Tiga hari setelah Hari Raya Idul Fitri tahun 2017 kemarin, saya dan keluarga berkesempatan untuk bersilaturahmi ke Kota Solo. Acara rutin yang diadakan setiap Hari Raya Idul Fitri dan kebetulan untuk menghadiri arisan keluarga. Perjalanan Ngawi-Solo yang biasanya kami lewati melalui jalur utama Sragen, berbelok ke arah kiri di daerah Walikukun Ngawi menuju jalan tol. Saya mengambil posisi sebagai penumpang yang duduk manis di deretan tempat duduk belakang.
Kami percaya diri untuk melewati jalan Tol Soker (Solo-Kertosono) karena mendapat informasi melalui media televisi lokal yang memberitakan bahwa pihak terkait mengoperasikan jalan tol tersebut untuk keperluan mudik Lebaran 2017. Padahal, yang saya tahu bahwa jalan tol tersebut belum rampung dan layak untuk digunakan. Ini menurut pandangan saya pribadi.
Saya berpikiran bahwa difungsikannnya jalan tol tersebut berguna untuk mengurai kemacetan jalur utama Solo-Ngawi yang selalu padat merayap. Apalagi, saat melewati jalur Mantingan-Ngawi Kota yang dipenuhi dengan jalan yang berkelok-kelok tentu akan merepotkan kelancaran lalu lintas. Bukan itu saja, jalur tersebut dikenal sebagai area rawan kecelakaan.
Oleh sebab itu, saya berpikiran bahwa jalan tol yang akan kami lalui benar-benar layak dan tidak membahayakan pengguna jalan tol dan masyarakat sekitarnya. Namun, sepanjang ruas Walikukun-Sragen, jalan tol masih dipenuhi dengan rambu-rambu manual seadanya yang berfungsi sebagai penanda tempat penyeberangan layaknya jalan biasa. Dan, di samping kanan dan kirinya telah dilengkapi oleh petugas yang berfungsi untuk mengamankan orang-orang saat menyeberang.
Perlu diketahui bahwa sebelum lebaran, jalan tol tersebut difungsikan untuk kendaraan yang bergerak dari Solo ke Ngawi dan setelah lebaran diatur sebaliknya. Namun, bukan hanya perlengkapan pengatur lalu lintas secara manual yang bisa dipindah-pindah, tetapi banyak jalanan yang belum diaspal secara layak. Lampu penerangan jalan pun belum ada. Itulah sebabnya, jalan tol tersebut difungsikan dari jam 06.00 hingga 17.00 saja. Di sisi lain, saya khawatir dengan kendaraan yang melewatinya melaju dengan kecepatan yang tinggi akan terjadi slip. Kondisi tersebut berpeluang menimbulkan kecelakaan.
Karena, tanpa melihat kondisi jalan tol yang masih banyak "belum mengalami pembetonan", banyak kendaraan yang melaju dengan kecepatan tinggi. Tentu mereka berburu waktu agar cepat sampai ke kota tujuanya. Pantas saja, kami hanya menempuh waktu kurang lebih satu jam setelah keluar dari pintu terakhir, Banyuanyar Solo. Meskipun jantung saya deg-degan agar selamat sampai di tujuan.
Padahal biasanya waktu yang dibutuhkan Solo-Ngawi dengan melewati jalur utama/lama menempuh waktu kurang lebih 4 jam. Menghemat waktu 3 jam, dengan kecepatan kendaraan antara 70-100 Km/jam. Saya tidak bisa membayangkan berapa lama kendaraan yang melaju dengan kecepatan tinggi dan menyalip kendaraan yang kami tumpangi. Tentu, hampir setengah dari waktu yang kami butuhkan.
Selama perjalanan, saya selalu berdoa semoga diberi keselamatan hingga di tempat acara Arisan Keluarga. Tidak lupa, saya juga menyempatkan diri untuk menelepon keluarga. Meski, di jalan tol yang panas menyengat karena belum ada pepohonan, sinyal handphone yang saya pakai tetap kuat. Saya mencoba dengan kartu XL yang jaringannya 3x lebih luas. Bahkan, karena teknologi 4,5G membuat sinyalnya tetap kuat dan stabil.
Di jalan tol yang belum layak untuk dioperasikan, saya juga mengusir kebosanan dengan mengakses You Tube. Lumayan, ada hiburan yang berfungsi untuk menghilangkan rasa penat karena duduk lama di dalam kendaraan. Lagi-lagi, kartu si biru telah membantu menghidupkan suasana menuju kota Solo. Ya, di saat saya berkomunikasi melalui gadget dengan lancarnya, terbersit keinginan agar jalan tol Soker juga bisa mulus untuk dilalui. Serta aman dan nyaman bagi pengguna jalan tol dan masyarakat sekitar. Semoga!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI