Mohon tunggu...
Cataleya Arojali
Cataleya Arojali Mohon Tunggu... Buruh -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Doa Hidayah untuk Mamah

23 Juni 2016   20:49 Diperbarui: 23 Juni 2016   20:53 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Mah, Salma mau sholat teraweh di musholah. Sekalian mau minta tanda tangan imam solat. Tugas dari sekolah, Mah!" Salma meminta izin kepada Mamahnya yang sedang bersolek.

Sang Mamah, hanya berdehem. Ia tidak memperdulikan anak putrinya yang berusia 8 tahun kelas 3 SD. Sibuk behias diri untuk menanti kedatangan seorang lelaki yang ia janjikan untuk berkencan. Maklum di bulan puasa warung remang-remang yang ia kelola terpaksa tutup sebulan penuh.

"Salma minta uang buat jajan, Mah!" 

Sang Mamah merogoh tasnya lalu menguarkan lembaran lima ribu rupiah. "Ini, segera pulang kalau sudah teraweh. Nanti kalau mamah sudah tidak ada di rumah, kamu sama Nenek yah!" Setelah berkata begitu, sang Mamah kembali berhias, gincu merah muda dipolesnya lalu dikibaskan lidah di bibirnya.

"Salma berangkat, Mah!"

"Emm...."

Salma bergegas dengan riang menuju musholah tak jauh dari rumah. Di tengah jalan Upik teman sekelas menyapanya, "Hai Salma, mau solat teraweh?" Salma hanya mengangguk. Upik yang sedang bersama Ibunya dengan sumringah berjalan bersama Ibunya. Tapi tidak dengan Salma, ia merasa iri dengan Upik bisa solat di musholah dengan Ibunya.

Terkadang ingin sekali Salma mengajak Mamahnya untuk sekali-kali menjalankan solat seperti yang diajarkan guru di sekolah. Tapi dengan alasan "Mamah belum waktunya solat. Mamah masih kotor. Kamu saja yang solat." Kata-kata itu yang membuat Salma selalu bertanya, "Kenapa Mamah tak pernah solat. Padahal guru di sekolah mengajarkan, jika solat itu hukumnya wajib bagi orang dewasa. Jika tidak solat akan masuk neraka."

Tapi Mamah hanya lontarkan senyum jika diajak Salma untuk solat teraweh. Salma memang sudah terbiasa hidup bersama sang Nenek, dan ditinggal sendiri oleh Mamahnya. Jika malam tiba, sang Mamah berangkat dengan penampilan mecing dan bergaya genit dengan dandanan menor. Mamah memang sebagai pengurus salah satu warung remang-remang yamg ia kelola.

Mamah punya anak buah banyak terutama wanita-wanita PSK, meskipun Mamah tidak harus menjual dirinya. Ia hanya mengawasi jika ada tamu dan menawarkan untuk berkencan dengan anak buahnya.

Tapi ketika bulan Ramadhan tiba, Warung remang-remang yang Mamah kelola harus tutup sementara. Meskipun tak kala harus main kucing-kucingan agar tidak membuat warga sekitar geram, dan mengundang amukan massa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun