DUKUNGAN NET-ZERO EMISSIONS (NZE)
Buletin Strategic Partnership Green and Inclusive Energy terbitan Institute for Essential Services Reform (IESR) Juli 2020 menegaskan berdasarkan perhitungan IEA (International Emissions Agency), saat pandemik terjadi penurunan permintaan energi sebesar 6%. Setara dengan penurunan emisi CO2 hingga 8% (sekitar 2,6 gigaton). Sedangkan, penurunan emisi CO2 disumbang oleh batu bara sebesar 8%, minyak sebesar 4,5%, dan gas alam sebesar 2,3%.
Perwujudan Net-Zero Emissions (NZE) adalah komitmen dunia. Beberapa negara telah melakukan penurunan kadar emisi karbonnya menuju Net Zero Emissions (NZE) tahun 2030, seperti Jepang sebesar 46%, Amerika Serikat sebesar 50% dan Uni Eropa sebesar 55%. Bangsa Indonesia menetapkan target NZE paling telat tahun 2060.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) RI dalam pers release-nya tanggal 31 Mei 2021 menyatakan bangsa Indonesia berkomitmen capai Net Zero Emission (NZE). Penurunan emisi gas rumah kaca sebagaimana dituangkan dalam Nationally Determined Contribution (NDC). Kementerian ESDM menyusun beberapa strategi untuk pengembangan biodiesel, co-firing PLTU, pemanfaatan Refuse Derived Fuel (RDF), dan pembangkit listrik energi terbarukan.
Menurut Climate Transparency Brown to Green: Transisi G20 Menuju Ekonomi NIR Emisi tahun 2019 menyatakan bahwa bangsa Indonesia belum berada di jalur yang tepat untuk memenuhi target batasan suhu global 1,5C. Maka, bangsa Indonesia harus mengurangi tingkat emisi karbonnya hingga di bawah 551 MtCO2e pada tahun 2030 dan hingga di bawah -128 MtCO2e pada tahun 2050. Â
Menurut Bappenas, bila Indonesia menerapkan pembangunan rendah karbon, tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai 6% per tahun hingga 2045, lebih tinggi dari pertumbuhan saat ini. Strategi ini mensyaratkan pembangunan yang terintegrasi dengan mitigasi perubahan iklim untuk mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 41% pada 2030, termasuk melalui pemanfaatan energi terbarukan.
Saya pribadi sangat peduli terhadap kondisi lingkungan. Di mana, lingkungan yang bersih dan sehat adalah keharusan. Saya memahami bahwa keberhasilan dari Net Zero Emissions (NZE) Indonesia berawal dari kontribusi setiap anggota masyarakat. Dengan kata lain, setiap orang bisa memberikan dukungan dengan melakukan hal-hal baik. Agar, tidak menimbulkan emisi karbon yang berbahaya bagi alam.
Memanfaatkan Transportasi Publik
Tidak dipungkiri bahwa ketergantungan masyarakat Indonesia akan konsumsi BBM (Bahan Bakar Motor) masih tinggi. Sebagai informasi, sekitar 67% dari bauran energi Indonesia (listrik, panas, bahan bakar transportasi, dan lain-lain) masih berasal dari bahan bakar fosil. Padahal, BBM yang berasal dari fosil tersebut berperan besar dalam meningkatkan polusi udara. Â
Sebagai informasi, persentase total emisi CO2 tahun 2018 dari pembakaran bahan bakar (MtCO2/tahun) yang diperoleh dari Enerdata tahun 2019 adalah: 1) 31% industri; 2) 28% listrik dan panas; 3) 28% transportasi; 4) 7% sektor energi lain; 5) 5% bangunan; dan 6) 1% pertanian. Menarik, lebih dari 95.000 per tahun kematian penduduk Indonesia terjadi karena dampak bahan bakar fosil.
Beruntung, tingkat polusi udara menurun di masa pandemi. Bahkan, penurunan mobilitas dan lalu lintas memberikan dampak luar biasa terhadap kualitas udara di kota besar seperti DKI Jakarta. Meskipun, mayoritas penurunan lalu lintas disumbang oleh pengguna kendaraan penumpang dan kendaraan umum. Sementara, kendaraan pengangkut barang masih beroperasi dengan pembatasan tertentu.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!