen halma, tapi manjurrrrr.

CARI TERUS TANPA HENTI - Hihi... keliatannya gampang banget ya ulasannya, padahal pas kami jalani hahaha... syusaaahhhnya bukan main. Tiap saya ngajak, penolakan sering terjadi. Tapi no worries lah pasti ada jalan kalau kita mau usaha. Saking beleneknya (baca: sampai kenyang) ditolak, saya sampe nanya sama Tuhan bolak-balik... "cara apa lagi nih, Tuhan?"

PERSIAPAN TAKTIS YANG MATANG - Trus nih kalau anak sudah oke, hihi.. masih ada tu masa-masa struggelingnya. Saya - ibunya - tegang seperti mau bertemu pacar. Saya pastikan baju saya oke, gaya saya fashionable, wangi, dan saya touch up lagi biar tetep kelihatan cantik walaupun abis ngantor, wkwk. Saya role play sendiri dulu biar entar suasana dengan anak dan teman-temannya ga kaku. Bahasa dan isi pembicaraan saya atur tapi tetap membuat suasana santai. Pokoknya cari cara biar ga banyak omong, tapi dapet semua isu terbaru dari mereka.

BALA BANTUAN - Saya juga rajin menghubungi guru kelas dan guru BP di sekolah untuk membicarakan perkembangan anak saya. Deket sama siapa aja, siapa pacar terbarunya, bagaimana ia dengan guru dan teman-teman lainnya di sekolah, dan bagaimana sikapnya saat menerima pelajaran di kelas.

BERI KEPERCAYAAN - Kami merasa menjadi orangtua yang lebih terbuka dan apik saat menyampaikan sesuatu atau menyampaikan perasaan kami, tanpa men-judge anak seperti sebelumnya. Kami percaya anak saya pasti mendengar walaupun dengan sikap acuhnya. Oya satu lagi, kami berikan kepercayaan ke anak. Benar-benar percaya loh ya, ga hanya sekedar terucap di bibir. Oleh karenanya, langkah ini begitu susah... Saya ga memeriksa isi chatnya lagi. Kami juga tidak akan memaksa anak untuk menceritakan privasinya atau hal-hal lain apapun yang tidak ingin ia ceritakan. Langkah ini seperti tambal sulam, susah... jadi terkesan up and down, hingga suatu ketika teman saya mengingatkan agar saya memegang janji yang saya buat sendiri pada anak saya: memberi kepercayaan padanya.

Kami bersyukur melewati masa-masa ini. Ternyata hingga usia anak remaja pun, kami harus tekun mencari pola asuh yang baik dan pas untuk anak kami. Istana pasir di tepi pantai harus terus dibangun. Jika tidak, ia akan lenyap termakan ombak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun