“Manusia tak akan hidup tanpa air”
Manusia adalah makhluk sosial. Bukan hanya berinteraksi sesama manusia, tetapi harus mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Manusia harus mampu menjadi pengayom lingkungan, agar mampu memberikan kenyamanan hidup. Perlindungan yang maksimal akan memberikan dampak kepada manusia itu sendiri. Menurut UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menegaskan bahwa kondisi alam dipengaruhi bukan hanya oleh alam sendiri tapi juga oleh tingkah laku manusia.
“Karena manusia hanya memiliki satu bumi, maka semua dampak negatif yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia akan balik mengenai manusia itu kembali!” (Budhi Soesilo, 2012)
Oleh sebab itu, karena lingkungan kita berada pada satu bumi dan tidak ada kembarannya, kita dituntut untuk menjaga sebaik mungkin isi bumi kita. Salah satu komponen dari lingkungan kita yang mampu memberikan kelangsungan hidup adalah menjaga kelangsungan air bersih.
Aksi Nyata Mewujudkan air Bersih
Air bersih merupakan kebutuhan mutlak hidup manusia di muka bumi. Untuk menjaga kelangsungan akan air bersih, maka manusia di bumi perlu memperingatinya dalam Hari Air Sedunia yang diperingati setiap tanggal 22 Maret. Peringatan tersebut merupakan wahana memperbarui tekad kita untuk melaksanakan Agenda 21 yang dicetuskan pada tahun 1992 dalam United Nations Conference on Environment and Development (UNCED) yang diselenggarakan di Rio de Janeiro, Brasil atau lebih populer disebut Earth Summit. Hari Air Sedunia mulai diperingati sejak tahun 1993 oleh negara-negara anggota PBB. Setiap tahun terdapat tema khusus agar menjadi perhatian bagi warga dunia tentang betapa pentingnya air sebagai sumber kehidupan. Peringatan Hari Air Sedunia pun memberikan arti penting bagi bangsa Indonesia untuk memegang komitmen penuh menjaga kelangsungan air. Apalagi, kondisi air yang ada di negeri ini mengalami kondisi krisis dan membutuhkan penanganan secara serius dari Pemerintah, swasta, stakeholder dan masyarakat.
Perilaku masyarakat kita yang paling menonjol dan banyak mempengaruhi kondisi air bersih yang memperihatinkan adalah tindakan membuang sampah sembarangan. Kita sering melihat masyarakat begitu mudahnya membuang sampah, baik di sungai maupun di jalan raya. Perlu sosialisasi secara berkesinambungan untuk meningkatkan kesadaran, bahwa membuang sampah sembarang memberikan dampak negatif terhadap air bersih yang kita konsumsi.
Kadangkala, ada pertanyaan dalam benak kita mengapa masyarakat Indonesia begitu susah untuk membentuk karakter yang sadar akan penanganan sampah, meskipun hanya membuang sampah pada tempatnya? Perilaku buang sampah banyak disebabkan berbagai faktor, seperti: 1) Sistem kepercayaan masyarakat terhadap perilaku membuang sampah. Kemungkinan di dalam pikiran alam bawah sadar, masyarakat menganggap bahwa membuang sampah sembarangan ini bukan sesuatu hal yang salah dan wajar untuk dilakukan; 2) Norma dari lingkungan sekitar seperti keluarga, tetangga, sekolah, lingkungan kampus, atau bahkan di tempat-tempat pekerjaan. Pengaruh lingkungan merupakan suatu faktor besar di dalam munculnya suatu perilaku; dan 3)Perceived behavior control. Seseorang akan melakukan suatu tindakan yang dirasa lebih mudah untuk dilakukannya karena tersedianya sumber daya. Jadi, orang tidak akan membuang sampah sembarangan bila tersedia banyak tempat sampah di pinggir jalan (Fatih Fadhil, dkk., 2013)
Kita perlu menyadari bahwa dengan membuang sampah sembarangan secara kontinu akan memberikan dampak negatif terhadap kesehatan kita yang ditimbulkan dari rusaknya lingkungan seperti cairan dari rembesan sampah yang masuk kedalam drainase atau sungai akan mencemari air. Selanjutnya, berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap. Hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis. Jika air sungai, selokan atau laut tersebut tanpa sadar kita konsumsi, maka dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, seperti: 1) Penyakit DBD, diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur dengan air minum; 2) Penyakit jamur dapat juga menyebar (jamur kulit); dan 3) Menjadi sampah beracun, jikatelah terkontaminasi oleh raksa (Hg) yang berasal dari sampah yang memproduksi baterai dan akumulator (http://beritasekitar19.blogspot.com).
Sikap membuang sampah sembarangan bukan hanya dilakukan oleh masyarakat, tetapi sering dilakukan juga oleh perusahaan skala besar. Dampaknya terhadap kelangsungan air pun sungguh luar biasa. Pemerintah pun perlu turun tangan untuk memberikan sanksi tentang pelanggaran lingkungan tersebut. Sebagai contoh, pelanggaran lingkungan yang dilakukan oleh PT GeneralEnergi Bali (GEB) dan kontraktornya Cina Hudian Engineering (CHEC) mendapatkan sanksi dari Badan Lingkungan Hidup Bali (BLH) Provinsi Bali. Tindakan yang telah dilakukan adalah pencemaran lingkungan.
“Seperti diberitakan sebelumnya, kontraktor megaproyek PLTU Celukan Bawang CHEC menggali pantai untuk memasang pipa di tengah laut yang difungsikan sebagai pendingin mesin pembangkit. Pipa ini dipasang dari bibir pantai hingga ke tengah laut lepas sejauh 600 meter. Sayangnya, material hasil penggalian itu sengaja dibuang ke laut lepas menggunakan kapal tongkang.Akibat pembuangan material itu, laut Celukan Bawang dan biota laut terancam rusak. Pasalnya laut ditimbun material galian” (Bali Post, 2014)
Banyak tindakan yang perlu dilakukan baik oleh masyarakat maupun perusahaan untuk menjaga kelangsungan hidup air, seperti menekan konsumsi plastik. Perlu diketahui, bahwa sampah plastik tidak mampu diurai selama puluhan tahun.Kondisi ini akan mempengaruhi kualitas air yang ada. Untuk mengurangi konsumsi sampah plastik, maka perlu adanya tindakan/prinsip reduksi bersih yang diterapkan dalam keseharian seperti menerapkan prinsip 4R, yaitu (Reduce, Reuse, Recycle dan Replace), yaitu: 1) Belanja jangan boros, perhitungkan keperluan dengan cermat; 2) Bawalah keranjang belanja yang dapat dipakai berulang kali sehingga mengurangi sampah plastik; 3) Upayakan daun sebagai pembungkus karena sampah daun hancur ditanah; 4) Jangan masukan sampah kedalam got sungai atau laut; dan 5) Sampah dapur dan dedaunan untuk kompos, kertas untuk daur ulang, kaleng untuk pot (http://beritasekitar19.blogspot.com).
Kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari dataran tinggi dan dataran rendah banyak mempengaruhi karakteristik sungai yang ada, dari daerah hulu sampai hilir. Karakteristik sungai bagian hulu, adalah 1)merupakan awal dari aliran sungai (mata air); 2) debit air relatif kecil dan dipengaruhi curah hujan; 3) kondisi dasar sungai berbatu; 4) sering ditemui air terjun dan jeram; 5) erosi sungai mengarah ke dasar sungai (vertikal); 6) aliran air mengalir di atas batuan induk; 7)aliran sungai mengerosi batuan induk; 8) aliran sungai cenderung lurus; 9) tidak pernah terjadi banjir; dan 10)kualitas air masih baik.
Karakteristik sungai bagian tengah, adalah 1) merupakan lanjutan dari hulu sungai; 2) lembah sungai berbentuk huruf U; 3)aliran air tidak terlalu deras; 4) proses erosi sudah tidak dominan; dan 5) proses proses transportasi hasil erosi dari hulu. Sedangkan, karakteristik sungai bagian hilir adalah 1) merupakan bagian akhir sungai menuju laut; 2) lembah sungai berbentuk huruf U; 3) aliran air permanen; 4) terdapat pengendapan di dalam alur sungai; 5) sering terjadi banjir; 6) terdapat daerah dataran banjir; 7) aliran sungai berkelok-kelok membentuk meander; 8) terdapat danau tapal kuda (oxbow lake); 9) erosi sungai ke arah sampinh (lateral); dan 10) badan sungai melebar (http://fastrans22.blogspot.com). Secara mayoritas, kondisi sungai di daerah hulu (daerah pegunungan) masih mengandung air bersih. Kadangkala, bisa langsung diminum karena mengandung mineral yang dibutuhkan tubuh.Airnya sungguh menyegarkan.
Tetapi, setelah melewati perjalanan panjang (daerah tengah sungai) yang banyak melewati perkampungan atau perkotaan sangatlah berbeda. Kebiasaan masyarakat yang masih membuang sampah (organik dan anorganik) sembarangan membuat pemandangan sungai menyakitkan pandangan mata.Kondisi air pun sudah kritis. Jangankan untuk mandi, sekedar cuci kaki pun sudah tidak layak. Air menjadi kehitam-hitaman, bau menyengat (busuk) membuat kesehatan terganggu. Berbagai jenis penyakit pun mudah menyebar.
Yang lebih mengerikan adalah sampah-sampah buangan dari pabrik yang belum diolah sangat membahayakan kesehatan tubuh. Seperti zat-zat yang mengandung air raksa (Hg), Tembaga (Cu), Mangan (Mn), Kadmium (Cd) dan lain-lain dapat menyebabkan berbagai macam penyakit berbahaya (contoh: kanker) dalam waktu yang lama.
Jika kandungan zat-zat yang berbahaya terbawa air sungai dan akan mengalir ke laut berakibat akan merusak ekosistem yang ada. Jika zat-zat berbahaya tersebut dimakan oleh fauna yang ada di laut dan selanjutnya dikonsumsi oleh manusia akan mengakibatkan berbagai penyakit berbahaya dalam waktu lama. Dengan demikian, apa yang kita lakukan akan kembali kepada manuasia sendiri.
Perusakan kondisi air bersih yang memprihatinkan bukan hanya terjadi di sungai, tetapi banyak terjadi beberapa danau atau waduk di Indonesia. Kondisi air danau atau waduk pun sepertinya sudah tidak ideal. Sebagai contoh, kondisi Danau Limboto yang ada di Kota Gorontalo yang awalnya seluas 9.000 hektar, sekarang menyempit menjadi 3.000 hektar. Danau tersebut sering mengering disebabkan karena sedimentasi lumpur, sampah, danau, sawah dan terdesak pemukiman.Padahal, Danau Limboto menampung 23 aliran sungai. Karena penimbunan lumpur, kedalaman Danau Limboto turun dari kedalaman 14 meter menjadi 2,5-3 meter (Kompas, 2014). Apalagi ditambah dengan tumbuh suburnya eceng gondok, menjadi sumber air bersih tidak efektif lagi. Karena dapat merusak biota danau yang dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup nelayan yang ada di sekitarnya.
Koran Jawa Pos tanggal 6 Agustus 2014 melansir berita, bahwa kondisi Danau Limboto yang ditumbuhi banyak eceng gondok telah menyebar dan menutupi perairan danau dapat mengganggu keindahan dan kelestarian danau. Padahal Danau Limboto merupakan kebanggaaan Kota Limboto.Bahkan menurut Koran Kompas tanggal 23 Agustus 2014 merilis tulisan, “Kerusakan ekosistem dari hulu hingga hilir menyebabkan danau seluas 3.000 hektar di Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo itu tak lagi mampu menopang hidup para nelayan…”.
Kepedulian Pemerintah terhadap sektor-sektor yang mendukung untuk pemenuhan air bersih harus diapresiasi dengan baik. Harapan untuk mendapatkan air bersih sebagai air munum layak dan meningkatkan sanitasi (kesehatan) masyarakat perlu ditingkatkan. Berdasarkan data www.ampl.or.id yang datanya diperoleh dari BPS dan KemenPU tahun 2012 dalam infografisnya menyatakan bahwa kondisi air minum dan sanitasi negara Indonesia dilihat dari akses air minum layak memberikan gambaran pencapaian pada tahun 2012 mencapai 58,05%. Masih kurang atau selisih 10,82% dari target MDGs sebesar 68,87%. Rata-rata pertumbuhan dari tahun 2009-2012 sebesar 2%. Perlu pertumbuhan di atas 2% agar mencapai target yang diinginkan. Sedangkan jika dilihat dari akses sanitasi layak menggambarkan bahwa negara Indonesia mencapai 57,35% dan masih kurang atau selisih sebesar 5,06% dari target MDGs sebesar 62,41%. Pertumbuhan rata-rata dari tahun 2009-2012 sebesar 2%. Percepatan pertumbuhan yang diharapkan harus di atas 2% (lihat infografis di bawah ini).
Kita memahami, bahwa pemenuhan akan air bersih sebagai air minum layak dan meningkatkan sanitasi layak di Indonesia semakin tinggi karena bertambahnya jumlah penduduk. Tetapi, pemenuhanakan air bersih di Indonesia memang tetap menjadi masalah, terutama di Pulau Jawa. Di pulau ini, diprediksi hanya mempunyai 4,5% potensi air tawar nasional tetapi harus menopang 65% dari jumlah penduduk Indonesia yang ± 240 juta jiwa. Ini menunjukan jumlah ketersediaan air bersih tidak sepadan dengan jumlah penduduk yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Ditambah dengan sistem pipanisasi (air PAM) yang diterapkan, hanya cukup untuk mengaliri 23% rumah tangga di Indonesia, selebihnya harus mengambil air tanah guna mencukupi kebutuhan air bersih.
Di Provinsi DKI Jakarta misalnya, 73% kebutuhan air bersih untuk rumah tangga dicukupi dari air tanah (http://listrikindonesia.com). Berdasarkan survei Direktorat Pengembangan Air Minum, Direktorat Jenderal Cipta Karya pada tahun 2006 melaporkansetiap hari orang Indonesia mengkonsumsi air rata-rata sebesar 144 liter. Dimana, separuh dari konsumsi air tersebut adalah untuk mandi. Sementara produksi air bersih belum mampu mengimbangi kebutuhan yang ada. Solusi terbaik adalah meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menghemat penggunaan air bersih.
Menurut www.aqua.com, menyatakan bahwa dalam menghemat penggunaan air bersih bisa dilakukan dengan aksi nyata, yaitu: 1) Jangan pergunakan air untuk melunakkan makanan beku (diamkan makanan beku di tempat hangat untuk melunakkannya); 2) Gunakan kertas daur ulang (produk yang dibuat dari 100% bahan daur ulang menggunakan air lebih sedikit dalam produksinya; 3) Letakkan ember atau tempat penampungan di bawah kran wudhu (air yang tertampung bisa digunakan untuk keperluan lain); 4) Bersihkan kandang/jari-jari kandang hewan menggunakan kain lap basah daripada air yang banyak; 5) Perbaiki kran air yang bocor (satu kran bocor dapat membuat anda kehilangan 75 liter air/hari; 6) Mandikan hewan peliharaan anda di pekarangan rumah yang membutuhkan asupan air; 7) Perbanyak lahan resapan (biopori) di halaman rumah; dan 8) Hindari mandi berendam (air pancuran bisa jadi alternatif untuk mandi hemat air).
Sedangkan menurut www.biopori.com, beberapa cara untuk menghemat air adalah: 1) Mandi dengan shower, daripada gayung dan bathtub;2) Matikan kran ketika mencuci tangan, gosok gigi, bahkan berwudhu (Menurut Metropolitan Water District of Southern California (MWDSC), AS, sanggup menghemat 11 liter air per hari); 3)Cuci peralatan makan dan pakaian dengan air tampungan; 4)Tampung air bekas cucian tanpa deterjen untuk menyiram tanaman atau kloset (Menurut Metropolitan Water District of Southern California (MWDSC), kegiatan ini bisa menghemat 750-1.150 liter air sebulannya); 5)Kurangi konsumsi barang yang “menyedot” air (kertas, daging, dan nasi putih); 6)Gunakan ulang alat makan dan pakaian jika belum terlalu kotor; 7)Pakai sedikit deterjen untuk mencuci (Gunakan sabun bio-degradable dari bahan organik sehingga air bekasnya dapat dipakai ulang setelah disaring dengan sumur resapan); 8)Siram tanaman di pagi hari; 9)Kurangi frekuensi memotong rumput (Menurut Metropolitan Water District of Southern California (MWDSC), bisa menghemat 1.900-5.700 liter per bulan); dan 10)Perbanyak bidang resapan di halaman (biopori, lubang silindris secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 cm dan kedalaman 100 cm setiap jarak 50-100 cm dari yang pertama).
