"Tapi om" sambung Haris.
"Gak ada tapi-tapian" potong papa Ayana.
Sebenarnya, hubungan Haris dan Ayana sudah seperti saudara dekat. Suasana berubah, ketika Haris merasa ada yang lain dari dirinya. Ia berharap bahwa Ayana bukan seperti teman lagi. Ia ingin Ayana bisa menjadi bagian yang lebih dekat di hatinya.
Haris tidak mau menganggap Ayana sekedar teman biasa. Tetapi, menjadi soulmate yang bisa berbagi suka dan duka. Makanya, suatu hari Haris memberanikan diri untuk mengatakan cintanya. Ketika mereka berdua sedang menikmati sebuah kopi di dekat sekolahnya.
"Ayana, saya tahu bahwa kita sudah berteman lama sejak kelas 1 SMA. Maafkan saya Ayana. Saya tidak mau membohongi hati saya. Saya benar-benar suka sama kamu Ayana" kata Haris menembak Ayana ragu-ragu.
Kalimat cinta yang membuat Ayana tidak bisa tidur. Kalimat cinta yang jujur dari Haris justru sangat mengagetkan Ayana. Ayana menganggap bahwa Haris hanya sebagai teman biasa saja. Tidak lebih dari itu. Ayana juga menganggap Haris seperti kakaknya sendiri. Namun, kali ini Haris telah mengatakan rasa cinta yang tulus. Sebuah ungkapan yang tidak Ayana duga sebelumnya.
"Ayana, jika kamu masih ragu dan mengira saya hanya main-main. Bersucilah, berwudhulah lalu sholat. Berdoalah kepada Yang Maha Kuasa. Dan, apapun keputusan kamu adalah keputusan yang terbaik. Saya akan terima dengan senang hati. Karena, saya tidak mau selamanya menjadi teman biasa buat kamu. Saya ingin lebih dari itu Ayana" kalimat yang selalu terngiang dari Haris.
Sebegitu relejiusnya Haris. Sampai dia memberi saran agar Ayana bersuci melalui air wudhu. Setelah sholat, pikiran Ayana menjadi tenang dalam membuat sebuah keputusan. Â Â
Sayang, Ayana masih ingat pesan orang tuanya. Bahwa, Ayana bisa mencari teman yang sangat dekat. Tetapi, jangan Haris untuk menjadi teman spesialnya. Ayana pun pernah bertanya kepada orang tuanya. Alasannya pun sungguh mengagetkan dan tidak masuk akal. Orang tuanya mengatakan bahwa kondisi ekonomi orang tua Haris bukan level keluarganya.
"Haris itu anak orang miskin Ayana. Dia tidak selevel dengan kita. Apa jadinya kalau Haris menjadi jodohmu. Mau kasih makan apa dia, batu, kerikil atau pasir di laut" bentak papa Ayana ketika melihat hubungan Ayana dan Haris semakin dekat.
Ayana sungguh terpukul dengan kenyataan tersebut. Ia tidak menyangka bahwa orang tuanya masih menggolong-golongkan orang berdasarkan kondisi ekonomi. Bahkan, beberapa kali Ayana mendapat marahan dari orang tuanya. Saat melihat kemesraan Ayana yang diantar Haris ke rumahnya.