Mohon tunggu...
Catarina Tenny Setiastri
Catarina Tenny Setiastri Mohon Tunggu... Guru - Ibu, guru, dan pejalan.

ig: catarinatenny22 Saya Ibu dan guru, yang memiliki minat melakukan perjalanan ke tempat-tempat baru, yang cenderung senyap. Mengalami dan meresapi dengan berinteraksi dengan orang lokal, dengan penggiat alam atau pejalan lainnya. Destinasi bukan satu-satunya tujuan dalam perjalanannya; ia puaskan dirinya dengan pengalaman baru bersama keluarga, mencari letupan-letupan keajaiban di tiap pengalaman yang singgah. Keajaiban yang ia percaya selalu ada dariNya, yang membuat ia bertumbuh menjadi lebih baik dan lebih berguna, pun tumbuh dalam imannya yang ga seberapa.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pendaki yang Sakit Kaki

7 Oktober 2023   22:35 Diperbarui: 7 Oktober 2023   22:40 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kaki modal utama pendakian, dok. pribadi

Sore itu, badanku terhuyung sempurna. Hanya tetap, tak ada jeda untuk rebah dan rileks, masih ada satu lagi yang harus kulakukan; menjemput anakku. Ini hari spesialku, karena biasanya kami tak pernah jemput menjemput, tak pernah pernah pergi bersama saat ke sekolah. Jadi meskipun kini aku lelah tapi aku senang. Bersemangat walau bersemangat dalam kepudaran energi.

Ini pertama kali aku injakkan kaki di depan gedung sekolah anakku yang baru. Aku ingin cepat-cepat melihatnya. Ia sedang latihan baris-berbaris untuk lomba hari Sumpah Pemuda. Kuparkir motorku, dan kuseret badanku yang gontai, yang melawan untuk bergerak, dannn... JRBBBBB!! Kaki kiriku terperosok dalam, pinggul kanan mehanan di beton, dan kedua tanganku reflek menahan di kedua sisi lubang yang menganga. Seketika rasa sakit menyekit, nyeri menyentak ke kaki, menjalar sempurna ke seluruh tubuh, hingga kedua sisi gigiku bertemu, mata terpejam, aku tengadahkan kepalaku, mencari pertolongan pada Tuhanku, arrrrkkkhhh begitu sakittt. 

Menit kedua, aku sudah tau situasiku. Ada proyek pembuatan gorong-gorong. Sudah selesai, hanya penutup lubang belum dibuatkan. Lubang pembuangan air hanya ditutup sekedarnya dengan triplek, dan aku menginjaknya. Terjerab di got yang dalam dengan beton yang ga lunak sedikitpun. Gila, benar-benar sakitttttt! Kulihat luka di bagian depan kaki kiriku. Dan luka dalam di pinggul kananku. Instingku sebagai dokter abal-abal mengatakan bahwa ini luka ringan. Besok pasti sudah sehat lagi dan bisa naik gunung.

Tapi abal-abal tetaplah abal-abal. Malam itu, adalah malam yang paling menyakitkan. Bagian kaki kanan nyeri menusuk, sedangkan seluruh badan meriang seperti ga mau kalah. Aku berusaha tenang, tapi sakit itu ga mau tau. Akhirnya aku kalah, ku-text teman-temanku untuk membatalkan naik (baca: naik gunung) esok hari.

Sebel! Weekend menjadi sesuatu yang begitu dinanti, sementara setelah itu datang, kaki luka, lebam ungu tua di pinggul dan pinggir telapak. Siallll! Esok atau entah kapan, pekalah pada tubuh, dengarkan ia seperti saat mendengarkan egomu, niscaya esoknya kamu bisa naik gunung.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun