Alkisah diceritakan. Hiduplah seekor kucing betina yang sedang berteduh di bawah bale yang terbuat dari anyaman bambu, karena hujan semakin deras dan suara guntur selalu menggelegar membuat si kucing betina itu merungkuk ketakutan.
Kucing itu mengeong ketika kilatan petir mencelat membuat bulu tengkuknya berdiri dan ekornya mengibas getar. "Duhai hujan! Hentikanlah gunturmu dan jauhkanlah kilatanmu!" batinnya penuh harap.
Prepet ... Prepet ... Clat ...Duaaar..
Sontak kucing itu terperanjat. "Sue! Malah dibesarin!" rutuknya sambil menatap nanar kelangit lalu kembali ekornya mengibas keras.
"Wahai penggenggam malam, aku takut!" Seraya berdo'a. "Sungguh besar kekuasaanmu Tuhan. Engkau ciptakan makhluk begitu dahsyat."
Meoong ...
Tiba-tiba terdengar suara mengeong dari jurusan depan. Suara itu adalah meongan sang Jantan yang sedang mencari tempat berlindung. Rupanya dia baru saja berlari cepat dari bawah pohon ketika guntur itu menggelegar. Terbukti bulu-bulunya yang sudah basah terkena air hujan yang semakin lebat.
Matanya menguarkan sinar mencelat ketika melihat sang betina berada di hadapannya. Begitupun sang Betina, ia menatap nanar ketika sama-sama bertatapan mata..
Si Betina menggereng ....
Rupanya si Betina tidak suka jika kucing Jantan berada di depannya. "Jangan mendekat!" bentak sang Betina.
"Hai manis!" sang Jantan dibentak malah menyeringai menggoda. "Bulu-buluku sudah basah terkena hujan. Bolehkah aku kesana, kita sama-sama berteduh?!"