Sayangnya, di saat masyarakat dituntut untuk menghemat air bersih, petugas PDAM justru memberikan contoh buruk dengan melakukan pencurian air PAM secara illegal. Kejadiannya di PDAM Makasar, Sulawesi Selatan di mana terdapat pemasangan pipa PDAM illegal (Jl. Hertasning IV) dengan ukuran sangat besar yang terkoneksi dan berfungsi akan menimbulkan kebocoran air PDAM yang sangat besar. Tindakan ini akan menyebabkan kurangnya pasokan air bersih ke masyarakat (Jawa Pos, 2014). Perlu adanya reformasi birokrasi dalam lembaga pemerintah tersebut.
1.“Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira sebelum kedatangan rahmat-nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih, agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, dan agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak. Dan sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu di antara manusia supaya mereka mengambil pelajaran (daripadanya); maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari (nikmat)”(QS. Al-Furqaan: 48-50).
2.“Dan Kami turunkan dari langit, air hujan yang diberkahi (mubaarak)…” (QS. Qaaf:9).
Arti dari beberapa ayat di Al-Qur’an di atas memberikan petunjuk kepada kita, bahwa turunnya air hujan memberi berkah tersendiri buat kehidupan. Pemanfaatannya bisa dilakukan untuk keperluan apa saja. Bahkan, air hujan bisa kita langsung konsumsi untuk air minum yang menyehatkan.Agar turunnya hujan yang melimpah tidak terbuang sia-sia, maka masyarakat disarankan untuk memanfaatkan air hujan dalam menghadapi kelangkaan air bersih. Banyak cara untuk memanfaatkan air hujan, di antaranya dengan membuat kolam pengumpul air hujan di atas permukaan air tanah dan membuat sumur resapan air hujan. Tujuan terbaik adalah pemanfaatan air hujan secara maksimal dan mencegah terjadinya kebanjiran. Kita bisa melihatnya seperti gambar di bawah ini.
Apalagi bagi masyarakat yang tinggal di kota-kota besar seperti DKI Jakarta yang san gat membutuhkan air bersih sangat disarankan untuk membuat kolam penampungan atau sumur resapan. Bahkan, bagi masyarakat DKI Jakarta sudah ada ketentuan legalnya. Berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta No.68/2005, setiap area rumah seluas 50 m2 wajib membangun sumur resapan seluas 2m2. Dengan membuat sumur resapan, air hujan dari pipa tegak dapat dialirkan ke saluran horizontal dengan diameter 10 cm, lalu diteruskan ke sumur penampung air hujan. Ukuran sumur serapan disarankan berdiameter 1,5 m dan sedalam 3m. Masukkan batu koral dan ijuk di lapisan bawah sumur untuk menyaring air hujan. Setelah melewati penyaringan tersebut, air yang lebih bersih akan meresap ke tanah. Saat curah hujan tinggi sangat mungkin sumur resapan menjadi penuh. Untuk itu pasang pipa overflow dengan diameter 10 cm yang langsung terhubung dengan saluran kota. Dengan demikian, saat air dalam sumur resapan penuh, air akan mengalir melalui pipa overflow ke saluran kota.
(http://kacege.wordpress.com).
Kelangkaan air bersih membuat kita harus cerdik untuk mengantisipasinya. Proses pengolahan atau penjernihan air yang tidak layak konsumsi bisa kita lakukan sebagai alternatif. Sebagai informasi, proses penjernihan air merujuk ke sejumlah proses yang dijalankan demi membuat air dapat diterima untuk penggunaan akhir tertentu. Dapat dilakukan seperti air minum, proses industri, medis dan penggunaan lainnya. Tujuan utama dari proses penjernihan air adalah menghilangkan pencemar yang ada dalam air atau mengurangi kadarnya agar air menjadi layak untuk penggunaan akhirnya (mengembalikan ke lingkungan alami air yang sudah digunakan tanpa berakibatkan dampak yang buruk atas lingkungan) (www.wikipedia.org). Ada beberapa cara proses penjernihan air seperti cara yang sederhana (praktis). Dengan pemakaian batu kali, ijuk, pasir halus, arang tempurung kelapa, kerikil, batu, batu kali dan 3 bak (pengendap, penyaring dan penampung) kita bisa melakukan proses penjernihan air.