Â
Suara detak jam terdengar sangat lembut. Dentingan dengan ritme yang biasa aku dengar ketika jarum panjang tepat di angka 12. Namun kesunyian malam di tengah malam, pukul 00.00 tepat aku mulai mengantuk. Antara sadar dan tidak sadar menuju alam mimpi. Suara denting jam itu kian melambat dan mengambang aku rasakan, petanda aku mulai melayap untuk terbuai di dalam lelapku.
Kreek ...
Terdengar sayup-sayup suara derik pintu kamarku. Entah mimpi atau nyata, aku melihat sosok wanita cantik berpakaian serba putih dengan wajah tersenyum dingin dari balik pintu.
Aku balas senyumannya. Wanita itu masuk perlahan lantas menutup kembali pintu yang ia buka. Dia tidak bicara, hanya sunggingan senyum yang terus melontar membuatku terpesona.
Sangat cantik, berkulit putih, bibir merona dan lekuk tubuh profesional. Bergaun putih seperti baju pengantin yang dikenakan bangsa eropa. Aku terpana. Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutku. Aku hanya tertuju pada kecantikan paras wajahnya.
Dia semakin mendekati sisi tempat tidurku. Bau harum bunga melati menusuk rongga hidungku. Aroma yang jarang tercium untuk farfum seorang wanita. Terhinoptis akan wangi menguar dari tubuhnya.
"Bolehkah aku duduk di sampingmu?" Wanita itu mulai membuka suara. Sangat lembut nada bahasanya.
Aku mengangguk memberi isyarat setuju. Dia duduk di sisi tempat tidur. Aku bangkit dari rebahanku. "Siapa kamu?" aku bertanya pelan di liang telinganya. Dia hanya tesenyum menambah gairah aku rasakan ketika wangi yang tercium membuat darahku mengalir kencang.
Buncahku mulai meninggi ketika dia merebahkan kepalanya di pundakku lalu tak lama ia pun menurunkan tubuhnya, tidur di sisiku bertelentang hingga dadanya membusung dengan jelas membuat darahku berdesir hebat.
Amboy ... Malam itu aku lalui bersamanya. Bercinta penuh kehangatan dan nafas buncah menyeruak di ruang kamarku, hingga aku terlelap ...